Cerita Kesetiaan dari Penjual Barang Bekas di Taman Kebumen Cirebon

Serba-serbi Warga

Cerita Kesetiaan dari Penjual Barang Bekas di Taman Kebumen Cirebon

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Kamis, 06 Mar 2025 02:31 WIB
Penjuang barang bekas di Cirebon
Penjual barang bekas di Cirebon (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar).
Cirebon -

Tepat di bawah pohon mahoni dekat Taman Kebumen, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon terdapat lapak barang bekas yang sudah 20 tahun lebih berjualan. Lapak tersebut dimiliki oleh seorang pria bernama Ripto.

Sore itu, bersama dengan seorang temannya, Ripto tampak sedang asyik mengobrol sambil menunggu pembeli yang mampir ke lapaknya. Ada banyak barang bekas yang dijual, dari mulai piring, gelas, mainan, guci, lemari hingga barang antik.

Aneka barang bekas tersebut, Ripto taruh di bagian depan dan belakang lapaknya. Ripto sendiri mendapatkan barang bekas tersebut dari orang-orang yang sengaja menjual kepadanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sistemnya kita kayak jual beli, siapa saja orang yang jual barang yah kita terima, untuk harganya tergantung barangnya. Sudah mulai jualan dari tahun 2000-an," tutur Ripto.

Ripto yang kini berusia 67 tahun bercerita, bahwa sebelum berjualan di Taman Kebumen, ia berjualan di belakang gedung British American Tobbaco (BAT). Namun, sejak gedung BAT akan beralih fungsi, Ripto dan para pedagang lain harus rela untuk pindah tempat.

ADVERTISEMENT

"Tadinya mah di sana dekat BAT, cuman digusur, jadi pindah ke sini, dulu di sana tempat pedagang, ada 20 mah, cuman sekarang sudah bubar semua," tutur Ripto.

Selama puluhan tahun berjualan barang bekas ada banyak suka-duka yang dialami Ripto, salah satunya ketika lapaknya beberapa kali terbakar. Menurut Ripto, kebakaran tersebut menghabiskan seluruh barang bekas yang ada di lapaknya, yang membuatnya mengalami kerugian mencapai puluhan juta rupiah.

Penjuang barang bekas di CirebonPenjual barang bekas di Cirebon (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar).

Meski lapaknya pernah terbakar, namun, Ripto tidak patah arang, dari hasil uang pinjaman, Ripto bangun kembali lapak barang bekasnya.

"Pernah lapak saya kebakaran 2 kali sih ada, hangus semua, jadi saya pinjam lagi buat modal, itu sekitar 3 tahun yang lalu kebakarannya, kebakaranya pas malem, nggak tahu ada yang bakar atau gimana," tutur Ripto.

Menurut Ripto, sekarang lapaknya tidak lagi ramai seperti dulu, di mana dalam sehari bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 1.000.000. Namun, sekarang Ripto hanya bisa mendapatkan omzet sekitar puluhan ribu sampai ratusan ribu Rupiah per hari.

"Dulu mah lumayan buat bayar kebutuhan sehari-hari tuh ada, paling banyak bisa dapat sampai satu jutaan, tapi sekarang nggak nentu cukup buat makan saja, dicukup-cukupin saja, " tutur Ripto.

Ripto sendiri memiliki 2 orang anak, karena penghasilannya menurun, salah satu anak Ripto harus rela berhenti kuliah di perguruan tinggi. Menurut Ripto, apapun pekerjaannya, pendidikan tetap yang terpenting.

"Anaknya dua, yang satu baru masuk kuliah, tapi kalau kakaknya sudah berhenti, karena nggak kuat bayarnya, kondisinya menurun kayak gini. Tapi tetep bagi saya pendidikan penting," pungkas Ripto.

Ripto berharap, semoga ke depan pemerintah dapat memperhatikan para pedagang yang terkena gusur seperti dirinya. "Saya kan punya tanggung anak kuliah, yah kalau digusur ada tempat relokasinya, orang kayak kita kalau bisa diajak kerja sama, kan manfaat," pungkas Ripto.




(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads