Terik matahari dan debu yang beterbangan sudah menjadi bagian dari keseharian Tri, seorang pedagang ponsel bekas di Pasar Loak Cirebon. Siang itu, pria yang akrab disapa Pak Tri tampak duduk di bawah pohon di trotoar jalan. Di hadapannya, tersusun rapi berbagai jenis ponsel bekas, mulai dari model layar sentuh hingga ponsel klasik, yang dipajang dalam etalase kayu sederhana.
Di usianya yang telah menginjak 56 tahun, Tri telah berjualan ponsel bekas selama lebih dari 17 tahun. Ia memulai usaha ini sejak tahun 2007 dan masih setia berdagang di tempat yang sama.
"Sengaja jualan Hp bekas, soalnya kalau Hp baru kitanya kalah modal. Dasarnya emang hobi juga, dari dulu jualannya di sini saja. Di rumah juga Hp bekasnya masih banyak," tutur Tri, Senin (10/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tri menjelaskan bahwa meskipun teknologi ponsel terus berkembang, ponsel lama tetap memiliki kualitas yang lebih baik dan daya tahan yang lebih lama dibandingkan dengan keluaran terbaru. Selain itu, keuntungan dari penjualan ponsel lawas juga lebih besar pada masanya.
Dulu, Tri bisa meraup keuntungan hingga Rp200.000 dari satu ponsel bekas yang terjual. Namun, kini keuntungan yang didapatnya jauh lebih kecil, hanya sekitar Rp50.000 per unit.
"Saya jualan sejak dari handphone Nokia lama. Enak zaman dulu bisa dapat untung Rp150.000 sampai Rp200.000 untuk satu Hp, sekarang boro-boro untuk untung Rp100.000 saja susah. Paling kalau tukar tambah itu baru ada lebihnya," ungkapnya.
Menurut Tri, banyaknya penjual ponsel serta semakin beragamnya merek ponsel yang beredar membuat persaingan semakin ketat. Hal ini menyebabkan harga ponsel bekas terus menurun dan keuntungan pun semakin kecil.
"Dulu kan orang nyari Hp, Hp masih mahal-mahal. Sekarang yang jualnya sudah banyak. Sekarang hp yang nyari orang, bukan orang yang nyari Hp. Satu orang saja Hp-nya bisa dua atau tiga," katanya.
Tri mendapatkan stok ponsel bekas dari komunitas jual beli. Namun, ia mengingatkan bahwa dalam bisnis ini diperlukan kehati-hatian agar tidak membeli ponsel yang berasal dari tindak kejahatan atau yang kondisinya tidak layak pakai.
"Kita ada komunitas, soalnya kalau barang kayak gini tuh riskan, takutnya barang curian. Kalau beli dari Facebook juga kita harus pastikan dulu, datengin rumahnya, KTP-nya juga difotoin. Untuk ketipu, saya sudah sering. Dapat barang belum tentu dapatnya bener, harus diservis, kan mahal," ungkapnya.
Kejujuran Adalah Kunci
Tri percaya bahwa kejujuran adalah kunci utama dalam mempertahankan bisnisnya selama belasan tahun. Baginya, menjaga kepercayaan pelanggan lebih penting daripada sekadar mengejar keuntungan besar dalam waktu singkat.
"Sampai 15 tahun lebih jualan kan kita harus terus tanggung jawab dan jujur. Kalau mau nggak jujur memang untungnya gede, cuma kan kita kerjanya jadi nggak tenang. Orang jadinya komplain, kan itu harus dihadapi. Jangan sampai kena godaan," ujar Tri.
Setiap hari, Tri mulai berjualan dari pukul 11.00 WIB hingga 17.00 WIB. Dalam sehari, ia bisa menjual hingga tiga unit ponsel bekas. Namun, ada kalanya tidak ada satu pun ponsel yang laku.
Baca juga: Perubahan dan Mimpi Besar dengan Endog Emen |
Meskipun penghasilannya tidak menentu, Tri tetap menikmati pekerjaannya. Baginya, berjualan ponsel bekas bukan hanya sekadar mencari keuntungan, tetapi juga untuk menyalurkan hobi dan mengisi waktu di usia senja.
"Kalau dibilang nggak cukup, ibarat pensiun saja lah. Nggak terlalu memikirkan keuntungan yang terlalu besar, apalagi umur sudah 50 tahun lebih. Dasarnya berjualan juga kan dari hobi. Anaknya dua, yang kuliah satu, sekarang sudah kerja semua," pungkas Tri.
(sud/sud)