3 Hari Menegangkan Bagi Suradi, Tercebur ke Laut Tanpa Pelampung

3 Hari Menegangkan Bagi Suradi, Tercebur ke Laut Tanpa Pelampung

Devteo Mahardika - detikJabar
Rabu, 13 Nov 2024 08:00 WIB
Suradi usai diselamatkan nelayan Sumenep Madura
Suradi usai diselamatkan nelayan Sumenep Madura (Foto: istimewa)
Cirebon -

Perjuangan hidup yang luar biasa dialami oleh Suradi, seorang pemuda berusia 21 tahun asal Cirebon, yang terombang-ambing di lautan lepas selama tiga hari setelah jatuh dari kapal feri di perairan Sumenep, Madura.

Berkat ketenangan, kreativitas, dan keinginan hidup yang kuat, ia berhasil bertahan dan akhirnya diselamatkan oleh nelayan pada Senin, 4 November 2024.

Dani, paman Suradi, menjelaskan bahwa peristiwa ini bermula ketika Suradi yang bekerja sebagai nelayan cumi-cumi di sebuah perusahaan di Maluku dipulangkan ke Cirebon oleh pengusaha tempatnya bekerja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena merasa tak betah, Suradi dipulangkan pada tanggal 30 Oktober 2024 dengan menggunakan kapal Pelni KM 420 dari pelabuhan Dobo Maluku menuju pelabuhan Tanjung Priok. Namun, perjalanan pulangnya berubah menjadi pengalaman mendebarkan yang hampir merenggut nyawanya.

"Tadinya dia (Suradi) ini diajak sama temennya buat jadi nelayan di Maluku, tapi mungkin karena enggak betah jadinya dia minta pulang dan pulang pake kapal Pelni dari Maluku ke Tanjung Priok," kata Dani, Senin (11/11/2024).

ADVERTISEMENT

Perjuangan Hidup Tanpa Pelampung

Pada 1 November 2024, saat sedang berada di atas kapal, Suradi memutuskan untuk membeli kopi. Ketika berjalan di dek samping kapal, ia duduk di besi pembatas dan hendak turun, namun kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke laut. Dalam sekejap, ia terpisah dari kapal yang melaju cepat, dan menyadari bahwa ia harus menghadapi situasi darurat tanpa pelampung.

"Nah pas ditanggal 1 November itu, tadinya Suradi ini niat beli kopi terus duduk di besi pembatas dek kapal, pas mau turun malah kepeleset terus jatuh dari kapal," ungkapnya.

Mengandalkan insting bertahan hidup, Suradi menciptakan alat bantu apung dari celananya. Ia memanfaatkan celana tersebut untuk menjaga tubuhnya tetap terapung di permukaan air. Pada hari terakhir, ia bahkan menemukan botol air mineral yang digunakannya sebagai pelampung tambahan. Dengan kedua alat bantu seadanya, Suradi bertahan di tengah laut selama tiga hari, melawan rasa lapar, haus, dan dinginnya malam.

Momen Penyelamatan yang Ditunggu

Ia melanjutkan, setelah tiga hari penuh tantangan di tengah laut, harapan datang. Pada 4 November 2024, Suradi ditemukan oleh Abdul Rokim, seorang nelayan asal Sumenep, yang melihat sosok Suradi terombang-ambing di kejauhan.

Rokim, dengan bantuan nelayan lain, segera membawa Suradi ke daratan dan langsung membawanya ke puskesmas terdekat untuk perawatan medis. Kondisi Suradi saat itu lemah, dengan napas yang sesak akibat menelan banyak air laut, serta trauma mendalam akibat pengalaman yang nyaris merenggut nyawanya.

"Kami keluarga mengucapkan terima kasih kepada warga Sumenep yang udah bantu keponakan saya ini sampai akhirnya selamat," ungkapnya sambil berkaca-kaca.

Bantuan dan Kepedulian dari Warga Sumenep

Para warga yang menemukan Suradi tidak hanya menyelamatkannya, tapi juga segera berinisiatif untuk menghubungi keluarga Suradi di Cirebon. Dengan bantuan jejaring Nahdlatul Ulama (NU), kabar tentang selamatnya Suradi akhirnya sampai kepada keluarganya melalui koordinasi antara PCNU Sumenep dan PCNU Kabupaten Cirebon pada 5 November.

Ketua PCNU Kabupaten Cirebon, KH. Aziz Hakim Syaerozie membenarkan kejadian tersebut. Ia mengatakan, Suradi yang berasal dari keluarga kurang mampu di Desa Pegagan Kidul, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, kini memerlukan dukungan untuk proses pemulihan fisik dan mentalnya.

"Kami akan melakukan advokasi untuk membantunya, termasuk dalam penanganan trauma pasca insiden yang ia alami dan meminta haknya sebagai penumpang kapal Pelni," ungkapnya.

Inspirasi dari Kisah Bertahan Hidup Suradi

Aziz menyampaikan kisah Suradi merupakan inspirasi tentang ketangguhan dan keinginan hidup yang kuat. Ketika berada di titik terendah, dengan nyawa yang seakan di ujung tanduk, ia tetap berupaya bertahan dengan segala cara yang mungkin.

"Keberanian dan ketenangannya, dalam menciptakan alat bantu apung dari benda seadanya, menggambarkan keberanian seorang pemuda yang tidak menyerah dalam menghadapi maut," tegasnya.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads