Langkah Sederhana Hadi Pertemukan Ayah-Anak Terpisah 31 Tahun

Jabar Sepekan

Langkah Sederhana Hadi Pertemukan Ayah-Anak Terpisah 31 Tahun

Tim detikJabar - detikJabar
Senin, 25 Nov 2024 07:30 WIB
Aiptu Hadi menemui Radi (82) dan Yanto (40)
Aiptu Hadi menemui Radi (82) dan Yanto (40). (Foto: Devteo Mahardika/detikJabar)
Cirebon -

Aiptu Hadi tak menyangka akan dipertemukan dengan tugas mulia yang berbeda dari hari biasanya. Suatu hari, ia menerima pesan WhatsApp dari seorang pendeta asal NTT, Robertus Belarnius Asianto (40), yang dikenal juga sebagai Mas Yanto.

Aiptu Hadi merupakan anggota Polresta Cirebon yang saban hari bertugas sebagai polisi RW. Selama ini, dia bertugas di Desa Kedaunan, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon.

Guna membantu masyarakat, ia mencantumkan nomor handphone pada akun instagram-nya. Yanto mengirimkan pesan ke nomor Aiptu Hadi itu, untuk meminta bantuan dipertemukan dengan sang ayah yang sudah 31 tahun terpisah dengannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yanto selama ini tinggal di Ruteng, NTT sementara ayah Yanto yang bernama Radi (82), diyakini masih tinggal di tempat Aiptu Hadi berdinas. Aiptu Hadi mendapat tantangan tersendiri saat Yanto hanya memberikan foto lama yakni wajah Radi saat masih muda.

"Ia (Yanto pria 40 tahun) menghubungi saya melalui nomor yang saya cantumkan di Instagram. Mas Yanto mengatakan ingin mencari ayahnya (Radi pria 82 tahun) yang tinggal di Desa Keduanan berdasarkan petunjuk dari foto lama," tutur Hadi kepada detikJabar, Selasa (19/11/2024).

ADVERTISEMENT

Yanto menggantungkan harapannya pada sang polisi. Telah lama ia menyimpan kerinduan untuk bertemu sang ayah. Ketika Yanto berada di Salatiga untuk melanjutkan pendidikan kuliah S2 dan hendak menuju Jakarta, saat itulah kenangan tentang sang ayah kembali menguat.

"Dapat pesan itu dari Mas Yanto, saya langsung bergerak cepat. Saya konfirmasi ke perangkat desa, dan ternyata benar, nama Pak Radi ada di sana. Setelah memastikan, saya menghubungi Mas Yanto, lalu kami bersama-sama mendatangi rumah Pak Radi," kenang Hadi.

Pertemuan itu tak hanya penuh haru, tetapi juga menjadi saksi betapa cinta seorang anak kepada ayahnya tak pernah luntur meski terpisah waktu dan jarak. "Ketika mendengar cerita dari keduanya, banyak kesamaan yang menguatkan bahwa mereka benar ayah dan anak," ujarnya.

Langkah sederhana Hadi, seperti mencantumkan nomor HP di Instagram dan membuat stiker informasi yang ditempel di berbagai tempat, menjadi bukti bahwa inovasi kecil dapat membawa dampak besar. Bahkan dalam menjalankan tugas, ia menggunakan uang pribadi untuk mencetak stiker yang berisi nama dan nomor kontaknya, kemudian membagikannya ke warga.

Berkat langkah Aiptu Hadi, upaya Yanto untuk menemui sang ayah berbuah manis. Kisah ini akan mengantarkan pembaca kilas balik mundur ke awal cerita, pada tahun 1976 silam.

Kala itu Radi merantau ke Ruteng, Nusa Tenggara Timur (NTT), bersama dua orang temannya untuk bekerja sebagai nelayan. Selama hampir setahun, ia mencari ikan di perairan Ruteng.

Di sana, Radi menikahi seorang wanita bernama Asiah asal Mojokerto, Jawa Timur. Setelah beberapa tahun menikah mereka akhirnya dikaruniai seorang anak pada tahun 1984 bernama Yanto.

"Waktu tahun 1976 saya berangkat sama dua orang teman saya dari desa yang sama ke Ruteng NTT," kata Radi saat ditemui detikJabar di kediamannya, Selasa (19/11/2024).

"Waktu saya di Ruteng itu ikut kerja buat cari ikan, nah saya ketemu tuh sama ibunya Yanto terus nikah," sambungnya.

Namun, takdir memisahkan mereka. Ketika Yanto duduk di kelas 3 SD, Radi harus kembali ke Cirebon. Kesulitan finansial membuat Radi tidak mampu kembali ke Ruteng untuk mencari anaknya.

"Seingat saya saat itu Yanto kelas 3 SD, terus saya pisah sama ibunya dan saya pulang ke Cirebon. Mau cari Yanto juga saya enggak punya uang jadi ya saya enggak bisa balik lagi kesana (NTT)," terangnya.

Sebagai gantinya, ia menitipkan sebuah foto berukuran 10R kepada pemerintah desa di Ruteng, berharap foto itu suatu hari bisa sampai ke tangan Yanto.

"Kebetulan saya pernah nitipin foto saya ke teman saya yang jadi kepala desa di sana namanya Pak Frans. Saya nitip pesan ke Pak Frans kalau anak saya (Yanto) udah cukup besar kasihkan foto ini supaya ingat terus sama bapaknya," bebernya.

Pertemuan pada 31 tahun kemudian itu tak hanya penuh haru, tetapi juga menjadi saksi betapa cinta seorang anak kepada ayahnya tak pernah luntur meski terpisah waktu dan jarak.

"Ketika mendengar cerita dari keduanya, banyak kesamaan yang menguatkan bahwa mereka benar ayah dan anak," ujarnya.

Akhirnya, sebuah pertemuan penuh haru terjadi di sebuah desa Keduanan, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat pada Juni 2024. Seorang ayah yang telah terpisah dari anaknya, akhirnya bisa memeluk kembali putranya.

"Saya baru pertama kali ke Cirebon. Semuanya terasa asing, saya juga sempatin mumpung saya di Jawa buat cari-cari ayah saya," ungkap Yanto.

Radi mengaku tak dapat menahan air matanya saat melihat putra yang lama hilang kini berdiri di hadapannya.

"Saya sangat senang dan bangga. Anak saya sudah menjadi seorang pastor dan berpendidikan tinggi," ujar Radi dengan mata berkaca-kaca.

Kisah ini adalah bukti bahwa kasih keluarga tak mengenal batas waktu dan jarak. Meskipun terpisah lebih dari tiga dekade, pertemuan ini mengingatkan kita akan pentingnya harapan, keberanian, dan bantuan sesama dalam mengatasi rintangan.

"Pertemuan ini adalah mukjizat bagi saya," tutup Yanto. Ia berharap kisahnya bisa menginspirasi orang lain untuk tidak pernah menyerah dalam mencari cinta dan hubungan keluarga yang telah hilang.




(aau/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads