Cerita Ciung Wanara sudah sangat melegenda di Tanah Pasundan. Ciung Wanara merupakan bagian dari sejarah Kerjaan Galuh.
Kisah Ciung Wanara ini ditampilkan dalam pertunjukan teater oleh sejumlah mahasiswa dari Universitas Sindangkasih Majalengka. Teater yang digelar di aula kantor Disparbud Majalengka pada Sabtu (29/6/2024) malam itu, sebagai refleksi sejarah.
"Saya mengangkat ini guna memperkenalkan kembali kerajaan Sunda yang mungkin sudah dilupakan, bahkan sudah menjadi mitos bagi orang Sunda sendiri," kata penulis naskah sekaligus sutradara teater, Burhan kepada detikJabar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, cerita-cerita legenda masyarakat Tanah Pasundan perlu diangkat kembali. Pasalnya minat generasi saat ini untuk mempelajari sejarah sudah semakin terkikis.
"Saya lihat ada beberapa yang hilang di generasi muda, yaitu membaca tentang sejarah. Kebanyakan generasi muda sekarang lupa dengan identitas dirinya, tentang masa lalunya. Mereka lebih menyukai budaya-budaya barat dan lupa dengan sejarahnya," ujarnya.
"Mungkin mereka akan tahu Thor, Spiderman, Batman, tapi ketika anak muda tahu Ciung Wanara jarang ada yang tahu, bahkan hampir dilupakan dan sejarahnya pun hampir menjadi mitos atau legenda," tambahnya.
Dalam pertunjukan teater ini, para mahasiswa menceritakan dari awal Ciung Wanara lahir hingga berhasil kembali merebut kekuasaan Kerajaan Galuh. Seperti yang diketahui, Ciung Wanara dibuang saat masih bayi karena ada konflik kepentingan di dalam kerajaan.
"Di sini diceritakan dari awal lahir Ciung Wanara sampai dia kembali berhasil mengambil apa yang menjadi haknya, yaitu kerajaan Galuh Pakuan. Yang memang itu menjadi haknya, karena ada kekuasaan yang disalah gunakan, dia dibuang ketika kecil. Dan ini saya pikir ada konflik kekuasaan di sini, bagaimana cara mengambil kekuasaan yang memang menjadi haknya," jelas dia.
Sejarah Singkat Ciung Wanara
Cerita Ciung Wanara diawali ketika Raja Prabu Permana Di Kusumah memerintah Kerajaan Galuh. Lalu mempercayakan kerajaannya kepada Tamperan Barma Wijaya atau Menteri Aria Keboban.
Dikisahkan, dua istri raja yakni Dewi Pangrenyep dan Dewi Naganingrum hamil bersamaan. Lalu, Dewi Pangrenyep melahirkan anak laki-laki terlebih dahulu bernama Hariang Banga.
Sedangkan Dewi Naganingrum yang mengandung dan diketahui janinnya laki-laki dianggap jadi ancaman bagi Barma Wijaya. Kemudian Barma Wijaya pun menyusun siasat jahat untuk menyingkirkan bayi Dewi Naganingrum.
Singkat cerita, setelah Dewi Naganingrum melahirkan, bayi laki-laki tersebut dihanyutkan ke Sungai Citanduy menggunakan keranjang. Dewi Naganingrum pun disingkirkan dari istana.
Bayi tersebut ditemukan oleh Aki Balangantrang dan merawatnya sampai dewasa di Geger Sunten. Bayi itu diberi nama Ciung Wanara atau Sang Manarah.
Dia kemudian mengetahui bahwa ia bukan berasal dari Geger Sunten. Ia mengetahui bahwa ia dari Kerajaan Galuh. Ditemani seekor ayam jantan, ia pergi ke ibu kota Kerajaan Galuh. Kala itu Sabung Ayam menjadi salah satu hiburan yang digemari.
Raja Prabu Barma Wijaya pun menggemari hiburan sabung ayam. Ia memiliki ayam jago aduan yang kuat dan tak pernah kalah. Bahkan ia menyebut akan memberikan apapun apabila bisa mengalahkan ayam miliknya.
Ciung Wanara yang mendengarnya lalu menerima tantangan raja. Kemudian Ciung Wanara pun meminta setengah Kerajaan Galuh sebagai hadiah.
Tak disangka, ayam jantan milik Ciung Wanara pun menang dan menjadi Raja Kerajaan Galuh yang diserahkan oleh Barma Wijaya. Kemudian ia pun mengetahui bahwa ia merupakan putra mahkota yang disingkirkan oleh Barma Wijaya. Ciung Wanara pun memenjarakan Barma Wijaya. Setelah itu terjadi perselisihan antara Ciung Wanara dan Hariang Banga. Perselisihan itu dimenangkan Ciung Wanara.
(dir/dir)