Tepat di depan Pasar Kalitanjung, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon terdapat lapak tukang sol yang membuka jasa untuk memperbaiki sepatu, sandal, koper, atau tas yang rusak. Oleh pemiliknya, Ahmad Nawawi, lapak sol tersebut diberi nama sol basmalah.
Menurutnya, tujuan diberi nama basmalah agar segala sesuatunya ingat Allah SWT. "Segala sesuatu kan harus diawali bismillah, biar segala sesuatu ingat Allah dengan basmalah, yang artinya sama saja," tutur Ahmad Nawawi, belum lama ini.
Nawawi yang kini berusia 53 tahun bercerita, sebelum menjadi seorang tukang sol, ia merupakan seorang manajer di salah satu perusahaan pertanian di Kabupaten Cirebon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulunya manajer perusahaan yang bidang pertanian tahun 1996, baru 3 tahun posisi saya digeser, lalu tahun 1998 keluar jadi tukang sol di Sungai Sukalila," tutur Nawawi.
Selain karena ada masalah di lingkungan kerja, masalah lain adalah karena judi. Menurut Nawawi, dulu, saat ia masih bekerja di perusahaan, ia merupakan seorang pecandu judi dadu. Kala itu, Nawawi bisa menghabiskan uang belasan hingga puluhan juta rupiah per hari.
"Penyakit saya tuh cuman satu, pasal 303 (tentang judi), itu bisa habis Rp30 juta, Rp40 juta buat judi. Dulu judi itu masuknya tindak pidana ringan. Kalau judi dadu tuh, main judi satu jam saja uang cepat habis," tutur Nawawi.
Nawawi memaparkan, judi memberikan banyak efek buruk baik untuk diri sendiri sampai orang lain, salah satunya membuat retak hubungan keluarga. Untungnya, sebelum hal tersebut terjadi, Nawawi sadar dan berhenti untuk bermain judi.
Menurut Nawawi, kesadaran berhenti judi, mulai muncul tatkala ia mendengar suara anaknya yang menginginkan ia untuk pulang ke rumah. Semenjak berhenti berjudi, untuk mengisi waktu luang, Nawawi isi dengan memperdalam kandungan Al-Qur'an.
"Yang menjadi sadarnya itu ketika kita punya anak, bapak kok jarang pulang, nah di situs saya sudah taubatan nasuha, sudah 15 tahun taubat total, tidak bermain judi lagi. Soalnya kan kata Al-Qur'an, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Karena judi itu dampaknya sampai ke keluarga," tutur Nawawi.
![]() |
Nawawi mengatakan, semenjak berhenti bermain judi, kehidupannya menjadi semakin tenang, damai dan berkah.
"Alhamdulillah berkah, tenang, pikiran kita nggak gelap, nggak kayak dulu, cuman ingin main judi saya ke Bogor jam 3 pagi untuk mengambil uang Rp14 juta dan pulang ke Cirebon jam 3 sore, uang Rp14 juta itu langsung habis dalam waktu sehari semalam," tutur Nawawi.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, selain menjadi tukang sol, Nawawi juga berjualan obat pertanian yang ia racik sendiri, kemampuan untuk meracik obat pertanian, Nawawi dapatkan sejak bekerja di perusahaan pertanian dulu.
Menurut Nawawi, di zaman sekarang judi semakin merajalela akibat karena adanya kemajuan teknologi, yang membuat judi menjadi semakin mudah diakses. Padahal, lanjut Nawawi, apapun bentuknya judi tidak akan membuat orang kaya. Sebagai seorang korban, Nawawi sendiri aktif menyuarakan tentang bahaya judi di media sosial.
"Saya sebagai korban judi itu sering menyuarakan di medsos itu, kalau dibiarkan judi merajalela itu dampaknya ke mana-mana, dari mulai pedagang tidak laku, orang yang kerja duitnya cepat habis. Saya pribadi paling frontal kepada orang-orang yang bermain judi slot itu, sekarang anak kecil sudah main slot karena ada hp," tutur Nawawi.
Menurut Nawawi, salah satu upaya paling efektif untuk memberantas judi online adalah dengan menutup semua aksesnya. "Tutup aksesnya, yang bisa melakukan itu negara," tegas Nawawi.
Sebagai mantan pecandu judi, Nawawi juga berpesan kepada orang yang hari ini masih bermain judi online. Menurutnya, selain tidak akan membuat kaya, judi online malah akan membuat pemainnya hancur.
"Alangkah bodohnya kita melawan mesin karena sudah jelas kita nggak bakal menang, karena pemenangnya sudah ditentukan, jangan melawan mesin karena kita bakal hancur," pungkas Nawawi.
(orb/orb)