Pemerintah mendorong pemanfaatan jaringan gas bumi rumah tangga (jargas) sebagai infrastruktur transisi energi guna mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada 2060. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memfasilitasi pembiayaan pemasangan jargas gratis melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Menurut data Kementerian ESDM, sejak 2009 hingga 2023, total jargas yang telah terbangun dengan dana APBN sebanyak 703.308 sambungan rumah (SR). Sariah, warga RT 14 RW 13 Kelurahan Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, salah seorang penerima manfaat dari program pemasangan jargas gratis.
Ibu tiga anak itu mengaku antusias saat mendapatkan informasi pemasangan jargas gratis di kampungnya pada sedekade lalu. Sebab, ia ingin terlepas dari ribetnya penggunaan liquified petroleum gas (LPG) atau elpiji. Sariah bersama 3.999 warga Kota Cirebon lainnya menerima bantuan pemasangan jargas yang dibiayai APBN.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementerian ESDM telah membangun 4.000 SR di Kota Cirebon pada 2014. Pemasangan jargas 4.000 SR itu tersebar di Kelurahan Kalijaga, Argasunya, dan Harjamukti. Rinciannya, sektor 1 sebanyak 512 SR di kelurahan Kalijaga dan Harjamukti, sektor 2 sampai sektor 8 sebanyak 2.350 SR di kelurahan Kalijaga, sektor 9 sebanyak 384 SR di kelurahan Kalijaga dan Argasunya, serta sektor 10 dan 11 sejumlah 754 SR di kelurahan Argasunya.
"Waktu itu ada program pemasangan gas alam gratis. Saya tertarik kemudian ingin memasang itu. Alhamdulillah sampai sekarang masih setia menggunakan jargas," kata Sariah saat berbincang dengan detikJabar di kediamannya, Rabu (14/8/2024).
Sebelumnya Sariah menggunakan elpiji 3 kilogram untuk kebutuhan memasak. Sariah kerap gelisah saat masih menggunakan elpiji. Sebab, kadang gas habis saat masakan belum matang. Emosinya seketika berubah.
"Ya terpaksa suruh suami untuk beli elpiji. Apapun kondisinya, saya suruh suami beli gas (elpiji) walau saat hujan, walaupun malam hari. Ya karena kan lagi masak," ucap wanita berusia 45 tahun itu.
"Dulu begitu (sering suruh suami beli elpiji), sekarang tidak. Dan, tidak gelisah lagi. Karena gas selalu tersedia, beda dengan saat menggunakan elpiji," kata Sariah menambahkan.
Di dapur rumah Sariah tak lagi terdengar suara elpiji mendesis. Bau gas yang menyengat pun sirna. Selain itu, pengeluaran untuk kebutuhan dapur tetap ekonomis meski tak lagi pakai subsidi.
"Masih murah menurut saya mah. Bulan kemarin (Juli), saya hanya bayar Rp 45 ribu. Waktu dulu awal bayar setelah baru dipasang jargas hanya Rp 23 ribuan. Jadi, murah tanpa ribet," tutur Sariah.
Setelah kelompok Sariah, Kementerian ESDM kembali membangun jargas di Kota Cirebon yang bersumber dari APBN 2018. Pemerintah membangun 3.502 Argasunya, Kelurahan Kalijaga, dan Kelurahan Harjamukti. Kemudian, menurut data capaian pembangunan jargas bersumber APBN tahun anggaran 2020-2022, Kementerian ESDM telah membangun 3.453 SR di Kota Cirebon pada 2021, dan 4.558 SR di Kabupaten Cirebon.
Selain melalui APBN, percepatan pembangunan jargas sebagai infrastruktur transisi energi juga melalui skema mandiri yang dilakukan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk atau Pertamina Gas Negara. Skema mandiri ini melalui jargas Program Sayang Ibu (PSI).
Muhamad Wildan, warga RW 3 Kelurahan Pulasaren, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon, salah seorang yang mendaftar untuk bisa menikmati program jargas PSI. Bapak satu anak itu mengaku lelah saat berburu elpiji subsidi.
"Katanya nanti pemasangannya awal Oktober. Gas elpiji 3 kilogram itu kadang kalau cari susah, pernah merasakan gitu. Cari ke sana-sini kadang nggak ada," ucap Wildan.
Wildan sudah kepincut memasang jargas sejak dulu. Namun, ia mengaku tak memiliki duit jika memasang secara mandiri. Ia pun memanfaatkan program jargas PSI karena free, hanya memberikan jaminan sebesar Rp 300 ribu.
"Pengin sudah lama. Sekarang tinggal tunggu pasang saja. Di sini sudah ada salurannya (pipa gas), beberapa tetangga sudah memasang sejak dulu," tutur Wildan.
Sementara itu, Customer Management PT PGN Area Cirebon Andi L Dullah menyebut lebih dari 100 rumah di RW 3 Kelurahan Pulasaren beralih ke jargas. Andi menyebut sekitar 15 orang di RW 3 Kelurahan yang ingin menjadi pelanggan anyar PGN.
"Ya mereka bersedia beralih dari elpiji ke jargas," ucap Andi saat ditemui detikJabar di Kelurahan Pulasaren, Kota Cirebon, Kamis (15/8/2024).
Sembari mengurus calon pelanggan anyar PGN Area Cirebon, Andi juga menyempatkan diri menyapa pelanggan lawas. Ia bersama rekannya mampir di rumah pelanggan lawas yang juga mantan ketua RW 3 Kelurahan Pulasaren, Zaki Mamun. Andi menyampaikan tentang program catat meter mandiri yang bisa dilakukan pelanggan PGN, baik melalui aplikasi PGN maupun WhatsApp. Zaki langsung mengeluarkan gawainya untuk mendemonstrasikan cara catat meter mandiri.
Zaki telah menggunakan jargas selama 25 tahun. Ia selalu semangat ketika ada program anyar dari PGN, termasuk adanya pelanggan anyar PGN di kampungnya. Ia mengaku senang ketika orang-orang di kampungnya beralih menggunakan jargas.
"Dari dulu sampai sekarang murah, istri sama ibu itu masak terus setiap hari. Kalau ke depan lebih murah, tentu dukung juga. Karena banyak yang ingin masa jargas di kampung sini juga, mereka kan ingin murah," ucap pria berusia 56 tahun itu sembari tertawa.
Saban bulan Zaki membayar Rp 120 ribuan untuk pemanfaatan jargas. Ia juga mengaku nyaris tak menemukan kendala sejak pertama memasang jargas pada 1999 hingga saat ini.
Transisi Energi di Kota Wali
Di tengah antusiasme masyarakat Kota Cirebon yang ingin merasakan penggunaan jargas, para pelaku usaha di bidang perhotelan dan restoran juga telah komitmen mendukung transisi energi. Sekadar diketahui, Kota Cirebon salah satu destinasi wisata di Jawa Barat. Menurut data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar, Cirebon menerima kunjungan sebanyak 3,5 juta wisatawan pada 2023. Angka tersebut melebih yang ditargetkan, yakni 2,4 juta wisatawan. Hotel dan restoran menjadi salah satu penopang pariwisata di Kota Cirebon.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Cirebon Imam Reza Hakiki mengatakan mayoritas hotel telah memasang jargas. "Dari 25 hotel, sudah 90 persen pakai jargas," ucap pria yang akrab disapa Kiki itu kepada detikJabar.
Cirebon memang menawarkan ragam wisata, seperti sejarah, kuliner, belanja, dan religi. Kesan sebagai bersejarah dan religi menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Cirebon. Julukan Kota Wali pun menyemat untuk daerah pesisir utara Jabar ini.
Sekadar diketahui, menurut studi yang diterbitkan Journal of Gender and Social Inclusion in Muslim Societies Vol 1 (2020), julukan Kota Wali ini karena dalam sejarahnya Cirebon menjadi pusat pertemuan para Wali Sanga dalam memusyawarahkan strategi dakwah di Indonesia, khususnya tanah Jawa. Penamaan ini juga didukung dengan banyaknya pesantren dan bekas peninggalannya, seperti pondok pesantren Jagasatru, Bunten, Ciwaringin, Gedongan, Kempek, Arjawinangun, dan lainnya.
![]() |
PGN Area Cirebon mengoptimalkan instalasi yang telah dibangun untuk mengembangkan jargas di Kota Wali. Setelah berhasil merangkul kalangan PHRI, PGN terus merayu masyarakat untuk beralih ke jargas. PGN menargetkan pemasangan jargas sebanyak 3.879 SR pada 2024 di wilayah Cirebon.
Area Head PT PGN Area Cirebon Liestya Heryani Devi mengaku telah menerima empat ribuan permohonan pemasangan jargas melalui program PSI. PGN akan mendata permohonan dan mengeksekusinya sesuai dengan target tahunan. Menurut Liestya, minat masyarakat untuk beralih ke jargas terbilang tinggi. Sebab, harga yang murah jika dibandingkan elipiji 12 kilogram, kemudian lebih aman dan tak khawatir kehabisan saat memasak.
"Untuk target 3.879 sambungan rumah itu fokus di wilayah yang ada jaringan pipa gas. Kami menyebutnya pelanggan penetrasi," ucap Liestya saat ditemui detikJabar di kantornya, Rabu (14/8/2024).
Ke depannya, PGN melakukan pengembangan jargas di wilayah Cirebon dengan membangun instalasi baru. Liestya melihat potensi pengembangan di Cirebon, salah satunya adalah antusiasme masyarakat untuk beralih ke jargas dan mendukung transisi energi bersih dan mengurangi beban negara. Ia mengatakan jumlah pelanggan jargas untuk skala rumah tangga di di PGN Area Cirebon sebanyak 38.849 SR. PGN Area Cirebon sendiri mencakup empat daerah, yakni Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, dan Majalengka.
"Tahun depan, rencananya pemasangan jargas sekitar 10.000 SR. Ini rencananya, angka pasti belum tahu. Kemudian, ada program dari APBN juga di Indramayu pemasangan jargas untuk tahun depan," ucap Liestya.
"Jadi, pengembangan jargas itu ke depannya akan betul-betul masif. Menyasar semua sektor, dan tentunya bisa mengurangi subsidi. Ini bagian dari efisiensi subsidi," kata Liestya menambahkan.
Mengikis Subsidi Elpiji
Saat ini sumber pasokan jargas di area Cirebon berasal dari Pertamina EP. Ke depan, pasokan gas di area Cirebon bakal bertambah dengan adanya pembangunan proyek pipa gas bumi Cirebon-Semarang (Cisem) I dan II. Pembangunan Cisem ini diproyeksikan bisa memfasilitasi 300.000 SR.
Pipa gas bumi Cisem itu menyambungkan ujung timur dan barat Jawa. Tahap I telah selesai pada tahun 2023 dengan anggaran Rp 1,04 triliun, dan pipa gas bumi Cisem Tahap II dijadwalkan rampung tahun 2025. Sekadar diketahui, Kementerian ESDM juga membangun pipa gas bumi Dumai-Sei Mangkei (Dusem) dengan target 600.00 SR. Menurut data Kementerian ESDM, hingga akhir 2023, jargas rumah tangga yang sudah terpasang mencapai 900.000 SR.
Kehadiran proyek Cisem itu tentunya menambah asa di Cirebon untuk mempercepat transisi energi dan membantu mengurangi subsidi. PGN langsung tancap gas menyosialisasikan tentang potensi ke depan jargas di area Cirebon dengan adanya Cisem, baik untuk rumah tangga maupun industri.
"Sumber pasokan lebih aman bagi wilayah Cirebon dan sekitarnya dengan adanya Cisem. industri ke depan tentu bertumbuh dengan adanya sumber pasok yang lebih banyak. Sumber pasok kita saat ini dari Pertamina EP Zona 7," ucap Liestya.
Sementara itu, dampak lebih luas dengan adanya proyek pipa gas bumi Cisem dan Dusem adalah mampu mengurangi subsidi dan penghematan devisa impor elpiji. Biaya masak juga akan lebih hemat.
"Elpiji ini kan 80 persen impor, kemudian subsidi energi yang paling besar dari elpiji 3 kilogram, itu pasti sangat rentan terhadap ketahanan energi. Jadi, nanti kalau pipa gas ini (Dusem dan Cisem) sudah terbangun akan ada potensi untuk mengurangi subsidi elpiji 3 kilogram itu Rp 0,63 triliun per tahun, dan akan menghemat devisa impor elpiji kurang lebih Rp 1,08 triliun per tahun. Serta akan ada penghematan biaya masak itu kurang lebih Rp0,16 triliun per tahun," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Migas Maompang Harahap pada acara webinar bertajuk 'Optimalisasi Pemanfaatan Gas Bumi Untuk Percepatan Transisi Energi dan Sirkular Ekonomi' di Jakarta, Kamis (8/8/2024), seperti dikutip dari laman resmi Kementerian ESDM.
![]() |
Kementerian ESDM menjamin masyarakat bisa menikmati harga bahan bakar yang murah melalui program jargas yang terintegrasi dengan program-program pipa gas bumi seperti Cisem dan Dusem. Di sisi lain, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengaku saat ini pemerintah mengupayakan harga gas di hulu menjadi lebih murah, sehingga masyarakat yang memanfaatkan jargas akan mendapatkan harga terjangkau.
"Saat ini kita juga lagi mengelola kebijakannya bagaimana harga gas hulu itu bisa murah, sehingga memang masyarakat penerima jargas di rumah itu juga daya belinya tidak terganggu," kata Arifin saat temu media pada Jumat (2/8/2024), seperti dikutip dari laman resmi Kementerian ESDM.
"Jadi kita sedang mengkaji opsi untuk pemerintah menyubsidi gas hulu untuk jaringan gas. Sekarang ini kan yang disubsidi elpiji, nanti kalau kita pakai gas kita sendiri, hulunya yang kita subsidi supaya masyarakat penerima itu bisa dapat harga yang ada dalam jangkauan," imbuh Arifin.
Warga Kota Cirebon berharap proyek Cisem II hingga rencana pengalihan subsidi ke jargas bisa terealisasi. Penerima manfaat bakal bertambah, harga jargas pun semakin murah. Seperti yang diinginkan pelanggan PGN Area Cirebon, Nurul Hidayah. Ia telah menggunakan jargas sejak 2010 silam.
Nurul sejatinya merasa aman dan hemat dengan memanfaatkan jargas. Pelanggan jargas lawas itu pun mendukung harga yang lebih murah. "Semuanya harus merasakan (jargas), kalau (pasang) mandiri kan mahal nggak semua orang mampu. Program pemasangan gratis juga harus terus dilakukan. Kalau ke depan lebih murah (karena subsidi) ya tentu dukung," kata Nurul saat berbincang dengan detikJabar di tempat kerjanya, Kamis (15/8/2024).
Saban bulan Nurul mengeluarkan sekitar Rp 130 ribuan untuk biaya jargas. "Ini masih murah sebenarnya dibandingkan pakai elpiji 12 kilogram, belum lagi ribet kalau harus beli dan pasang," ucap ibu satu anak itu.