Kesetiaan Ari, 12 Tahun Kerja Menjadi Penjaga Tiket Bianglala di Pasar Malam

Kota Cirebon

Kesetiaan Ari, 12 Tahun Kerja Menjadi Penjaga Tiket Bianglala di Pasar Malam

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Jumat, 02 Agu 2024 20:00 WIB
Ari di depan biangalal pasar malam
Ari di depan biangalal pasar malam (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar).
Cirebon -

Suasana pasar malam di Lapangan Kebon Pelok, Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, sekitar pukul 18.00 WIB tampak masih lengang. Meski begitu, sebagai penjaga tiket Ari (28), sudah siap untuk menunggu pengunjung yang ingin naik salah satu permainan khas pasar malam, yakni bianglala.

"Namanya Bianglala, tapi biasa dipanggil juga dengan permainan kincir, emang sudah ciri khasnya pasar malam," tutur Ari.

Bianglala yang Ari jaga, bisa bergerak dengan menggunakan mesin diesel. Untuk memastikan bianglala aman digunakan, Ari selalu membatasi jumlah penumpang di setiap kurungan nya. "Satu kurungan bianglala itu paling cuman bisa muatnya 4 orangan, itu juga kalau lagi ramai saja," tutur Ari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tiket untuk satu kali naik bianglala, dibanderol dengan harga Rp 15.000. Menurut Ari, jika sedang ramai, hampir seribu karcis bianglala bisa terjual hanya dalam waktu beberapa jam.

"Total kalau lagi ramai bisa seribu karcis, itu dari jam 5 sore sampai jam 10 malam, tapi kalau lagi sepi yah paling seratus sampai seratus lima puluh karcis, untuk omzetnya tinggal dikali saja," tutur Ari.

ADVERTISEMENT

Ari menceritakan, sudah kurang lebih 12 tahun Ari bekerja di pasar malam. Ia sudah mulai bekerja sejak usianya masih remaja.

"Ada sekitar dua belas tahun mah, mulai ikut bekerja dari tahun 2012 tapi pas itu belum megang bianglala, soalnya pasar malam kayak permainan gini, punya satu orang, saya ikut bekerja saja," tutur Ari.

Ari sendiri berasal dari Blitar, Jawa Timur. Menurut Ari, bekerja di dunia pasar malam, harus siap dengan berbagai macam risiko yang dihadapi, seperti siap untuk merantau selama berhari-hari sampai berbulan-bulan.

"Jarang pulang, bisa sampai berhari-hari nggak balik, kayak sekarang lagi di Cirebon, nanti ke Indramayu, Kuningan atau Majalengka, jadi nggak ada liburnya selalu keliling nyari lokasi untuk pasar malam," tutur Ari.

Bahkan, lanjut Ari, untuk tidur, makan dan mandi pun dilakukan di tempat pasar malam, hal itu bertujuan untuk menghemat pengeluaran. "Iya tidur juga setiap hari di sini, soalnya kan jarang pulang, jauh dari keluarga, makan dan tidur sampai kena hujan di sini, tapi yah sudah biasa, " tutur Ari.

Salah satu masa yang cukup sulit bagi Ari adalah ketika waktu pandemi Covid-19. Kala itu, semua permainan pasar malam tempat ia bekerja, berhenti untuk beroperasi.

"Pernah itu pas Covid, kita numpuk nggak pada kerja dan nggak ada pemasukan," tutur Ari.

Walaupun banyak hiburan baru yang bermunculan, Menurut Ari, pasar malam masih memiliki peminatnya tersendiri. "Nggak ngaruh banyak hiburan yang baru juga, pasar malam masih ramai, tapi kalau untuk sekarang, mungkin karena kondisi ekonominya sedang sulit jadi agak berkurang pengunjungnya," tutur Ari.

Meski pendapatan dari penjaga tiket bianglala di pasar malam kadang tidak menentu. Tetapi Ari tetap mencintai pekerjaannya. Bagi Ari, karena sejak kecil dirinya memang sudah suka dengan dunia pasar malam. Jadi tidak masalah berapapun pendapatan yang dihasilkan.

"Dari kecil memang suka ke pasar malam, senang ramai, meski kadang pendapatan kadang nggak menentu bahkan minus tapi yah dijalani saja," tutur Ari.

Selain itu juga, menurut Ari, selama bekerja di pasar malam cukup untuk menghidupi istri dan anak-anaknya. "Yah cukup untuk hidup sehari-hari, anak juga masih kecil," pungkas Ari, sambil memberikan tiket pada pengunjung.




(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads