Saran Kriminolog Unpad di Tengah Marak Isu Penculikan Anak di Jabar

Saran Kriminolog Unpad di Tengah Marak Isu Penculikan Anak di Jabar

Sudirman Wamad - detikJabar
Sabtu, 28 Jan 2023 21:30 WIB
a woman is about to kidnap a child
Ilustrasi penculikan (Foto: iStock)
Bandung -

Warga di Jabar mengaku resah dengan adanya isu penculikan anak. Video yang menarasikan soal aksi percobaan penculikan anak ini menyebar di beberapa daerah, seperti Kabupaten Pangandaran, Bandung Barat, hingga Kota Cimahi.

Polisi juga telah bergerak. Bahkan, Polres Garut telah membentuk Tim Anticulik dalam menyikapi isu penculikan ini.

Kriminolog Universitas Padjadjaran (Unpad) Yesmil Anwar menjelaskan soal ramainya isu penculikan anak di sejumlah daerah, khususnya di Jabar. Respons masyarakat yang merasa takut dengan isu penculikan anak itu merupakan indikator bahwa adanya kekeliruan dalam penegakan hukum.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketakutan terhadap kejahatan itu yang tidak kondusif, dan itu memang kegagalan penegak hukum dalam menyosialisasikan berbagai kejahatan dan sebagainya, itu kurang. Karena cuma yang di nomor satukan mendahulukan penindakan," kata Yesmil kepada detikJabar, Sabtu (28/1/2023).

Yesmi mengatakan kejahatan sejatinya dimulai dari pencegahan. Penguatan dalam pencegahan terhadap aksi kejahatan merupakan bagian yang penting dalam penegakan hukum. Yesmil menyebut melalui pencegahan aksi kejahatan, termasuk penculikan bisa tereliminasi.

ADVERTISEMENT

"Saya perhatikan, kita gagal. Kurang berhasil dalam pencegahan. Semuanya penindakan," ucap Yesmil.

"Kalau penindakan seolah-olah yang berperan itu polisi. Padahal, kejahatan itu urusannya bukan hanya dengan polisi. Tapi, di hulunya ini berurusan dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh politik dan lainnya. Semua tokoh harus membantu," ucap Yesmil menambahkan.

Yesmil menerangkan kejahatan merupakan persoalan sosial yang melibatkan berbagai aspek. Sementara itu, penindakan hukum adalah muara dari penegakan.

"Kita terperosok dalam penegakan yang berfokus pada penindakan. Supaya kita kembali, bahwa kejahatan itu mulai dari pencegahan. Jadi, biaya untuk mengurus kejahatan itu tidak sedikit," katanya.

Yesmil menegaskan ketakutan akan kejahatan, termasuk penculikan itu bisa memudar kala pencegahan atas tindakan kejahatan itu dilakukan secara maksimal. Sehingga, lanjut dia, masyarakat tak akan terpengaruh dengan isu-isu yang tidak jelas kebenarannya.

"Jangan kita terperangkap oleh isu yang kebenarannya itu bukan untuk kebenaran. Tapi untuk kekacauan. Tidak usah paranoid, kita harus sadari bahwa penegakan hukum itu di waktu masih pencegahan," kata Yesmil.

Selain menyoroti soal penegakan hukum, Yesmil juga memiliki pandangan lainnya tentang munculnya isu penculikan di beberapa daerah. Ia menilai isu penculikan anak bisa juga merupakan hal strategis yang telah diatur untuk membuat situasi menjadi tak nyaman atau aman.

"Ingin menunjukkan bahwa republik ini tidak aman dan lainnya. Mungkin bisa karena mau Pemilu, karena kalau mau Pemilu caranya macam-macam. Salah satunya mengurangi simpati pada satu partai yang berkuasa maka dibuat semacam itu," tutur Yesmil.

Kendati demikian, lanjut Yesmil, dalam pandangan kriminolog jika isu penculikan ini benar adanya maka harus digali tentang motif kejahatannya. Ia menyebut aksi penculikan biasanya didasari beberapa motif, seperti ekonomi, kekuasaan, sakit hati, masalah sosial dan lainnya.

"Soal ekonomi misalnya, minta tebusan, sakit hati, sosial yang jelek, kebencian dan motif lainnya. Ada motif kekuasaan untuk mendapatkan sesuatu dengan menculik anak dan sebagainya," papar Yesmil.

(sud/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads