Peringatan (trigger warning): Artikel ini mengandung konten eksplisit tentang kekerasan ekstrem yang dapat memicu kondisi emosi dan mental pembaca. Kami menyarankan agar Anda tidak meneruskan membacanya jika mengalami kecemasan dan meminta bantuan profesional.
Lima tahun lalu atau tepatnya Kamis 7 Desember 2017, warga di Kabupaten Karawang digegerkan dengan kasus mutilasi. Korban bernama Siti Saidah alias Nindya yang bekerja sebagai sales promotion girl (SPG) salah satu perusahaan ternama. Pelaku pembunuhan sadis ini ternyata M Kholil, suami Nindya.
Jasad wanita muda tersebut ditemukan warga di Dusun Ciranggon III RT 11 RW 03 Desa Ciranggong, Kecamatan Majalaya, Karawang, Jawa Barat. Awalnya, pada pukul 15.00 WIB, riuh keceriaan anak-anak bermain di depan rumah kosong mendadak terhenti saat pandangan mereka tertuju kepada sesosok mayat dalam keadaan mengenaskan.
"Pada saat anak-anak sekitar sedang bermain di lokasi kejadian, mereka melihat sesosok mayat yang sudah hangus terbakar dengan keadaan kepala tidak ada dan kaki tidak ada," kata Kapolres Karawang yang saat itu dijabat AKBP Hendy F Kurniawan.
![]() |
Anak-anak itu kemudian memberi tahu soal adanya mayat kepada saksi Abdul Rohim (40), seorang pekerja di pompa bensin mini. Informasi ditemukannya mayat itu menyebar hingga kepolisian.
Polisi mendatangi tempat kejadian dan meminta keterangan sejumlah saksi. Jenazah wanita tanpa identitas tersebut dibawa ke RSUD Karawang untuk autopsi.
Polisi menduga area pembunuhan korban dilakukan di tempat lain. "Kuat dugaan lokasi pembakaran merupakan TKP pembuangan oleh pelaku," ucap Hendy.
Tato di Tubuh Korban
Mayat perempuan hangus terbakar itu diperkirakan sudah berada di lokasi tersebut selama empat hari. Polisi bergerak mencari petunjuk dan barang bukti untuk mengungkap kasus pembunuhan brutal ini.
Pada 8 Desember 2017, polisi menemukan batu berlumuran darah di tempat kejadian. Batu itu ditemukan di semak-semak dekat garis polisi.
Dengan penemuan bukti baru ini, petugas lalu memperluas area garis polisi. Dalam olah TKP siang itu, petugas juga menemukan botol minuman kosong berbau bensin, botol minyak angin dan jam tangan perempuan.
Polisi menjelaskan ciri-ciri korban memiliki tato di tubuh. "Tato bagian dada ada tulisan 'stones'. Lalu tato di punggungnya bergambar kupu-kupu," kata Dirkrimum Polda Jabar saat itu, Kombes Umar S Fana.
Polisi memastikan mayat itu korban mutilasi berdasarkan hasil autopsi. "Hasil koordinasi dengan dokter forensik, korban berjenis kelamin perempuan yang diketahui secara pasti dari tulang panggul korban," ucap Kapolres Karawang AKBP yang saat itu dijabat Hendy F Kurniawan.
Serangkaian upaya terus dilakukan kepolisian kala itu demi mengungkap identitas perempuan yang ditemukan dengan kondisi tragis itu. Bahkan, polisi beberapa kali melakukan olah TKP untuk mencari bukti pendukung.
Terungkapnya Identitas Korban
Jejak tato serta petunjuk lainnya dikumpulkan polisi. Tidak hanya itu, polisi juga menyebar sketsa tato yang dimiliki korban. Masyarakat yang mengenali ciri-ciri tersebut diimbau segera melapor.
"Kami sebar sketsa ini kepada publik, dengan harapan agar masyarakat yang mengenali ciri-ciri tersebut untuk segera melapor ke Polres Karawang," kata Hendy.
Pada Rabu 13 Desember 2017 polisi mengumumkan identitas mayat perempuan itu. Korban diketahui bernama Siti Saidah alias Sinox alias Nindya alias Desi Wulandari. Korban saat itu berusia 21 tahun.
![]() |
Semula polisi menghadapi kesulitan mengungkap temuan mayat tersebut. Sebab, jasad korban ditemukan hangus dan tanpa kepala, sehingga tidak dapat dikenali.
"Tato di tubuh korban menjadi salah satu petunjuk kami untuk mencari identitas korban karena identitas korban adalah yang terpenting dalam suatu perkara pembunuhan," tutur Hendy.
Pelaku Pura-pura Kehilangan Istri
Hendy bercerita awal mulanya identitas korban terungkap ini berlangsung pada Senin 11 Desember 2017. Seorang pria bernama M Kholil tiba-tiba datang ke Mapolsek Karawang.
"Dia (Kholil) melapor kehilangan istrinya, berinisial SA. Pelaku awalnya datang melapor korban adalah istrinya. Kita lakukan pendalaman keterangan suami dan TKP," kata Hendy.
"Namun kami menemukan keterangan yang janggal dan mencurigakan," ucap Hendy.
Polisi menemukan hubungan antara keterangan Kholil dengan fakta-fakta mengenai jenazah korban mutilasi. Menurut Hendy, pembuktian kasus mutilasi ini menggunakan metode ketting beweijz.
"Pembuktiannya harus jeli karena menyusun rangkaian petunjuk, agar match dengan persangkaan pelaku," ujarnya.
Polisi melebarkan penyelidikan ke kontrakan korban. Upaya mengungkap secara rinci kasus pembunuhan Nindya itu membuahkan hasil.
Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, Kholil mengakui perbuatan bejatnya membunuh, memutilasi dan membakar sang istri. Berdasarkan pengakuan pelaku kepada polisi, aksi pembunuhan keji itu berlangsung di rumah kontrakan mereka, Dusun Sukamulya, Desa Pinayungan, Kecamatan Telukjambe Timur, Karawang, pada 4 Desember 2017.
Kholil kemudian membuang potongan tubuh Nindya di pinggir jalan Jalan Syech Quro, Desa Ciranggon, Kecamatan Majalaya, Karawang.
Tangis Nindya di Rumah Kontrakan
Sosok Nindya semasa hidup diungkap tetangganya di Karawang. Foto-foto korban yang dimiliki detikcom dibenarkan warga sekitar kontrakan yang dihuni korban.
"Iya itu orangnya," ujar Amirah, warga setempat.
Amirah, yang membuka warung di dekat rumah korban, mengetahui ihwal tato di tubuh Nindy. Amirah juga mengaku pernah beberapa kali melihat tato di dekat dada Nindya.
"Orangnya bertato. Tato yang di dada pernah kelihatan sedikit. Waktu itu duduk di sini, kelihatan ada tato di kakinya. Sering pakai celana pendek," kata Amirah.
Ketua RT, Yuyun Yuningsih, mengatakan Nindya dan Kholil sudah lima bulan mengontrak sepetak rumah di sana. "Korban baru saja kerja di Cikarang. Katanya jadi marketing," ujar Yuyu.
Menurut Yuyun, di kontrakan itu, Nindya hanya tinggal berdua bersama suami. "Anaknya baru dua tahun. Dititipin sama orang tuanya," ucap Yuyun.
Yuyun mengungkapkan, rumah tangga korban awalnya akur. Namun ada perubahan dalam beberapa bulan terakhir. "Sering kedengaran suara ribut dari dalam kontrakan. Istrinya lalu nangis," kata dia.
Motif Pembunuhan
Semula kasus pembunuhan ini dikaitkan dengan motif pelaku yang kesal lantaran istrinya merengek dibelikan mobil. Alasan Kholil membunuh dan memutilasi Nindya itu hanya versi yang dibuat-dibuat oleh pelaku. Ternyata, suami-istri itu memang kerap cekcok.
"Jadi alibi meminta mobil itu ternyata bukan. Ini indikasinya karena memang mereka ini sering cekcok akibat sikap dari suaminya," ucap Kabid Humas Polda Jabar yang saat itu dijabat Kombes Yusri Yunus, Jumat 15 Desember 2017.
![]() |
Indikasi bukan lantaran permintaan mobil tersebut berdasarkan olah TKP terakhir yang dilakukan polisi di kontrakan suami-istri tersebut. Dari olah TKP, polisi menemukan sepucuk surat yang isinya curhat Nindya terkait sikap pelaku.
"Intinya surat itu bahwa istrinya sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan suaminya. Suaminya ini jarang pulang ke rumah," tutur Yusri.
Sekadar diketahui, polisi menemukan sepucuk surat yang ditulis Nindya, korban mutilasi di Karawang. Surat itu ditulis Nindya saat masih hidup, berisi keluh kesah dan kekecewaan kepada suaminya.
"Surat itu ditemukan terselip dalam lemari di ruang depan kontrakan korban," ujar Kasat Reskrim Polres Karawang yang saat itu menjabat AKP Maradona Armin Mappaseng.
Maradona mengungkapkan, surat itu dibuat Nindya untuk suaminya. Menggunakan pulpen hitam di selembar kertas polio, surat itu ditulis cukup rapi. Maradona mengungkapkan, Nindya tak mencantumkan keterangan waktu saat menulis surat itu.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan, surat itu sudah dibaca oleh pelaku," kata Maradona.
Dalam surat itu, terlihat Nindya ingin pulang ke kampung halamannya di Pati, Jawa Tengah. "Pengen pulang ke rumah tapi malu sama keluarga, malu juga sama tetangga," tulis Nindya di surat tersebut.
Ibu satu anak itu juga mengungkapkan kekecewaan kepada Kholili, suaminya. Nindya menulis, "Punya suami tapi nggak tinggal bareng pikirannya pasti banyak yang negatif."
Terakhir, Nindya mengutarakan niat untuk meninggalkan kontrakan mereka. "Yah, Bunda pamit saja ya. Sudah capek ngadepin sifat kamu, kamu lebih sayang mereka ketimbang aku," kalimat yang ditulis Nindya dalam suratnya.