5 Fakta Live IG Pembacokan Siswa SMP di Sukabumi

Round-up

5 Fakta Live IG Pembacokan Siswa SMP di Sukabumi

Tim detikJabar - detikJabar
Sabtu, 25 Mar 2023 09:30 WIB
Polisi memperlihatkan barang bukti kasus pembacokan siswa SMP di Sukabumi.
Polisi memperlihatkan barang bukti kasus pembacokan siswa SMP di Sukabumi. (Foto: Siti Fatimah)
Sukabumi -

ARSS (14) siswa SMP di Kota Sukabumi tewas usai dibacok. Aksi pembacokan terhadap korban sempat disiarkan langsung di media sosial Instagram. Peristiwa itu terjadi pada Rabu (22/3/2023) kemarin di Perum Pesona Mayanti, Jalan Cibuntu, Kelurahan Sindangpalay, Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi.

Berikut fakta-faktanya Pembacokan Disiarkan di Live IG di Sukabumi:

1. Pelaku Rekan Sebaya

Polisi menangkap tiga anak berhadapan dengan hukum (ABH) atau istilah bagi tersangka untuk anak di bawah umur atas kasus pembacokan yang menewaskan ARSS (14). Diketahui, pembacokan itu terjadi pada Rabu (22/3) lalu di Sindangpalay, Cibeureum, Kota Sukabumi.

Ketiga ABH itu di antaranya berinisial DA (14), RA alias N (14) dan AAB alias U (14). Peristiwa pembacokan ini geger di masyarakat karena korban merupakan target kedua kali dan pembacokan itu ditayangkan secara langsung melalui siaran Instagram.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam waktu singkat, kami mengamankan tiga orang anak. Kami mengharapkan kejadian ini kejadian terakhir, di mana ada seorang anak yang karena perbuatannya itu kemudian harus berhadapan dengan hukum," ujar Kapolres Sukabumi Kota AKBP SY Zainal Abidin, Jumat (24/3/2023).

2. Disiarkan Langsung di Instagram

Aksi pembacokan yang dilakukan pelaku kepada korban kemudian bikin geger warga. Sebab, ada potongan video siaran langsung Instagram yang tersebar. Detik-detik korban dibacok diperlihatkan dalam video tersebut.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan video yang diterima detikJabar, siaran langsung (live) IG itu ditayangkan akun dengan nama @spandas743****. Dalam video berdurasi 55 detik itu terlihat seorang laki-laki mengacungkan senjata tajam dan mengejar laki-laki lain. Pengunggah juga menyematkan kutipan '1 vs 1' dalam siaran langsung tersebut.

"Kejadian ini yang cukup memiriskan kami juga bahwa ada beberapa anak yang saat ini posisinya sebagai anak berkonflik hukum (ABH) dengan sengaja memideokan proses kejadian tersebut melalui salah satu akun medsosnya yang sifatnya dapat ditonton secara langsung oleh masyarakat secara luas," ucap Zainal.

3. Berawal Dari Ajakan Duel

Pihak kepolisian lantas melakukan penyidikan dan diketahui jika peristiwa pembacokan yang menewaskan ARSS dimulai dengan tuduhan dan ajakan duel satu lawan satu.

"Korban awalnya mengirimkan pesan di medsos Instagram ketiga ABH ini, di mana korban ini menuduh DA adalah orang yang melakukan pencoretan di sekolahnya. Terhadap tuduhan tersebut, maka DA dan dua orang rekannya tidak terima, mereka kemudian melakukan janji untuk bertemu di sebuah tempat yaitu di TKP untuk melakukan duel satu lawan satu," kata Zainal.

Lebih lanjut, korban dan para pelaku ABH tiba di TKP. Para ABH datang bertiga dengan menggunakan sepeda motor. Masing-masing ABH memiliki peran yang berbeda. Pertama, DA berperan sebagai pembacok korban, lalu RA yang melakukan siaran langsung melalui Instagram sedangkan AAB sebagai pengendara motor atau joki.

4. Dua Kali Jadi Korban Bacok

ARSS mengalami pembacokan sebanyak dua kali. Peristiwa pertama terjadi pada Februari 2023 lalu dengan luka bacok di punggung. Saat itu, keluarga berlapang dada dan menyelesaikan kasus tersebut secara kekeluargaan.

Pada peristiwa kedua, tepatnya Rabu (22/3), ARSS juga menjadi korban pembacokan dengan luka yang lebih serius. Dia mendapatkan luka bacok di pergelangan tangan hingga nyaris putus, luka bacok di kepala dan pendarahan dalam di kepala. Pada Kamis (23/3) pukul 02:30 WIB, ARSS dinyatakan meninggal dunia.

5. Terjadi Usai Deklarasi Damai

Kapolres Sukabumi Kota AKBP SY Zainal Abidin menyayangkan tindakan tersebut. Padahal sepekan yang lalu pihaknya bersama KCD Jawa Barat, Dinas Pendidikan dan perwakilan sekolah baru saja melaksanakan deklarasi damai anti kekerasan di lingkungan sekolah.

"Kita ketahui bersama, pada Minggu kemarin kita baru melakukan deklarasi pelajar anti kekerasan, baik itu dari KCD Kota Sukabumi kemudian dari Disdik Kota Sukabumi dan perwakilan sekolah namun demikian ternyata pesan tersebut tidak tersampaikan dengan baik kepada seluruhnya," kata Zainal.

(bba/yum)


Hide Ads