Sindang Indramayu yang Dulu Gagal Panen Kini Menjelma Jadi Desa Wisata

Sindang Indramayu yang Dulu Gagal Panen Kini Menjelma Jadi Desa Wisata

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Sabtu, 26 Jul 2025 11:00 WIB
Potret wisata alam edukasi di Embung Jangkar Desa Sindang, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu
Potret wisata alam edukasi di Embung Jangkar Desa Sindang, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu. (Foto: Sudedi Rasmadi)
Indramayu -

Embung Jangkar yang jadi alternatif wisata di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat memiliki cerita panjang. Keberadaanya yang dulu hanya masalah, kini berubah menjadi potensi desa.

Sebuah waduk yang berada di Desa Sindang, Kecamatan Sindang kian berkembang. Bahkan, tidak hanya sebagai penampung air cadangan bagi petani penggarap sawah, areal tersebut justru menjadi salah satu sumber pendapatan bagi desa.

Di balik megahnya areal embung jangkar menyimpan cerita pahit yang dialami petani di Desa Sindang. Di mana, produksi padi tidak terlalu tinggi karena minim pasokan air. Bahkan pada tahun 2015, hektaran sawah gagal panen saat musim kemarau.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara hampir 75 persen dari 332 hektare luasan Desa Sindang didominasi lahan pertanian. Sedang area permukiman hanya 25 persen saja.

ADVERTISEMENT

"Tahun 2015 penghasilan di sini (produksi padi) masih di bawah 900 ton. Dan ketika musim tanam kedua itu gambling, jadi jangan pernah berfikir Sindang itu sahabat Cimanuk. Air di sini banyak rebutan," kata Kuwu Desa Sindang, Carnita kepada detikJabar, Jumat (25/7/2025).

"Makanya terjadi di 2015 itu gagal panen," sambungnya.

Diceritakan Carnita, kala itu ia yang hanya menjadi Kaur Perencanaan turut andil dalam mendesain sebuah Desa agar terentaskan dari banyak masalah. Salah satunya mengubah lahan pertanian yang sering gagal panen menjadi tempat penampungan air (waduk).

"Jadi 2017 itu mengajukan proposal ke DPR komisi V terus 2018 terealisasi bertahap," ungkapnya.

Tahun 2018 merupakan langkah awal. Bantuan dari Kementerian PU, menjadi satu harapan bagi desa dan masyarakat. Hambatan dan halangan dilalui. Hingga pada tahun 2021, pembangunan embung telah selesai.

Selesainya pembangunan embung telah menjadi satu solusi bagi masalah pertanian di Desanya. Namun, bagi Carnita, hal itu belum selesai. Pasalnya, solusi tersebut belum sepenuhnya selesai jika tidak dikembangkan.

Beranjak dari visi misi nya saat menjabat sebagai kepala desa, Carnita melaksanakan Panca Abipraya lima cita-cita nata cita Sindang Dewasa (Dedikasi, Etika, Wawasan) dengan baik. Diantaranya, menata embung menjadi sebuah potensi.

Sejak 2021, ia pun kemudian mendesain kawasan embung jangkar menjadi sebuah wisata alternatif. Mulanya pengunjung hanya menikmati sensasi embung dan sedikit penyewaan bebek gowes di atas embung.

Sejalan waktu, pembangunan terus dikembangkan. Hingga di tahun 2024, ia membangun kolam renang. Bahkan kini, ia menerapkan wisata alam edukasi bagi pengunjung. Dengan mengembangkan sistem budidaya di arealnya.

"2024 itu bikin kolam terus bulan Januari kemarin diserahkan ke Bumdes," kata Encang akrab sapaan Kuwu Desa Sindang tersebut.

Tidak hanya sukses menyumbang pendapatan desa. Sindang khususnya wisata alam edukasi embung jangkar pun menjadi satu-satunya desa di Kabupaten Indramayu yang masuk 15 besar desa wisata terbaik kategori 2 di ajang Lomba Desa Wisata Nusantara (LDWN) 2025 oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia (Kemendes PDTT RI).

"Sebenarnya miris, selama ini jarang di perhatikan pemerintah Kabupaten. Tapi Alhamdulillah minimal kita satu-satunya jadi desa wisata dan mungkin juara 2 se Jabar," ungkapnya.

Pengembangan embung jangkar tidak berhenti. Saat ini, areal itu pun mendapat suntikan bantuan dari Pemkab Indramayu melalui Dinas Pemuda Pariwisata dan Olahraga.

Dikatakan Kepala Bidang Pariwisata Dispara Indramayu, Ela Nurlaela Sari menyebut di tahun 2023, pemerintah telah membantu pengembangan desa wisata terhadap 11 desa. Dan tahun ini, terdapat 7 desa yang akan dibantu.

"Bantuannya berupa fisik ya. Ada yang pengen di bikin gazebo, ada yang jalan setapak, ada juga yang mengajukan toilet, gapura tergantung permintaan dan kekuatan anggaran," ucap Ela.

(sud/sud)


Hide Ads