Sore itu tepat di bawah pohon beringin di Pasar Loak, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Sulaiman sibuk mereparasi kipas angin. Sepeda dan barang bekas lainnya berjejer di lapak milik Sulaiman.
Sebelum berjualan barang bekas, Sulaiman sempat merantau ke Lampung dan bekerja menjadi sopir selama puluhan tahun, dari mobil pribadi hingga truk. "Saya jadi sopir dari tahun 1970-an, sejak masih bujangan. Pas itu jadi sopir di Lampung soalnya dulu orang tua juga jadi sopir, paling jauh saya pernah ke Palembang dan Bengkulu," tutur Sulaiman, belum lama ini.
Namun, semenjak sang istri meninggal pada tahun 2015, ditambah dengan usia yang sudah senja, Sulaiman memutuskan untuk berhenti menjadi sopir, pulang ke Jawa dan beralih profesi menjadi penjual barang bekas seperti alat-alat elektronik dan sepeda bekas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Barang bekas tersebut Sulaiman dapatkan dari dari para pengepul. Meski saat didapatkan kondisi barangnya sudah rusak, namun, oleh Sulaiman barang-barang rusak tersebut dibetulkan hingga bisa berfungsi kembali. "Saya beli dari tukang rongsok elektronik terus saya benerin sampai hidup lagi, lalu saya jual. Untuk harga beli dan jualnya itu tergantung mereknya, sama lihat keadaan kondisi barangnya," tutur pria beruban berusia 68 tahun itu.
Keahlian dalam mereparasi barang Sulaiman pelajari dari kakaknya dengan bantuan mesin pencari Google dan YouTube. Menurutnya, di zaman sekarang apapun bisa dikuasai asalkan ada keinginan untuk belajar yang kuat. "Kan sekarang mudah ada mbah Google, tapi sekarang sudah nggak soalnya sekarang mata sudah nggak bisa baca, tapi alhamdulillah sudah bisa buat betulin mah," tutur Sulaiman.
Meski sudah disarankan agar tidak lagi bekerja oleh anak-anaknya. Namun, Sulaiman masih tetap keukeuh untuk bekerja. Sulaiman memiliki prinsip selama ia hidup dan masih sehat ia akan tetap terus bekerja. Sulaiman tidak ingin menggantungkan hidupnya kepada orang lain, termasuk kepada kelima anaknya yang sudah menikah dan bekerja
"Kalau saya sih dari dulu nggak mau hidup disuapin, anak-anak juga sudah ngelarang saya buat jualan, sudah katanya papa tuh sudah tua. Tapi saya nggak mau, saya masih punya sisa tenaga yah bekerja, kecuali kalau saya jompo," tutur Sulaiman.
Bahkan Sulaiman khawatir, jika di masa tuanya hanya dihabiskan dengan berdiam diri di dalam rumah. Ia malah akan cepat sakit, karena tubuhnya tidak dibiasakan untuk terus bergerak.
"Kalau disuapin terus sama anak kan, takutnya malah makin lama makin loyo jadi gampang sakit bukan makin seger, beda sama kayak kita yang tetap bekerja kayak gini," tutur Sulaiman.
Sulaiman mulai membuka lapaknya dari pagi pukul 06.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Meski penghasilannya tidak menentu. Tapi Sulaiman tak masalah, yang penting setiap hari dirinya diberikan kesehatan untuk bisa terus bekerja.
"Namanya orang jualan nggak menentu, tapi alhamdulillah cukup, kan biar ngisi waktu luang biar sehat saja, daripada nganggur, ingat pepatah lama orang tua, jangan tangan ke bawah, harus di atas dan jangan menyerah pada nasib," pungkas Sulaiman.
(sud/sud)