Tak Ada yang Seindah Ngabuburit di Bandung Tahun 1990-an

Lorong Waktu

Tak Ada yang Seindah Ngabuburit di Bandung Tahun 1990-an

Wisma Putra - detikJabar
Jumat, 07 Mar 2025 08:00 WIB
Group Otomotif 1990 kumpul di Bandung.
Ilustrasi gaya pemotor tahun 1990-an (Foto: dok. Group Otomotif 1990)
Bandung -

Masih ingat di benak Agus Sumpena, pria berumur 41 tahun asal Sawargi, Kelurahan Garuda, Kecamatan Andir, Kota Bandung memiliki kenangan indah menjalani bulan Ramadan di kala kecil alias di tahun 1999 hingga 2000-an.

Agus mengatakan, pada masanya banyak kegiatan yang dia lakukan untuk menunggu azan magrib berkumandang atau berbuka puasa. Agus bersama teman-teman kecilnya memiliki kegiatan yang sangat padat di bulan Ramadan. Kegiatan padat yang dimaksud yakin bermain dengan teman-temanya.

Kegiatan yang dilakukan dari mulai salat subuh berjamaah, dilanjutkan kumpul dan nongkrong bareng teman-teman hingga matahari pagi menunjukan sinarnya. Biasanya, jika pagi sudah tiba Agus dan teman-temannya pulang dulu ke rumah untuk tidur. Mereka kumpul kembali saat hendak menunaikan salat zuhur dan setelah itu, Agus dan teman-temannya bermain untuk menunggu azan magrib.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setelah salat Subuh kadang ada yang ngumpul sampai pagi, tapi ada yang tidur lagi setelah salat Subuh dan dilanjutkan nanti siang ke sore untuk ngabuburit," kata Agus kepada detikJabar, Kamis (6/3/2025).

Menurut Agus, setelah menunaikan salat zuhur, dia dan teman-temanya berkumpul di lapangan sepakbola yang ada di kawasan Andir. Kegiatan yang dilakukan beragam.

ADVERTISEMENT

"Dulu lebih sering ngumpul, ngumpul di salah satu tempat, kalau sudah ngumpul banyak kegiatan, misal main gitar, sepedahan, banyak kegiatan untuk ngabuburit," ungkapnya.

"Main kelereng, atau adu kelereng, kalau enggak main dodokaran, mobil-mobilan yang terbuat dari bambu dan memiliki ban yang terbuat dari sandal bekas," tambahnya.

Jika bersepeda, Agus dan teman-temanya gowes ke Jalan Asia Afrika, Alun-alun Bandung hingga Balai Kota. "Paling jauh ke Terminal Dago, jaraknya jauh, dulu enggak ada capeknya, malah gunakan sepeda BMX, gak pake gigi," ujarnya.

Haji Geyot di BandungHaji Geyot di Bandung Foto: Yudha Maulana

"Kalau di Alun-alun Bandung di pelataran Masjid Agung ada yang jualan pakaian, terus lihat ikon Haji Geyot, senang aja lihatnya, banyak hiburan lain juga," tuturnya.

Jika mengingat saat-saat itu, Agus yang masih duduk di bangku kelas 11 SMA mengaku rindu dengan masa kecilnya. Selain itu, tak hanya bermain di lapangan hingga bermain sepeda keliling Bandung. Agus dan teman-temanya kadang bermain ke kawasan Pagarsih dengan berjalan kaki, ngabuburit, sambil mencari takjil.

"Ngabuburit dari Jamika sampai Pagarsih, jalan kaki, buat beli takjil, seperti beli kolak, gorengan, kurupuk banjur dan lainnya," ucap Agus.

Agus menyebut, mungkin bagi masyarakat atau anak-anak yang tinggal di perkotaan kegitan yang dia lakuakan dulu, sudah tidak dilakukan lagi oleh anak-anak saat ini. Menurutnya, anak-anak lebih pilih gunakan gadget untuk hiburan dibandingkan main ke luar rumah.

"Dulu kebiasaan ngabuburit kuat dari main layangan sampai jelang magrib banyak kegiatan,sekarang gak seperti itu, terus anak-anaknya dulu kekompakannya beda, sekarang banyaknya lebih main gadgetnya," pungkasnya.

(wip/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads