Judi online (judol) dianggap telah menggerogoti perekonomian masyarakat. Banyak yang terjerumus judol yang berakibat fatal bagi kehidupan sosial.
Satu dari jutaan warga Indonesia yang kecanduan judol adalah pria berinisial DA (35) warga Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya. Butuh waktu 4 tahun bagi dia sebelum akhirnya tersadar bahwa judol telah menghancurkan kehidupannya. Kesadaran itu pun muncul setelah harta bendanya ludes, kekuatan finansialnya rontok hingga untuk sekedar makan pun sulit.
DA sendiri adalah seorang pegawai swasta. Sebelum terjerumus judol dia tergolong mapan untuk ukuran pria muda. Penghasilannya berkali lipat dari UMR Kota Tasikmalaya. Tabungan bekal masa depan, kendaraan, ponsel mentereng, dia sudah dia punya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini semua itu ludes, bahkan malah menimbulkan utang yang harus dia selesaikan. Berdasarkan perhitungannya, kerugian atau kekalahan yang dialami selama kurun waktu 4 tahun itu lebih dari Rp 200 juta.
"Yakin bahwa judi itu adalah candu. Untuk berhenti tidak sesederhana orang bayangkan. Kegilaan-kegilaan terjadi berulang, logika seperti hilang," kata DA, Selasa (25/6/2024).
Dia mengatakan mulai mengenal judol sekitar September 2020. Di masa pandemi COVID-19 itu dia melihat temannya bermain judol jenis slot. Cerita menang banyak dari teman, membuat DA mulai coba-coba membuat akun dan mengadu peruntungan.
"Main sejak September 2020, pas pandemi. Awal tahu dari teman, saya deposit Rp 90 ribu. Saya langsung menang hingga Rp 3 juta lebih," kata pria berjambang ini .
Kemenangan perdana itu membuat dia mulai keranjingan bermain. Iseng-iseng berhadiah, demikian istilah pembenar yang ada di pikiran DA atas hobi barunya itu.
"Waktu itu ya saya tahulah slot itu judi, tahu judi itu dilarang agama, tahu melanggar pasal 303 KUHP. Saya tahu, tapi kan ini istilahnya ini permainan privat, mudah menyembunyikan dari orang lain. Terus pikir saya juga ya sekedar iseng-iseng berhadiah," kata DA.
Menurut dia taruhan yang dia keluarkan awalnya relatif terkendali, uang yang dia pertaruhkan adalah uang "bubuk" di rekening tabungan. "Asalnya pakai uang "bubak-bubuk", misalnya punya saldo Rp 10.300.000, nah yang dimainkan yang Rp 300 ribunya," kata DA.
Namun setelah larut dalam permainan dengan segala dinamikanya, perlahan DA dia keranjingan. Menang besar atau kalah besar menjadi cerita hari-harinya, karena tiada hari tanpa judol. Lingkar pertemanan yang juga memiliki kebiasaan yang sama, semakin membuat DA jatuh lebih dalam ke dalam candu judol.
"Circle pertemanan juga mungkin berpengaruh. Foya-foya ketika menang, dibully ketika kalah. Terus saling berbagi tips dan info situs gacor (dianggap mudah menang). Itu semua kan bikin kita semakin panas ketika kalah, atau jumawa ketika menang," kata DA.
Di fase ini menurut DA, dia larut dalam asumsi-asumsi yang sebenarnya tak logis. Misalnya asumsi bahwa kalau bermain dini hari pasti akan menang, atau merasa mampu menganalisa algoritma sistem permainan hingga menghitung hari mujur.
"Ya namanya orang sudah mabuk judi, kita terjebak dalam asumsi atau keyakinan hawa nafsu kita sendiri. Padahal semuanya palsu, pada akhirnya tetap saja uang kita disedot bandar," kata DA.
Asumsi lain yang menurut DA memiliki daya rusak besar adalah keyakinan bahwa jika ingin menang besar maka taruhannya harus besar pula. "Jadi kita berpikiran kalau ingin menang besar harus depo besar. Gara-gara itu saya mulai depo jutaan rupiah, padahal itu semuanya tipu daya bandar," kata DA.
Di sisi lain kebiasaan bermain judol perlahan telah membuat pola hidup DA berubah. Dia tak lagi fokus kerja, karena dalam pikirannya menang judol jauh lebih menguntungkan ketimbang bekerja. "Kebetulan saya kerja bagian lapangan, jadi agak longgar. Begadang terus-terusan, kerja sudah tak fokus, hidup mulai ngaco, asal ada duit langusng depo," kata DA.
DA mengaku dirinya seakan terobsesi oleh kemenangan-kemenangan besar atau kemenangan ajaib yang pernah dia dapatkan. Pengalaman ini pula yang menurut dia turut menghipnotis logikanya sehingga tak henti bermain.
DA mengatakan rekor kemenangan terbesar yang dialaminya mencapai Rp 49,2 juta dengan taruhan Rp 169 ribu. Dia bahkan masih menyimpan tangkapan layar kemenangannya itu, sehingga bisa diketaui detail bahwa kemenangan "gemilang" itu terjadi pada Jumat 8 Juli 2022 pukul 01.33 WIB. "Ini masih saya simpan tangkapan layarnya," kata DA.
Pengalaman manis lain yang dia dapatkan adalah kemenangan ajaib, di mana saat itu dia bertaruh Rp 10 ribu dan berhasil menang Rp 5 juta lebih hanya dalam waktu tak lebih dari 30 menit. Dia juga mengaku pernah menang di saat-saat krusial membutuhkan uang untuk modal menikah di tahun 2022. "Jadi bayangan kemenangan-kemenangan itu yang ada di pikiran, makanya terus-terusan main, terus merasa yakin akan menang," kata DA.
Ironisnya ketika menang besar, DA merasa dirinya berubah menjadi orang yang tak menghargai uang, berlagak bak jutawan serta menjadi tamak. "Ya pastilah foya-foya, tapi yang paling kacau adalah rasa tamak. Setelah menang besar kita taruhkan kembali, berharap bisa menang lagi, padahal ujungnya malah jadi kalah," kata DA.
Setelah kurun waktu 2 atau 3 tahun, DA mulai menyadari harta bendanya ludes. Tak hanya itu dia juga mulai bermasalah dengan cicilan utang. "Gadaikan sertifikat tanah orang tua Rp 25 juta, belum pinjaman-pinjaman di BPR dan teman. Kalau barang-barang mah sudah jelas, motor totalnya 5 unit, tabungan ludes," kata DA.
Sadar hidup sudah rungkad, tak serta merta membuat dia berhenti. Fatamorgana berupa dapat duit cepat dari judol masih menutup mata hati dan pikirannya. Asal dapat duit dia pertaruhkan, bahkan uang untuk makan pun dia pertaruhkan. Sehingga tak jarang dia harus menahan lapar karena uang makan ludes disedot bandar judol.
"Motor sudah tak punya, akhirnya ponsel pun digadaikan untuk depo, mainnya pinjam ponsel teman. Sering kalah, jadi berminggu-minggu tak punya ponsel. Terbeli lagi ponsel, begitu lagi. Kadang jadi joki atau dimodali teman, menang dapat komisi," kata DA.
Lama terjebak dalam candu judol sehingga kehidupannya berantakan, DA akhirnya tersadar. Dia kini mulai menata kembali kehidupannya dan bertekad untuk meninggalkan judol. Sayang dia enggan membahas momentum titik balik atau detail peristiwa yang membuat dia akhirnya tersadar.
"Ada lah momen dan situasi yang membuat saya sadar dan berusaha berhenti main judol. Minta doanya saja, agar saya bisa benar-benar berhenti dan membereskan kekacauan hidup akibat judol. Intinya jangan pernah coba-coba main judol, bahaya, bandar tak akan pernah kalah," kata DA.
(dir/dir)











































