Kota Cirebon, daerah yang kaya akan peninggalan sejarah menyimpan banyak 'harta karun' berupa manuskrip atau naskah kuno. Untuk melindungi warisan budaya ini, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Cirebon gencar melakukan digitalisasi.
Langkah ini dilakukan agar naskah-naskah kuno yang telah berusia lebih dari 1 abad itu tetap terjaga kondisinya dan dapat diakses oleh generasi mendatang.
Menurut Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Cirebon Gunawan, dengan digitalisasi masyarakat bisa melihat naskah-naskah kuno tanpa harus memegang secara langsung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Digitalisasi ini bisa mencegah kemungkinan kerusakan. Di samping itu masyarakat juga bisa dengan mudah mengaksesnya tanpa harus memegang langsung," kata Gunawan saat berbincang dengan detikJabar di Kota Cirebon, Rabu (13/11/2024).
Sejauh ini, kata dia, setidaknya ada belasan naskah kuno yang telah digitalisasi oleh Dinas Perpustakaan dan kearsipan Kota Cirebon. Masyarakat yang ingin melihat naskah kuno, bisa mengaksesnya melalui website yang telah disediakan.
Website tersebut bernama SINGKONO, yang merupakan akronim dari Sistem Informasi Naskah Kuno. Website tersebut disediakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Cirebon bagi masyarakat yang ingin melihat naskah-naskah kuno.
"Jika ingin melihat naskah-naskah kuno, masyarakat bisa mengakses SINGKONO. Sejauh ini baru ada 11 naskah kuno yang sudah digitalisasi," ucap Gunawan.
Ia mengatakan, naskah-naskah kuno yang telah digitalisasi tersebut ditulis dengan berbagai macam bahasa. Seperti Arab, bahasa China dan lain-lain. Gunawan menyebut, naskah-naskah kuno tersebut sebagian berasal dari keraton yang ada di Kota Cirebon.
"Naskah-naskah kuno yang telah digitalisasi kebanyakan dari keraton. Tapi dari perorangan, seperti budayawan juga ada. Naskah-naskah kuno tersebut ada yang ditulis dengan Arab Pegon, bahkan ada juga yang menggunakan bahasa China," kata dia.
Tidak hanya naskah kuno, ada juga buku langkah, koran dan majalah lama yang telah didigitalisasi. Termasuk foto-foto lawas.
Adapun salah satu naskah kuno yang telah digitalisasi adalah Surat Al-Fatawi. Naskah tersebut ditulis pada tahun 1910 oleh KH Ahmad Syar'i Martakusuma. Surat Al-Fatawi itu menceritakan sekelompok jawara pembela rakyat dan penentang penjajah yang terdiri dari 7 orang.
(mso/mso)