Di depan Puskesmas Larangan, Jalan Ciremai Raya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, terdapat penjual gado-gado ayam khas Cirebon yang dijual oleh Nurapri (58) dan istrinya. Dengan gerobak berwarna hitam, gado-gado khas Cirebon Nurapri diberi nama gado-gado ayam Mimi Ais.
Menurut Nurapri, nama Mimi Ais sendiri diambil dari bahasa Cirebon, yang bermakna Ibunya Ais. "Kalau bahasa Jakarta kan mamah, tapi kalau di Cirebon, mamah itu mimi, jadi kita pakainya namanya Mimi Ais. Biar kelihatan Cirebon," tutur Nurapri, Selasa (8/10/2024).
Nurapri sendiri sudah belasan tahun berjualan gado-gado. "Mulai jualan itu sekitar tahun 2010, berarti sudah 14 tahun jualan gado-gado. Untuk tempat jualannya dari dulu di sekitar sini saja," tutur Nurapri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Nurapri, karena saat itu di Cirebon penjual gado-gado cukup banyak. Sebelum mulai berjualan, ia riset terlebih ke berbagai penjual gado-gado yang ada di Cirebon.
"Sebelum berjualan gado-gado, kita itu survei dulu ke tempat gado-gado yang ada di Cirebon, apalagi di Cirebon kan banyak yang jual gado-gado. Ternyata setelah survei, pedagang gado-gado satu sama lain tuh beda-beda. Akhirnya kita buat resep sendiri, alhamdulilah ternyata cocok," tutur Nurapri.
Gado-gado Nurapri buka dari pukul 06.30 - 16.00 WIB. Dalam sehari, Nurapri bisa menjual sampai ratusan porsi gado-gado. "Dalam sehari bisa sampai 150 porsi gado-gado habis. Untuk omzetnya tinggal dikali saja satu porsinya, Rp 15.000," tutur Nurapri.
Nurapri memaparkan, sebagai seorang pedagang, di beberapa tahun pertama jualan, gado-gadonya tidak terlalu laris seperti sekarang. Menurut Nurapri, diperlukan proses yang cukup lama agar gado-gadonya dikenal oleh banyak orang.
"Itu lebih ke perjalanan, mulanya saya kenalin ke keluarga, saudara atau teman. Awalnya cuman bisa balik modal saja sudah bagus. Boleh dikatakan baru dikenal tuh 6 tahun belakangan. Nah 8 tahunnya gimana? ya diisi proses, nggak bisa langsung ramai seperti sekarang. Karena yang namanya usaha itu proses," tutur Nurapri.
Melihat dagangan gado-gadonya semakin disukai pembeli. Nurapri mencoba peruntungan untuk membuka cabang baru di beberapa tempat. Namun, karena pandemi COVID-19 dan sepinya peminat, usaha cabang gado-gadonya tidak ada yang bertahan lama.
"Pernah sebelum Covid buka cabang di banyak tempat, seperti di Bima, Kalijaga, Citraland dan Lobunta. Sudah sekitar 7 kali buka cabang, tapi karena pandemi COVID-19, cabangnya tidak ada yang berjalan. Jadi sekarang cuman satu di sini saja," tutur Nurapri.
Meski pernah gagal untuk membuka cabang. Nurapri tidak menyerah, ke depan ia akan kembali membuka cabang gado-gado miliknya.
"Walaupun sudah pernah nyoba buka cabang, tapi tetap masih pengin pisan buka cabang, tapi sayang sekarang modalnya masih belum ada. Kalau buka cabangkan, biar bisa anaknya yang pegang," tutur Nurapri.
Meski hanya dihargai Rp 15.000, untuk satu porsinya sendiri cukup banyak. Menurut Nurapri, memang sejak dahulu ia menjual gado-gado dengan porsi yang cukup besar.
"Memang dari awal porsinya begitu, paling harganya yang berbeda. Awal buka harga Rp 4.000, naik lagi Rp 5.000 sampai Rp 6.000, sampai sekarang jadi Rp 15.000. Harganya saja yang naik, kita mengikuti perkembangan zaman, apalagi bahan-bahannya juga ikut pada naik," tutur Nurapri.
Meski sekilas terlihat mirip. Menurut Nurapri, ada perbedaan yang cukup kentara antara gado-gado, lotek dan ketoprak. "Biasanya kalau lotek dan ketoprak itu pakainya ulekan, sedangkan gado-gado itu yang menjadi ciri khasnya adalah saus kacang sama ada kuahnya. Lebih ke perpaduannya, untuk bahan-bahannya mah mungkin sama," tutur Nurapri.
Nurapri memaparkan, untuk bahan pembuatannya, gado-gado menggunakan berbagai macam sayuran yang sudah direbus terlebih dahulu. Menurut Nuriapri, bahan-bahan yang digunakan juga menggunakan bahan alami.
"Isinya itu ada kol, taoge, kacang panjang, bihun rebus, telur, tahu, kentang dan daging ayam. Bahan-bahan tersebut lalu diguyur dengan kuah kuning dan juga sambal kacang. Untuk toppingnya, diberi bawang goreng, kerupuk dan emping manis," tutur Nurapri.
Perpaduan sambal kacang, kuah ayam yang dicampur dengan berbagai macam jenis sayuran, Menciptakan sensasi rasa gado-gado yang sedap dengan rasa yang sedikit manis di mulut. Apalagi jika ditambah sambal, gado-gado akan memiliki rasa manis pedas yang sedap saat dimakan.
Menurut Nurapri, selama empat belas tahun berjualan gado-gado, cukup memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari. "Alhamdulillah cukuplah untuk memenuhi kehidupan sehari-hari mah," pungkas Nurapri.
(sud/sud)