Jabar X-Files: Bisikan Gaib dan Temuan 2 Kerangka Manusia di Cimahi

Jabar X-Files: Bisikan Gaib dan Temuan 2 Kerangka Manusia di Cimahi

Whisnu Pradana - detikJabar
Jumat, 14 Okt 2022 18:32 WIB
Dua Kerangka Manusia di Cimahi
Kerangka manusia di Cimahi (Foto: dok detikcom).
Cimahi -

Senin 29 Januari 2018, warga Kota Cimahi dikagetkan dengan temuan mayat manusia di dalam sebuah rumah. Ada dua mayat yang ditemukan di atas tempat tidur. Ngerinya lagi, dua-duanya sudah menjadi kerangka.

Dua kerangka itu ditemukan di rumah milik Neneng Hatidjah (76), warga Kompleks Cijerah II, Gang Nusaindah 6 Blok 13, Kelurahan Melong, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi.

Identitas kedua kerangka itu awalnya masih misterius. Namun dari hasil pemeriksaan diketahui jika kerangka yang ditemukan merupakan suami dan anak sang empunya rumah. Sang suami ialah Hanung Sobana (84), sedangkan anaknya yakni Hera Sri Herawati (50).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Temuan itu sudah tentu menyedot rasa penasaran warga yang ada di sekitar rumah Neneng Hatidjah. Warga rela berdesak-desakan demi memuaskan rasa penasaran mereka daripada ketinggalan informasi.

"Memang ada ditemukan mayat di sebuah rumah. Posisi mayat ada di atas tempat tidur dan sudah jadi kerangka," ungkap Niko N Adi Putra yang kala itu menjabat sebagai Kasatreskrim Polres Cimahi.

ADVERTISEMENT

Penemuan dua mayat yang tinggal tulang belulang itu berawal dari pemeriksaan rutin yang dilakukan petugas kesehatan dari puskesmas setempat. Kala itu, petugas cuma bisa bersua dengan salah satu anak pemilik rumah, yakni Denny Rohmat (42). Padahal dari data yang dikantongi, rumah itu dihuni enam orang.

Sebagai gambaran, rumah milik Neneng Hatidjah dan mendiang Hanung ada di sebuah kompleks yang jalannya hanya bisa dilalui satu mobil, dengan catatan tak ada motor yang terparkir di jalan. Di teras rumahnya bertumpuk barang-barang bekas. Halamannya tertanam pohon berukuran besar, namun agak kurang terawat.

Dari perbincangan petugas kesehatan dengan anak pemilik rumah, dikatakan saat itu hanya ada ibunya saja. Sedangkan saudaranya yang lain tengah bekerja, kemudian sang ayah yakni Hanung Sobana sedang tertidur.

Kecurigaan mulai timbul dari benak petugas tersebut. Mereka curi-curi kesempatan mengintip kamar tempat Hanung dikatakan sedang tertidur. Mulanya mereka percaya karena di atas dipan kayu ada sosok yang tengah terbaring ditutupi kain sarung berwarna biru.

Dilihat berkali-kali, posisi tidur sosok itu tak berubah. Kecurigaan makin menjadi karena mereka mencium bau tak sedap menjurus ke arah bau busuk dari segenap ruangan. Inisiatif petugas meminta kepolisian datang, berbuah temuan mengejutkan ternyata yang tertutup kain dan sarung yakni kerangka.

"Pas dibuka sarungnya ternyata suaminya sudah bentuk kerangka. Ternyata ada satu kerangka lagi di bawah kasur, itu ternyata anaknya," ujar Niko.

Dari hasil pengecekan yang dilakukan saat itu, kedua kerangka itu telah disimpan sejak 2016. Hera Sri Herawati meninggal pada Januari 2016. Sementara Hanung menyusul setahun kemudian tepatnya Desember 2017.

"Kita masih dalami karena ini kan sudah dalam kondisi kerangka. Yang tahu pasti itu dokter forensik," kata Niko.

Bisikan Gaib hingga Dugaan Anut Aliran Kepercayaan Tertentu

Segudang pertanyaan berkecamuk di pikiran siapapun, tak terkecuali kepolisian. Apa alasan Neneng dan anaknya menyimpan jasad Hanung dan Hera sejak meninggal hingga ditemukan sudah berubah menjadi kerangka? Kenapa saat itu tak langsung dikebumikan?

Pertanyaan itu menjadi dasar polisi melakukan penyelidikan. Sejumlah saksi mata diperiksa, beragam petunjuk dikumpulkan agar bisa menarik benang merah dari kejanggalan tersebut.

"Penjelasan keluarga tidak menguburkan karena dapat hidayah dari Allah SWT melalui malaikat. Katanya (Hanung dan Hera) akan dihidupkan kembali untuk menjalani kehidupan kedua," tutur Niko.

Neneng, serta kedua anaknya yang masih hidup, yakni Denny serta Erna Hendrasari percaya bahwa Hanung dan Hera bakal kembali bernyawa setelah meninggal karena sakit. Sebagai bentuk perhatian setiap tiga hari sekali mereka mengganti kain penutup jasad dan memperlakukan layaknya orang masih hidup.

"Oleh sebab itu selama bertahun-tahun jenazah dirawat oleh mereka. Jadi dilap, dibersihkan tulang belulangnya. Kain selimut tiga hari sekali ganti. Sebagaimana memperlakukan orang tidur," tutur Niko.

Polisi menggali lebih dalam soal pengakuan dan alasan anggota keluarga di balik perilaku itu. Tetangga turut berkomentar, ada kaitannya dengan aliran kepercayaan yang dianut Neneng dan keluarga.

"Ini dari keterangan tetangga ya, jadi diduga kuat mereka (anggota keluarga) punya aliran kepercayaan lain," tutur Niko.

Dia menjelaskan dugaan mengikuti aliran kepercayaan ini diperkuat dengan pengakuan dari istri Hanung dan anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut. Menurut Niko, mereka mengakui sengaja menyimpan mayat Hanung dan Hera karena mendapat hidayah.

"Prinsip dia (istri Hanung) begini, kalau orang meninggal jiwanya terpisah, tapi raganya ada. Maka dari itu saat meninggal ditaruh di atas tempat tidur. Saat ditanya agamanya, dia bilang agamanya terserah menyebut apa. Tapi dia bilang itu yang diyakininya," tutur Niko.

Kesimpulannya, Neneng percaya bahwa sosok suami dan anaknya yang telah lama meninggal itu akan hidup kembali.

Tak mau gegabah, Niko berkoordinasi dengan pemerintah dan pemuka agama melalui Kementerian Agama (Kemenag) untuk menelaah pengakuan Neneng. Tujuannya guna mencari pembuktian benar atau tidaknya Neneng menganut aliran tertentu yang menyimpang atau sesat.

"Kita akan dalami dari sisi kerohaniannya. Sesuai KTP, mereka beragama Islam. Sejauh ini kita belum bisa menyimpulkan dugaan ajaran menyimpang," ucap Niko.

"Kami nanti mengundang dariKemenag. JadiKemenag yang menentukan ada dan tidaknya ajaran melenceng atau aliran sesat. Nanti biar ahli akidah dan kepercayaan yang menyatakannya," tuturNiko menambahkan.

Dirangkul Lagi Warga Setempat

Tak bisa terelakkan lagi jika temuan itu bikin siapapun bakal mengernyitkan dahi, bagaimana bisa jasad orang yang sudah mati tapi masih disimpan di rumah dan bukannya dikebumikan? Namun di balik semua kejanggalan itu, warga setempat tetap membuka tangan mereka lebar-lebar menerima lagi Neneng dan anaknya.

Ketua RT 7, Timbul saat itu mengatakan warga sekitar rumah keluarga tersebut tidak keberatan jika nantinya mereka akan kembali ke rumah. Bahkan warga siap membantu perekonomian keluarga tersebut untuk ke depannya.

"Kita tahu mungkin keluarganya selama ini ekonomi kurang. Makanya kita mengajak semua kalau ada makanan atau baju bekas, silakan bantu. Insya Allah kan mereka tinggal di sini, silakan kembali lagi ke sini," kata Timbul.

Senada dengan Timbul, Ketua RW 17 Rino Margayu memastikan tidak akan ada penolakan dari warga apabila keluarga tersebut akan kembali.

"Tugas kita itu merangkul semuanya. Kita yakini semua orang pernah berbuat khilaf," ucapnya.

Meski begitu Rino berharap setelah kembali ke rumah, keluarga tersebut tidak lagi tertutup seperti sebelumnya. "Kita inginkan mereka terbuka juga. Jadi kalau ada apa-apa warga bisa gotong royong membantu," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(mso/mso)


Hide Ads