Ani (38) tengah duduk di lapak kecil miliknya di Pasar Kanoman, Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Di meja kecil sederhana terdapat sejumlah mainan tradisional berupa perahu otok-otok.
Agar lebih menarik pembeli, Ani selalu menjalankan perahu otok-otoknya dalam sebuah bak kecil berisi air. Sambil sesekali memberinya minyak agar perahu tetap berjalan.
Ya, Ani merupakan salah satu perempuan yang tetap setia menjual mainan tradisional. "Namanya perahu otok-otok, sudah tujuh tahun jualan di Pasar Kanoman," ujar Ani membuka obrolan dengan detikJabar belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ani mengungkapkan alasannya tetap menjual mainan tradisional di tengah gempuran era modern. Menurut Ani, mainan yang dia jual terbilang tradisional dan jarang ditemukan. Ani mengambil kesempatan untuk menjajakan barang yang beda dari yang lain.
"Mainan modern mah sudah banyak yang jualan. Tapi kalau mainan tradisional kayak gini kan sudah jarang," tutur Ani.
![]() |
Ani sendiri tidak membuat langsung perahu otok-otoknya. Namun, perahu tersebut, Ani dapatkan dari desa yang menjadi sentra pembuatan mainan tradisional yang ada di Cirebon.
"Ambil dari desa Jemaras, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon. Di sana banyak pengrajin mainan tradisional kayak topeng dan perahu otok-otok dan lain-lain. Kebetulan ibu juga orang sana," tutur Ani.
Perahu otok-otok ini merupakan mainan tradisional sejak lama. Nama otok-otok sendiri diambil dari suara yang dihasilkan oleh perahu tersebut.
Tak seperti mainan modern yang menggunakan baterai, perahu otok-otok dijalankan dengan memberi sedikit minyak pada bumbu kapas di bagian dalam perahu.
Biasanya, perahu itu dimainkan di atas wadah atau baskom yang terisi air. Ketika sumbu sudah dinyalakan, perahu akan bergerak sambal mengeluarkan bunyi khasnya.
"Emang nggak pakai baterai, tapi pakainya diolesin minyak sedikit di sumbunya. Jadi pakainya tenaga uap, tuh keliatan kan keluarnya asap di cerobongnya," tutur Ani.
Menurut Ani, perahu otok-otok dibuat dari bahan yang sederhana dan ramah lingkungan. Yakni, berasal dari kaleng bekas yang sudah dibersihkan, lalu dibentuk seperti perahu. Selanjutnya, agar lebih menarik, perahu dicat terlebih dahulu sebelum dijual.
Meski permainan modern semakin banyak, kata Ani, tetapi permainan tradisional, seperti perahu otok-otok masih cukup banyak peminatnya.
"Masih ada yang mau beli atau nyari mah. Apalagi kalau ada acara muludan di sini tuh banyak yang belinya," tutur Ani.
Selama berjualan perahu otok-otok, banyak suka duka yang dialami oleh Ani. "Banyak suka dukanya mah. Apalagi kalau hujan, kita kan jualan di pasar yang nggak ada atapnya, kalau hujan yah kehujanan terus becek akhirnya pulang duluan," tutur Ani.
![]() |
Satu perahu otok-otok, Ani jual dengan harga yang cukup terjangkau, yakni Rp 15.000 per perahu. Meski penghasilan tidak menentu. Bagi Ani, lewat berjualan perahu otok-otok lah, ia dapat membantu kebutuhan ekonomi keluarganya.
"Alhamdulillah cukup untuk kebutuhan keluarga sehari-hari sama menuhin kebutuhan anak sekolah mah, tinggal disyukuri sama dicukupkan saja,"pungkas Ani.
Selain perahu otok-otok, Ani juga berjualan keong hias, serta itik ayam. Ani mulai berjualan di pasar Kanoman dari jam 08:00 sampai jam 14:00 WIB.
(dir/dir)