WCC Mawar Balqis mencatat ada 68 kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi pada tahun 2024. Mayoritas aduan yang masuk dan ditangani berasal dari Cirebon, Jawa Barat.
Jika dibandingkan dengan jumlah kasus pada 2022, jumlah kasus di tahun ini terbilang menurun. Namun hal itu bukan berarti menunjukkan hal positif. Ada berbagai kemungkinan yang menyebabkan jumlah kasus pada tahun ini mengalami penurunan.
Manager Program WCC Mawar Balqis, Sa'adah memaparkan jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi selama tiga tahun terakhir, yakni sejak tahun 2022 hingga 2024. Pada tahun 2022, kata Sa'adah, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan tercatat ada sebanyak 94 kasus. Kemudian pada tahun 2023 jumlah kasusnya tercatat ada sebanyak 64 kasus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara data kasus kekerasan terhadap perempuan yang tercatat pada 2024 ada sebanyak 68 kasus. Sa'adah menjelaskan data kasus kekerasan itu adalah kasus yang tercatat di WCC Mawar Balqis.
"Pada tahun 2024 sampai di minggu kemarin itu ada di angka 68 kasus," kata Sa'adah dalam kegiatan soft launching CATAHU Kekerasan Terhadap Perempuan di Cirebon 2024 yang berlangsung di Gedung Negara, Cirebon, Rabu (11/12/2024).
Dalam pemaparannya, Sa'adah menyoroti jumlah kasus pada tahun ini yang terlihat menurun jika dibandingkan dengan tahun 2022. Menurutnya ada berbagai kemungkinan di tengah perbedaan jumlah kasus tersebut.
Ia menyebut, menurunnya jumlah kasus pada tahun ini bisa saja disebabkan karena tidak banyak korban yang berani buka suara atau melapor. "Kalau misalnya kawan-kawan, bapak-ibu semua melihat, kok angkanya turun yah. Kami ingin menyampaikan itu bisa dua makna. Bisa jadi memang angkanya turun atau angka korban yang melapor itu semakin sedikit yang berani speak up," kata Sa'adah.
"Atau mungkin (jumlah kasus) yang meningkat itu di lembaga layanan yang lain. Jadi kalau di kami, di WCC itu memang lebih mengutamakan pada pemulihan korban," kata dia menambahkan.
Sa'adah menuturkan, ada beragam bentuk kekerasan terhadap perempuan yang tercatat pada tahun ini. Dari 68 kasus, 63 di antaranya adalah kekerasan psikis. "Bentuk kekerasan itu ada (kekerasan) fisik, psikis, seksual dan ekonomi. Bentuk kekerasan yang paling tinggi di tahun 2024 ini adalah kekerasan psikis. Kalau di data kami, itu ada 63 kasus dari 68 kasus," kata Sa'adah.
"Kami juga ingin mengingatkan kita semua, bahwa satu korban itu bisa jadi mengalami lebih dari satu bentuk kekerasan. Mungkin satu korban hanya mengalami kekerasan psikis saja. Tapi ada juga korban yang mengalami kekerasan psikisnya iya, seksual iya, fisik juga iya. Jadi korban mengalami kekerasan berlapis," sambung dia.
Berdasarkan catatan WCC Mawar Balqis, perempuan yang menjadi korban dalam kasus kekerasan ini mayoritas berusia mulai dari 25 - 40 tahun. "Ternyata yang menurut kita sudah dewasa pun, itu masih banyak yang mengalami kekerasan. Asumsinya kan kalau kita sudah dewasa harusnya bisa melindungi diri sendiri. Tapi faktanya ternyata masih banyak yang mendapatkan kekerasan, meski pun dia sudah ada di usia matang," ucap Sa'adah.
(iqk/iqk)