Di tengah hamparan persawahan para petani terlihat giat. Namun di antara aktivitas itu, tampak dari kejauhan seorang petani paruh baya tampak lesu.
Dari balik ladang yang ada di samping perkebunan mangga Carnimah (70) kurang bersemangat. Kendatipun tangannya tetap tak berhenti mencabut setiap rerumputan yang tumbuh diantara tanaman-tanaman cabainya yang belum tertumbuh dengan baik.
Saat dijumpai detikJabar, petani di Desa Juntiweden, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu itu mengaku gagal. Ia bercerita, tanaman yang seolah tidak tumbuh itu merupakan tanaman cabai setan yang ia tanam sejak 2 bulan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Niat hati ingin meraup untung melimpah di momen Natal dan tahun baru, justru gagal. Tanaman cabai setan milik Carnimah habis, nyaris tak bersisa diserang hama tikus.
"Sudah 2 bulan. Yah kena itu beurit (tikus). Yang sudah sih kalau tahun baru itu harganya lumayan, jadi saya tanam cabai. Akhirnya begini kena beurit," keluh Carnimah sambil menunjuk tanaman cabainya, Jumat (17/1/2025).
Padahal kata Carnimah, hasil dari kebunnya itu bisa untuk menambah kebutuhan keluarga. Namun, nasib berkata lain, Carnimah malah merugi hingga jutaan Rupiah.
Pasalnya, hama tikus yang mengganas seperti tak hentinya menyerang kebunnya. Dari 1.700 bibit yang ia tanam seringkali habis. Bahkan, kali ini Carnimah pun mengganti jenis tanamanya dengan harapan bisa menuai hasil panen.
"Sudah 3 kali ini, kalau yang sulaman ini ada juga terongnya. Habis Rp2 juta sih dari biaya awal sampai modal lainnya," katanya.
Kondisi itu tidak lantas membuat Carnimah menyerah. Beragam cara dilakukan agar bisa mengurangi serangan hama tikus yang masuk ke ladangnya. Mulai dari memasang racun tikus, memagari ladang dengan plastic viber hingga kini Carnimah akan memasang jebakan listrik.
"Beras campur racun nggak dimakan, timun juga nggak dimakan, sekarang mau pakai setrum. Iya belum sempat panen," katanya.
Memang kata Carnimah selain mengelola tanaman padi, di sejumlah petak sawah yang ia sewa juga ditanami horti lainnya. Namun, dua tahun belakangan diakui Carnimah perkebunan itu kurang mendapatkan hasil optimal. Selain tikus, sejumlah penyakit tanaman pun sering menyerangnya.
"Sering (berkebun) tapi itu hasilnya kurang karena penyakit," ujarnya.
Kendati demikian, Carnimah mengaku tidak kapok. Sebab, bercocok tanam di sawah menjadi satu-satunya aktivitas yang digelutinya hingga kini berusia senja.
(mso/mso)