Kala Pasar Malam di Cirebon Era Hindia Belanda Ditutup karena Perjudian

Lorong Waktu

Kala Pasar Malam di Cirebon Era Hindia Belanda Ditutup karena Perjudian

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Senin, 01 Jul 2024 14:00 WIB
Cirebon masa Hindia-Belanda
Cirebon masa Hindia-Belanda. Foto: Istimewa/arsip
Cirebon -

Judi online tengah jadi sorotan. Tak sedikit yang merasakan dampak buruk setelah berjudi. Pemerintah pun bergerak untuk mengurai jerat judi online yang melilit masyarakat. Dulu hingga kini judi tetaplah momok yang harus diperangi.

Pada era Hindia Belanda, perjudian sempat menjamur Cirebon. Surat kabar Hindia Belanda ramai-ramai menyorori soal perjudian di Cirebon. Sebab, berdampak pada keamanan hingga perekonomian daerah. Saat itu, pasar malam di Cirebon ditutup dan sejumlah aksi pencurian terjadi. Pemain judi biasanya bermain di lapak atau rumah judi yang dibangun oleh orang Tionghoa.

Dalam koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch Indie edisi 15 Maret 1930, penjudi yang meramaikan lapak judi di pasar malam mayoritas pribumi. "Anehnya, festival-festival seperti ini selalu diadakan saat pemotongan padi dimulai, dan pada saat itulah penduduk asli mempunyai banyak uang. Uang hasil jerih payah tersebut harus dikeluarkan dari kantong mereka dan tentu saja terbuang sia-sia untuk segala macam hiburan yang tidak berguna," tulis koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch Indie edisi (15/5/1930).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah saat itu menyebut kelompok Tionghoa dan penyelenggara pasar malam diuntungkan dengan adanya perjudian.

"Het zuur verdiende geld moet hun dan weer dadelijk uit den zak geklopt worden en vloeit natuurlijk weg aan allerlei onnut vermaak. Zij die hiervan profiteeren zijn grootendeels de Chineezen, of als houders van bovenbe doelde gokgelegenheden, of als opzetters van zoogenaamde fancy fairs", pasars-derma" etc." Tulis koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch Indie edisi (15/5/1930).

ADVERTISEMENT

Melihat permasalahan tersebut, pemerintah Hindia Belanda berkomunikasi dengan Sekretaris Asosiasi Perdagangan. Keduanya sepakat memandang nyaris tak ada efek positif dengan adanya pasar malam di daerah jika dipandang dari perspektif perdagangan dan indonesia.

Mereka menganggap, untuk apa menggadakan pameran pesta pasar malam, tetapi di sana hanya ada orang-orang yang datang untuk berjudi. Akhirnya, panitia pasar malam Cirebon bersepakat untuk tidak menyelenggarakan pasar malam di tahun ini

"Justru karena hal itulah, panitia pasar malam Cirebon memutuskan untuk tidak menyelenggarakan pasar malam tahun ini. Kesempatan ini menjadi kesempatan yang baik untuk mengecek, apakah pasar malam tanpa permainan untung-untungan (judi), akan bertahan lebih dari tiga hari," tulis koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch Indie.

Potongan surat kabar era Hindia Belanda.Potongan surat kabar era Hindia Belanda. Foto: Arsip Delper

Curi mobil untuk berjudi

Tak hanya membuat pasar malam tutup, judi juga membuat pelakunya berbuat kriminal seperti melakukan pencurian. Salah satu kasus yang pernah jadi sorotan di Cirebon pada era Hindia Belanda, yakni pencurian mobil perusahaan di Surabaya untuk pergi ke Cirebon.

Berita pencurian mobil perusahaan itu ditulis koran De Indische courant edisi 11 Agustus 1937. Pencuria mobil perusahaan itu berinisial WPR yang berusia 29 tahun. WPR diadili di hadapan hakim dan Polisi Batavia.

Berdasarkan surat pemanggilan yang dibacakan oleh petugas, WPR menjual dua mobil. Pertama, ia menjual sendiri tetapi tidak membayar uang yang diterimanya kepada karyawan. Kedua ia mencuri mobil langsung dari pembelinya. Uang dari hasil pencurian tersebut kebanyakan ia habiskan untuk bermain judi.

"Ia mula-mula memutuskan untuk melakukan perjalanan dengan mobil, dengan membawa uang Ζ’ 800 di sakunya, berangkat ke Solo, Pekalongan dan Semarang. Namun, keuangannya segera habis, terutama karena perjudian," tulis koran De Indische courant edisi (11/8/1937).

Melihat keuanganya habis, ia memutuskan untuk menjual mobilnya lagi, dan pergi ke seorang kenalan lama yang berada di dekat pabrik gula Cirebon.

Judi bola

Khusus untuk judi bola, pengadilan Hindia Belanda juga pernah mendapatkan pengaduan, seperti yang dipaparkan dalam koran Het Niews Nederlansch Indie edisi 7 Oktober 1939. Kala itu pria keturunan Belanda, bersama dengan empat penduduk asli telah dilaporkan, karena memasang taruhan pada pertandingan sepak bola Cirebon vs Buitenzorg (Bogor) di lapangan Asosiasi Sepak bola Hercules di Decopark, pada Sabtu 30 September lalu.

"Pengadilan menghukum terdawa Chrst, dengan denda sebesar 50 gulden. Sedangkan, pendapatnya dari hasil berjudi sebanyak 12,50 gulden hangus. Untuk empat orang pribumi yang bertaruh dengannya, dijatuhi hukuman denda masing-masing 10 gulden," tulis koran Het Niews Nederlansch Indie.).

Meski dalam beberapa surat kabar, judi di Cirebon sudah diberitakan. Tetapi masih sedikit bahkan belum ada pembahasan yang mendalam tentang fenomena judi di Cirebon, khususnya masa Hindia Belanda, seperti yang dikatakan oleh pegiat sejarah, Putra Lingga Pamungkas.

"Saya belum nemu tulisan mengenai judi era Hindia Belanda," tutur Lingga.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads