Terik panas matahari tidak menyurutkan semangat Pakiman (60) warga Desa Purbahayu, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran untuk tetap bekerja. Meskipun, napas berat harus terus dirasakannya setiap memulai pekerjaan.
Pakiman merupakan seorang penderes sekaligus perajin gula kelapa. Saban hari harus bekerja dalam kondisi ekstra hati-hati, sebab pekerajaan sebagai penderes bertaruh nyawa.
Dalam sehari, Pakiman memanjat puluhan pohon kelapa untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya literan air lahang sebagai bahan baku pembuatan gula kelapa. Selain itu, pohon kelapa yang dipanjat memiliki ukuran yang beragam dari mulai delapan meter hingga 15 meter. Sehingga setiap pijakan kaki menuju puncak pohon kelapa harus ditempuh dengan ekstra hati-hati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pakiman mengatakan dalam sehari ada dua sesi pemanjatan kelapa untuk mendapatkan air lahang kelapa. Sesi pertama untuk pagi hari memasang ember atau botol air dengan cara memotong kembang kelapa sehingga mengeluarkan getah atau lahang. Kemudian, sesi kedua sore harinya mengambil air lahang yang telah tertampung.
"Jadi lumayan proses kerjanya dua kali manjat pohon," kata Pakiman kepada detikJabar, Rabu (26/2/2025).
Sehari bekerja, Pakiman mengaku menaiki 35 pohon hingga 70 pohon kelapa untuk membawa air lahang sebagai bahan dasar pembuatan kelapa. "35 pohon itu kan paginya, sore 35 pohon. Jadi 70 pohon kelapa saya panjati," ucapnya.
Ia menerangkan, dari puluhan pohon kelapa tersebut seharinya dapat menghasilkan 70 liter air lahang yang dimasukkan dalam jeriken. "Itungannya kan dalam satu jeriken lima liter, ada hampir 14 jeriken yang dibawa," terangnya.
Namun siapa sangka puluhan liter air lahang itu hanya bisa menghasilkan 5-15 kilogram gula kelapa. "Jadi gulanya itu paling sedikit hanya lima kilogram, kalau lagi bagus kondisi lahangnya itu capai 15 kilogram," katanya.
Selain untuk gula, bahan lahang tersebut menjadi dasar pembuatan kecap manis. "Saya juga siapkan untuk ke pengusaha kecap manis, karena bahannya dari gula," ucapnya.
Ia mengatakan kondisi yang diceritakan itu apabila kondisinya cuacanya cerah atau musim kemarau. "Kalau musim hujan mentok dapat lima kilogram aja gulanya dalam sehari, dari sekian banyak pohon kelapa kadang tidak semua mengeluarkan lahang bagus," ujarnya.
Profesi sebagai penderes sudah dilakoni Pakiman sejak tahun 1987. Bahkan puluhan tahun berumah tangga ia mengaku mengandalkan sebagai penderes kelapa. "Saya lahir 1964 mungkin sekarang sudah 60 tahun. Nah mulai menyadap itu dari tahun 1987," katanya.
Selama menyadap kelapa, Pakiman bukan pemilik lahan, melainkan sewa kepada orang lain. "Kalau saya kan uang dari mana kang, saya ini juga sewa Rp 180 ribu per bulan," ucapnya.
![]() |
Ia mengatakan risiko menjadi seorang penderes tidak sedikit, dari mulai terjatuh, ditabok lebah dan sejenisnya. "Sudah saya rasakan semua, jatuh dari pohon pernah, lama tuh nggak nyadap, terpeleset tersengat lebah," katanya sambil menghela napas berat setelah menaiki satu pohon kelapa di sela-sela perbincangan.
Namun, kondisi itu tidak menyurutkan semangat Pakiman mencari rezeki. "Kalau nggak kerja ini saya mau apalagi, ya nikmati saja," katanya.
Bapak tiga anak itu mengaku bersyukur, meskipun penghasilan dari nyadap tidak membuatnya kaya, setidaknya bisa menghidupi keluarga. "Alhamdulillah sudah sejak dulu bisa menghidupi 3 anak satu sudah menikah dua lagi masih sekolah," ucapnya.
Ia mengatakan meski jejak profesinya tidak diteruskan sang anak, berharap semua putranya mendapatkan pekerjaan yang layak. "Cuman bisa mendoakan saja mereka berhasil dan sukses," katanya.
Proses Pembuatan Gula
Pakiman mengatakan proses pembuatan gula kelapa membutuhkan kurang lebih seharian. Pertama, proses pemisahan air lahang dengan kotoran yang terdapat dalam lahang. Air yang masih bercampur dengan getah disaring menggunakan waring, sehingga kotoran seperti daun, getah, ranting-ranting kecil yang masuk disaring terlebih dahulu.
Kemudian, air lahang digodok menggunakan air panas sampai mendidih matang hingga istilahnya nira kelapa itu kental. "Kalau sudah kental itu kayak membuat dodol, diaduk dulu hingga warnanya matang, lalu dipilah bagian yang kentalnya dari busa kurang lebih proses ini memakan waktu 1 hingga 3 jam," terangnya.
Setelah itu, gula kelapa ditiriskan hingga lumayan hangat. "Kalau sudah itu langsung masukan ke dalam cetakan gula, ditunggu sampai mengering hingga berbentuk cetakan," ucapnya.
Ia mengatakan satu kilogram gula kelapa saat ini mengalami penurunan harga dibandingkan pada akhir tahun sebelumnya. "Sekarang Rp 12 ribu per kilogramnya, harga lagi jatuh menjelang bulan puasa," katanya.
Biasanya, kata dia, saat harga normal dari perajin gula ke bandar itu dijual Rp 18 ribu per kilogramnya. "Karena harga gula tidak ada standarnya, nggak tahu kalau kita dari bandarnya yang atur," ucapnya.
(sud/sud)