Perjalanan panjang yang dilakoni iring-iringan puluhan prajurit TNI AD dari Sukabumi hingga menjejakkan kaki di Lapangan Brigif 15 Kujang, Kota Cimahi, akhirnya selesai juga.
Perjalanan dengan jarak hampir 90 kilometer itu ditempuh selama kurang dua hari sejak 3 Oktober 2022. Iring-iringan prajurit TNI AD berpakaian lengkap itu diperkirakan tiba di Cimahi pada Selasa (4/10/2022) malam.
Hebatnya lagi para prajurit TNI itu menaklukan jalan dari Sukabumi hingga finish di Cimahi yang memiliki kontur jalan menanjak dan turun serta berkelok itu dengan berjalan kaki. Mereka hadir di Lapangan Brigif 15 Kujang Cimahi dalam momen peringatan HUT TNI ke-77, Rabu (5/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iring-iringan prajurit TNI AD itu juga sebagai cara mengenang peristiwa Bojong Kokosan yang menjadi bagian dari sejarah kemerdekaan Indonesia. Pertempuran heroik tentara bersama rakyat mengusir penjajah itu terjadi di Bojong Kokosan pada 1945 hingga 1946.
"Ini sebagai cara mengingat kembali sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan memperingati HUT TNI ke-77," ungkap Pangdam III Siliwangi Mayor Jenderal Kunto Arief Wibowo kepada wartawan di Lapang Brigif 15 Kujang Cimahi.
Tak cuma prajurit TNI saja, pada longmars itu juga turut serta kirab gobang yang merepresentasikan senjata tradisional Indonesia yang juga menjadi simbol perlawanan dan perjuangan.
Baca juga: Sejarah HUT TNI Diperingati Setiap 5 Oktober |
"Jadi kirab gobang itu bermakna bahwa kita membangun negara kita ini melalui simbol perjuangan dari gobang, dan gobang ini juga sebagai simbol perlawanan," kata Kunto.
Pada momen peringatan HUT TNI ke-77 itu, Kunto juga mengingatkan agar prajurit TNI senantiasa menjaga marwah dan kepercayaan yang diberikan publik untuk menjaga kedaulatan.
"Sesuai pesan dan amanat panglima, untuk mencapai kepercayaan publik itu butuh suatu proses yang panjang. Harapannya tentu kita menjaga kepercayaan publik ini sebagai tanggungjawab kita semua," ucap Kunto.
Menyoroti persoalan di masyarakat khususnya Jawa Barat, Kunto mengatakan bisa dilihat dari kenyataan yang ada. Setidaknya terdapat beberapa persoalan dasar yang dihadapi masyarakat baik perkotaan maupun pedesaan.
Pertama yakni bencana alam yang bermula dari krisis lingkungan. Kedua keterbatasan dalam tata kelola lahan pertanian. Ketiga yakni krisis energi yang berdampak pada semua sektor. Keempat masih ditemukannya potensi-potensi kemunculan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. Serta kelima keterbatasan dalam mengakses dan mengelola sumber daya air (termasuk lautan).
"Masalah di atas ada di depan mata, maka apa yang harus dilakukan? Secara struktural itu memang tupoksinya lembaga terkait, instansi pada lembaga pemerintahan.Tetapi ketika masalah berlarut, apakah kita akan mendiamkan saja. Tidak mungkin, harus ada tindakan nyata," kata Kunto.
Berdasarkan hasil pembacaan, analisis serta diskusi dengan para pihak, solusi harus diambil dan kata kunci dari semuanya adalah inovasi dan solutif dengan berdasar pada sikap adaptif.
"Inovasi termudah adalah penggunaan teknologi terapan, karena itu semua prajurit TNI di bawah Kodam Siliwangi, diwajibkan untuk bersikap inovatif, peka masalah dan segera mencari solusi. Inovasi untuk mencari solusi," kata Kunto.
Terciptalah kemudian berbagai inovasi yang kemudian langsung diterapkan. Misalnya bencana alam yang dominan di Jawa Barat adalah tanah longsor dan banjir perkotaan. Solusinya adalah teknologi pencegah longsor.
"Kami mengembangkan program penguatan lahan masyarakat dengan mengembangkan budidaya tanaman penghijauan yang produktif dan ekonomis. Bukan sekedar menanam pohon, tapi tanaman yang hasilnya bisa dimanfaatkan," ucap Kunto.
Terhadap persoalan energi kata Kunto, masalahnya adalah minimnya energi alternatif yang dikembangkan di masyarakat. Maka perlu ada produk penghemat BBM dan perlu adanya energi alternatif.
"Bios 44 dibuat dan diterapkan, basisnya ada pada semua Kodim dan Koramil. Sasarannya adalah semua masyarakat. Produk ini tak hanya pada lahan pertanian, tapi juga pada peternakan dan usaha perikanan masyarakat. Semua sudah berjalan dan hasil nyatanya bisa dilihat langsung," tutur Kunto.
Simak Video "Jokowi ke Prajurit di Perbatasan: Benar Tunjangan Cukup? Jangan Takut Panglima"
[Gambas:Video 20detik]
(dir/dir)