Kisah Delman Ardi dan Denyut Nadi di Pusat Jajanan Kuliner Trusmi

Serba-serbi Warga

Kisah Delman Ardi dan Denyut Nadi di Pusat Jajanan Kuliner Trusmi

Devteo Mahardika - detikJabar
Rabu, 30 Jul 2025 14:00 WIB
Ardi saat menunjukkan kuda dan delman yang dimilikinya
Ardi saat menunjukkan kuda dan delman yang dimilikinya. (Foto: Devteo Mahardika)
Cirebon -

Senja belum sepenuhnya turun ketika kawasan Pusat Jajanan Kuliner Trusmi, Kabupaten Cirebon, mulai hidup. Aroma gorengan panas, satai yang sedang dibakar, dan semilir angin sore membawa irama baru di lokasi relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) yang kini menjelma menjadi destinasi favorit di malam hari.

Di antara gemerlap lampu warna-warni dan hiruk pikuk pengunjung, suara gemerincing lonceng kecil dari arah jalan menjadi penanda datangnya salah satu daya tarik paling unik di tempat ini, yakni delman berhias lampu warna-warni, lengkap dengan alunan musik yang menemani laju kudanya. Kusirnya bernama Ardi (32). Ia menggantungkan hidup dari hobinya merawat kuda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awalnya cuma hobi, lama-lama jadi pemasukan buat keluarga," ujar Ardi sambil membelai lembut salah satu dari tiga kudanya yang dimilikinya.

Sejak Pusat Jajanan Kuliner Trusmi dibuka dan mulai aktif pada sore hingga malam hari, Ardi bersama delmannya menjadi bagian dari denyut baru wisata malam di kawasan Batik Trusmi. Dengan tarif terjangkau, pengunjung bisa berkeliling menyusuri area kuliner sambil menikmati pemandangan malam yang kini semakin tertata rapi.

ADVERTISEMENT

"Kalau buat orang dewasa cukup bayar Rp10 ribu. Terus kalau buat anak-anak Rp5 ribu aja buat keliling," terangnya.

Delman di kawasan tersebut bukan sekadar alat transportasi nostalgia, namun menjadi ikon wisata malam. Hanya ada 10 delman yang diizinkan beroperasi setiap harinya demi menjaga kelancaran lalu lintas.

Mereka mulai beroperasi pukul 17.00 WIB hingga malam menjelang, membawa pengunjung terutama anak-anak dalam petualangan kecil penuh tawa. "Delman saya kasih lampu-lampu, biar anak-anak senang. Musik juga saya pasang, lagu anak-anak atau dangdut koplo kadang, tergantung penumpangnya," kata Ardi dengan senyum mengembang.

Rata-rata, ia bisa mengantongi sekitar Rp100 ribu per malam, jumlah yang mungkin tak besar, tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan harian keluarganya. Baginya, delman bukan sekadar pekerjaan, melainkan bagian dari cerita hobi yang ingin terus ia rawat.

"Sekarang enak, jalurnya jelas, delman bisa jalan dengan lancar, pengunjung juga lebih nyaman. Kami para kusir juga lebih mudah atur jalannya kuda," kata Ardi menutup obrolan.

Di sisi lain, Sinta (34), seorang ibu muda asal Kecamatan Palimanan yang sengaja datang bersama keluarganya, menyebut tempat ini sebagai paket lengkap untuk wisata malam. "Ke sini tuh awalnya lihat di TikTok, ramai banget. Ternyata seru beneran. Bisa jajan, bisa ajak anak main, ada playground, motor listrik, sampai delman keliling. Sekarang nyari delman kan susah," katanya sambil memotret anaknya yang sedang duduk manis di atas delman.

Pusat Jajanan Kuliner Trusmi memang lebih dari sekadar tempat makan. Kini kawasan itu adalah ruang publik baru yang menyatukan kuliner, hiburan, dan nostalgia dalam satu lokasi. Bagi Pemkab Cirebon, ini adalah bagian dari upaya penataan kawasan wisata Batik Trusmi agar lebih tertib, bersih, dan berdaya saing.

Saat langit mulai menggelap, tapi kehidupan di Trusmi justru baru saja dimulai. Di antara suara tawar-menawar pedagang, denting musik dari speaker delman, dan aroma kuliner yang menguar di udara, Cirebon menunjukkan sisi terbaiknya menjadi sebuah kota yang hangat, hidup, dan penuh cerita di balik setiap roda delman yang berputar.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads