Tepat di persimpangan Pasar Talang, Jalan Talang, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, terdapat sebuah lapak yang menjual berbagai macam barang antik. Barang zaman dulu alias jadul.
Pemilik toko barang antik itu bernama Jaja. Ia sudah menjual barang antik dan jadul sejak puluhan tahun lalu.
"Jualan mah sudah lama, soalnya ini turunan dari orang tua, ada sekitar empat puluh tahunan mah, dari tahun 1970-an. Awalnya jualan di dekat Pasar Kanoman, terus pindah, jadi saya generasi keduanya," tutur Jaja, Sabtu (10/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jaja sendiri sudah lima belas tahun meneruskan usaha barang antik milik orang tuanya. Jaja memaparkan, ada cara tersendiri untuk mendeteksi mana barang antik atau bukan. Ia mencontohkan piring antik berwarna biru dengan motif kehidupan masa Hindia-Belanda.
"Misal ini piring warna biru, kalau yang antik kuno itu, pertama bisa dilihat dari capnya yang ada di bagian belakang piring, kedua dari bahannya, yang jika dilihat secara detail, memiliki motif pecah seribu. Bahannya mirip kayak piring tulang tuh, dan ketiga itu bisa dilihat dari motifnya. Usianya, itu bisa sampai seratus tahunan," tutur Jaja.
Ada banyak motif gambar di piring antik yang dijual Jaja, seperti motif piring Cina, Eropa dan Belanda. Menurut Jaja, salah satu yang cukup banyak dicari pembeli adalah piring antik peninggalan Hindia Belanda.
"Piring-piring Belanda itu yang banyak dicari, bahkan sampai kehabisan stoknya," tutur Jaja.
Jaja memaparkan, piring antik tersebut Jaja dapatkan dengan cara berkeliling dari rumah ke rumah. "Biasanya saya keliling dari rumah ke rumah, karena ada saja yang jual barang antik, seperti ada orang yang mau pindah rumah, atau emang ada yang sengaja jual barang antik, kadang juga bisa lewat calo, atau ada yang nawarin juga," tutur Jaja.
Tidak seperti dahulu, menurut Jaja, di zaman sekarang, barang antik cukup sulit untuk didapatkan. Menurutnya, ada beberapa penyebab yang membuat barang antik sulit untuk didapatkan.
"Sekarang nyarinya susah. Karena sudah pada langsung ke kolektor semua, sama banyak juga yang barang antiknya pada nggak mau dijual, apalagi yang penginnya buat koleksi sendiri," tutur Jaja.
Meski lapaknya tampak berukuran kecil, tetapi lapak barang antik milik Jaja sering didatangi orang dari berbagai macam kota seperti Bandung, Jakarta bahkan dari Korea Selatan.
"Pernah juga yang datang ke sini itu berasal dari, itu datang ke sini untuk nyari barang-barang yang unik saja, datang bersama istrinya yang kebetulan orang Indonesia," tutur Jaja.
Untuk satu piring kuno, Jaja jual dengan harga Rp 250.000 hingga Rp 350.000. Tidak hanya piring, Jaja juga menjual berbagai macam barang antik lain seperti, kuningan, patung, lukisan, guci, jam tangan, dan uang kertas tempo dulu.
Untuk harganya dijual dari mulai harga dari harga puluhan ribu hingga jutaan. "Kalau barang-barang antiknya yang rada besar itu, harganya yang paling mahal itu sekitar satu jutaan ada," tutur Jaja.
Lapak barang antik miliknya, buka dari pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB. Meski dalam sehari pendapatan dari menjual barang antik tidak menentu, tetapi cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. "Nggak menentu, kadang kalau ramai yah lumayan, cuman cukup buat makan-makan sehari-hari sih," tutur Jaja.
(sud/sud)