Keluh Kesah Nelayan Cirebon yang Mulai Kehilangan Cuan di Lautan

Keluh Kesah Nelayan Cirebon yang Mulai Kehilangan Cuan di Lautan

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Rabu, 18 Des 2024 07:00 WIB
Rizal nelayan Cirebon.
Rizal nelayan Cirebon. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar
Cirebon -

Suasana sore di perkampungan Nelayan, Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon tampak sejuk, angin laut berhembus dengan sepoi-sepoi, tidak jauh dari deretan kapal yang tertambat di muara, seorang nelayan tengah duduk melepaskan penatnya di bangku yang tak jauh dari muara.

Namanya Rizal. Nelayan yang berusia 47 tahun itu tengah bersantai. Ia telah mejalani pekerjaannya sebagai nelayan sejak usia 15 tahun.

Sambil duduk santai, Rizal bercerita, bahwa sekarang kehidupan nelayan menjadi semakin sulit. Menurutnya, dibandingkan dahulu, sekarang, ikan di laut menjadi sulit didapatkan, apalagi, jika musimnya sedang cuaca buruk seperti sekarang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk pendapatanya tergantung musim, dulu kalau musimnya bagus, 1 jam berangkat saja sudah dapat banyak, bisa sampai 50 kilo, tapi sekarang lagi nggak musim, nyari 10 atau 5 kilo saja sulit, kadang malah nggak dapat," tutur Rizal, belum lama ini.

Rizal mengenang, sekitar tahun 2001 sampai 2005, dalam sehari, ia bisa mendapatkan omzet dari hasil menjual tangkapan ikan mencapai Rp 500.000 sampai Rp 600.000. Berbeda dengan sekarang, di mana dirinya, hanya bisa mendapatkan uang sekitar Rp 100.000 sampai Rp 200.000. Padahal, lanjut Rizal, untuk sekali melaut, ia membutuhkan modal untuk membeli bahan bakar solar sebanyak 10 liter dengan harga Rp 70.000.

ADVERTISEMENT

"Setiap hari berangkat, pagi berangkat, pulang jam 12 siang. Untuk dapatnya mah nggak pasti, mau nggak cukup yah nggak cukup, mau bilang cukup yah dicukup-cukupin saja, paling kalau lagi ramai dapatnya Rp 200.000, kalau lagi sepi paling Rp 100.000 tapi itu masih kotor, belum buat beli solar, ditambah kalau beli solar itu susah, harus pakai syarat buat barcode gitu, padahal nelayan kan banyak yang buta huruf," tutur Rizal.

Menurutnya, ada beberapa penyebab kenapa tangkapan ikan nelayan menjadi semakin sedikit, salah satunya karena banyaknya kapal besar yang beroperasi, serta penggunaan alat tangkap yang berukuran lebih besar. Hal ini, menurut Rizal, dapat mematikan usaha nelayan kecil seperti dirinya untuk mendapatkan ikan.

"Sekarang kebanyakan nelayan modern yang beroperasi dengan kapal besar, yang berasal dari Kejawanan atau dari luar negeri juga ada. Beda kayak dulu, kebanyakan nelayan kecil kayak saya, nangkepnya juga pakai jaring, tapi kalau kapal besar, alat tangkapannya pakai purse seine yang besar. Jadi nelayan belum dapat ikan, tapi ikannya sudah habis semua, karena sudah diambil semua pakai purse seine" tutur Rizal.

Bahkan, tak jarang, menurut Rizal, hanya karena perebutan wilayah penangkapan ikan di laut, dapat menimbulkan konflik antarsesama nelayan, meski konfliknya hanya sebatas adu mulut. "Kalau saling melarang, nanti ribut di laut, gara-gara masalah penangkapan lahan ikan ini, misal dia menabrak jaringnya kita, tapi cuman bertengkarnya di mulut saja," tutur Rizal.

Meskipun kehidupan nelayan sulit, tapi Rizal pantang untuk berutang ke bank keliling atau bank emok. Baginya, utang adalah sesuatu yang harus dihindari, karena akan merugikan dirinya dan keluarganya di kemudian hari. Menurut Rizal, salah satu cara untuk menghindari utang adalah hidup dengan apa adanya.

"Saya alhamdulillah modal sendiri, nggak pinjem, masih bisa bertahan, yah dikuat kuatin saja buat nggak pinjam, soalnya kalau pinjem takut nggak ada hasil, malah ditagih utang, jadi nambah beban pikiran, udah seadanya saja," tutur Rizal.

Sekolahkan Anak hingga Perguruan Tinggi

Di tengah sulitnya kondisi kehidupan nelayan di Cirebon, Rizal berhasil menyekolahkan anaknya sampai jenjang perguruan tinggi di salah satu universitas di Cirebon. Bagi Rizal, meski dirinya tidak tamat sekolah dasar, dan mengalami buta huruf. Pendidikan tetap menjadi yang terpenting bagi anak-anaknya.

"Anaknya dua, yang satu sudah SMK Kelas 3, yang satunya lagi itu sudah kuliah, bahkan sekarang mau lanjut S2. Karena pendidikan penting, meski saya buta huruf, dan sekolah SD saja saya nggak tamat, masa anaknya mau nggak tamat lagi," tutur Rizal.

Rizal mengatakan, meski dalam prosesnya sulit, tapi ia akan tetap berusaha mencari rezeki yang halal demi kedua anaknya agar bisa tetap bersekolah.

"Itu juga dari hasil nabung jadi nelayan, dapat rezeki sedikit ditabung, sampai anak-anak bisa sekolah semua, yah masa bapaknya nggak sekolah anaknya nggak sekolah lagi, insyaallah anak yang kedua juga bakalan saya kuliahin lagi, pokoknya cukup nggak cukup harus sekolah," tutur Rizal.

Ke depan, Rizal berharap, pemerintah dapat lebih memperhatikan lagi nasib nelayan kecil seperti dirinya. "Semoga pemerintah terbuka pikirannya untuk membantu nelayan supaya sejahtera, untuk menghidupi dan menyekolahkan anak, yah perhatikan lah nelayan," pungkas Rizal.




(sud/sud)


Hide Ads