Namanya Pakuwani, usianya 68 tahun. Lebih dari separuh hidupnya, Pakuwani habiskan untuk menjual barang bekas di Pasar Loak, Jalan Ariodinoto, Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
"Saya saja kelahiran tahun 1956. Saya sudah jual beli barang bekas di sini sudah hampir 40 tahun. Termasuknya saya sudah paling tua yang jualan di sini," tutur Pakuwani, Senin (14/10/2024).
Tidak semua barang bekas Pakuwani jual. Pakuwani hanya menjual barang bekas elektronik, seperti televisi, radio, layar, kaset dan piringan hitam. Menurut Pakuwani, sejak kecil ia memang suka terhadap barang elektronik. Karena kesukaan itulah, ia putuskan untuk membuka lapak jual beli barang elektronik bekas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya memang senang terhadap alat-alat elektronik, dari zaman sebelum ada televisi, bahkan listrik pun masih jarang, cuman ada radio pakai baterai. Dari situ saya sudah mulai membetulkan radio, terus oleh saya dijual lagi," tutur Pakuwani.
Salah satu barang yang banyak dijual oleh Pakuwani adalah televisi, di bagian depan lapak, terlihat berbagai macam merek televisi tabung disusun berjajar, bahkan salah satu televisi sengaja Pakuwani nyalakan untuk menarik pembeli.
Meski sekarang televisi bekas sepi peminat. Tetapi, menurut Pakuwani, di zaman dahulu, televisi bekas menjadi barang yang paling dicari, salah satu alasannya, karena belum masuknya barang elektronik khususnya televisi dari Cina ke Indonesia. Saat itu, lanjut Pakuwani, di Indonesia hanya ada barang elektronik dari Jepang.
"Sebelum televisi China masuk, alat televisi masih pada mahal. Itu sekitar tahun 1971-an, ramai banget, meski bekas tapi orang pada nyari, dari mulai layar sampai mesin televisi dicari," tutur Pakuwani.
Pakuwani mengenang, saat masa jaya tersebut, dalam sehari, ia bisa mendapatkan penghasilan sekitar ratusan ribu rupiah. "Dulu itu orang-orang dari luar kota pada belinya di sini, karena saya orang lama jadi lumayan terkenal. Pendapatan bisa sampai Rp 500.000 sehari, masa itu, beli televisi bekas saja bisa sampai Rp 1.500.000. Apalagi yang layar komputer itu jadi rebutan," tutur Pakuwani.
Berbeda dengan dahulu, sekarang, di tengah pesatnya perkembangan barang elektronik, pendapatan Pakuwani malah tidak menentu. "Semenjak barang China masuk, harga barang elektronik kayak televisi sudah pada jatuh. Sehari paling pendapatan sekitar Rp 50.000 sampai Rp 100.000. Nggak kayak dulu, pembeli yang butuh saya, ditambah karena barangnya sedikit, jadi mahal. Tapi sekarang kebalik, sayanya yang butuh pembeli," tutur Pakuwani.
Meski penghasilan sudah tidak menentu, Pakuwani masih tetap setia untuk berjualan barang bekas. Bagi Pakuwani, di usia yang sudah tidak lagi muda, tidak ada pilihan selain hanya bertahan, sambil berharap barang bekas yang dijualnya laku oleh pembeli.
"Pendapatan memang minim. Tapi yah mau bagaimana lagi, zamannya sudah berubah. Nggak mungkin saya ganti profesi. Kalau saya sudah nggak ada juga, kayaknya ini jualan juga nggak ada, soalnya nggak ada yang mau meneruskan," pungkas Pakuwani.
(sud/sud)