Kisah Bos Becak Mini Klayan, Melawan Sepi Penjualan dengan Ubah Ukuran

Kisah Bos Becak Mini Klayan, Melawan Sepi Penjualan dengan Ubah Ukuran

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Senin, 02 Des 2024 10:30 WIB
Tomi dan tempat usaha pembuatan becak mininya
Tomi dan tempat usaha pembuatan becak mininya. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar
Cirebon -

Di sebuah gang kecil yang terletak di Desa Klayan, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon, terdapat sebuah rumah yang menjadi tempat produksi becak di Cirebon. Tempat produksi becak tersebut dikelola oleh seorang lelaki bernama Tomi (37).

Hari itu, Tomi tampak sedang sibuk. Ia sedang menggambar berbagai macam motif untuk badan becak. Di sekitar rumahnya, terlihat juga berbagai macam kerangka becak, dari mulai bangku, roda, hingga penutup becak. Menurut Tomi, usaha pembuatan becak sudah berdiri selama puluhan tahun. Mulai dirintis oleh ayahnya yang bernama Saydun.

Kala itu Tomi dan ayahnya tidak langsung menjadi pembuat becak, tetapi penyewa becak terlebih dulu. Melihat yang sewa becak semakin banyak, akhirnya Saydun memutuskan untuk mulai merintis usaha pembuatan becak. Saat itu, becak yang dibuat adalah becak besar, yang biasa digunakan untuk menarik penumpang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari saya kecil sudah ada. Dirintis ayah saya, almarhum Bapak Saydun. Awalnya nggak langsung jadi pembuat becak, tapi jadi tukang sewa becak terlebih dahulu, dalam sehari itu yang menyewa becak bisa sampai 50 orang.

"Baru setelah yang nyewa semakin banyak, mulai memproduksi becak sendiri. Itu sekitar tahun 1980-an," tutur Tomi belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Namun, sekitar tahun 2005, penjualan dari becak besar yang diproduksi Tomi menurun. Menurut Tomi, hal ini disebabkan karena mulai banyaknya masyarakat yang memiliki motor pribadi, dan masyarakat yang lebih memilih untuk menggunakan kendaraan umum.

Puncaknya di tahun 2010, ketika itu, Tomi sudah jarang memproduksi becak besar, tetapi hanya memproduksi becak mini dengan merek produk becak mini Memen.

"Sekitar 2005-an ketika motor mulai banyak yang punya, dulu orang mau beli motor susah karena nggak ada sistem kredit, sekarang orang beli motor lebih mudah, cuman modal Rp 500.000 sudah dapat motor. Untuk becak besar, sekarang mah buatnya kalau ada pesanan saja. Nama Memennya nggak ada arti khusus, cuman diambil dari nama orang yang jualan online saja," tutur Tomi.

Meski tidak lagi memproduksi becak besar, perlahan tapi pasti, becak mini yang diproduksi Tomi mulai banyak diminati. Agar lebih dikenal, Tomi juga menggunakan media sosial sebagai alat promosinya. Dalam satu minggu, Tomi bisa menyetok puluhan becak mini, bahkan, sekarang, stok becak mini yang jumlahnya puluhan tersebut, sudah habis dibeli pembeli.

"Tergantung, sekarang saja, istilahnya lagi keteteran, padahal biasanya stok tuh selalu ada sekitar 20 sampai 30 unit, sekarang sudah nggak ada, alhamdulillah tandanya lagi ramai. Dalam seminggu, kalau pegawainya ada dua orang, itu bisa produksi sampai 10 becak mini. Jadi becak besarnya sepi, becak mininya ramai," tutur Tomi.

Tidak hanya sekitar Cirebon, menurut Tomi, becak mini hasil produksinya, juga dijual ke berbagai macam pulau yang ada di Indonesia, seperti Lampung, Aceh, Medan dan Kalimantan. Bahkan, Tomi berencana, becak mininya akan di kirim ke luar negeri. "Ini saja ke Lampung kemarin baru kirim, sekitar 20 becak, sekarang sudah minta kirim lagi. Untuk ke luar negeri baru Malaysia, itu pesanan. Kalau deal jadi, nanti orangnya datang sendiri ke sini," tutur Tomi.

Satu becak mini, Tomi hargai Rp 2.200.000, dalam satu minggu, Tomi bisa mendapatkan omzet sekitar puluhan juta rupiah. Untuk motifnya sendiri, itu bisa berbeda-beda tergantung pesanan dari pembeli. Biasanya, pesanan becak mini meningkat saat musim mudik tiba.

"Untuk ukurannya itu ada dua jenis, ada yang buat anak kecil ukuran ban 16, ada juga yang ukuran ban 20 yang bisa digunakan untuk dua orang. Tempat duduknya atau sadelnya juga ada dua macam, ada yang pakai kayu ada juga yang pakai sadel sepeda. Paling banyak yang beli biasanya pas puasa menjelang Hari Raya Idulfitri," tutur Tomi.

Menurut Tomi, biasanya, becak mini dibeli untuk oleh-oleh mudik, atau untuk disewakan sebagai mainan anak-anak. "Tergantung, ada yang pesan buat lembaga atau ada yang buat dijual lagi dan sewakan sebagai mainan anak-anak tuh, kan biasanya di alun-alun kan banyak menyewakan becak mainan, "tutur Tomi.

Tomi dan tempat usaha pembuatan becak mininyaTomi dan tempat usaha pembuatan becak mininya Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Sentra Becak Klayan

Menurut Tomi, dahulu Klayan memang jadi pusat becak di Cirebon, di sana, ada banyak orang yang menjadikan becak sebagai mata pencaharian utama, dari mulai penyewa becak, pembuat becak, hingga tukang becak. Untuk jumlah pembuat becak saja, menurut Tomi, di desa Klayan ada sekitar puluhan orang yang jadi pembuat becak.

"Gang-gang di Klayan sini, dulunya banyak tukang becak, itu sekitar 1994, Klayan jadi sentra becak di Cirebon. Ada sekitar 10 sampai 20 yang memproduksi becak," tutur Tomi.

Namun itu dahulu, sekarang becak Klayan, sudah mulai pudar digerus zaman. Untuk yang masih memproduksi becak , menurut Tomi, hanya tersisa 4 orang. Itupun yang diproduksi hanya becak mini, bukan becak besar. Sebagian masyarakatnya pun sudah mulai beralih profesi, yang tadinya tukang becak, sekarang menjadi kuli bangunan atau nelayan.

"Dulu banyak tempat produksi becak ada sekitar 20 mah, Tapi sekarang yang produksi becak tersisa cuma 4, di gang sebelah sini dan yang sebelah sana, " tutur Tomi.

Meski jika dilihat sekilas sama, menurut Tomi, khusus di Klayan, becak memiliki ciri khas tersendiri. Ciri khas tersebut, lanjut Tomi, hanya bisa dilihat oleh sesama pengrajin becak. Selain itu juga, menurut Tomi, besi yang digunakan juga berasal dari tukang besi khusus yang sudah puluhan tahun menjadi pemasok kerangka becak di Klayan.

"Saya tahu, mana produksi dari Klayan atau bukan, bahkan antara sesama pembuat becak di Klayan juga punya ciri khas masing-masing, bisa dilihat dari motifnya itu. Sama ngambil besinya juga di tukang las khusus yang punya kualitas bagus. Itu ada di daerah Celancang, Kabupaten Cirebon, sudah menjadi langganan ngambil besinya di sana. Di sini tinggal merakit dan menghias nya saja, tutur Tomi.

Tomi mengatakan, kebanyakan yang menjadi pembuat becak masih dalam lingkup satu keluarga. Menurutnya, di Klayan, keahlian dalam membuat becak diajarkan secara turun temurun. "Kebanyakan itu semua masih satu keluarga, karena di dalamnya itu ada teknik tersendiri dalam membuat becak, dan itu diajarkan secara turun temurun. Meski terlihat gampang, nggak semua orang bisa buat becak, ada tekniknya," tutur Tomi.

Sebagai salah seorang yang masih memproduksi becak, besar harapan Tomi, agar usaha becaknya masih tetap bertahan bahkan berkembang. "Yah penginnya sih berkembang, semakin dikenal saja, biar di sini masih terkenal jadi sentra pembuat becak," pungkas Tomi.

Bagi yang berminat untuk membeli becak Memen bisa langsung datang di Jalan Gunung Jati, Desa Klayan, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, atau bisa juga lewat online dengan mengunjungi media sosial becak Memen Cirebon.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads