Inggit Garnasih sempat jadi istri Ir Soekarno alias Bung Karno. Bagi masing-masing, pernikahan mereka bukanlah yang pertama. Sebab sebelumnya mereka pernah menikah dengan sosok lain.
Soekarno sebelumnya pernah menikah dengan Oetari, anak H.O.S. Tjokroaminoto. Namun pernikahannya tak bertahan lama. Di sisi lain, Inggit juga bercerai dengan H Sanusi, seorang saudagar kaya di Bandung.
Pernikahan itu terjadi di rumah Nyonya Amsi yang merupakan ibu Inggit Garnasih. Dalam buku Jejak Soekarno di Bandung (1921-1934) karya Her Suganda, disebutkan pernikahan itu terjadi pada 24 Maret 1923.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun rumah yang dijadikan tempat pernikahan itu di Jalan Java Veem atau orang Sunda menyebutnya Japapim. Jika menilik kondisi saat ini, lokasinya tak jauh dari Jalan Viaduct, Kota Bandung.
Pernikahan Soekarno dan Inggit berlangsung sederhana. Hanya beberapa orang saja yang hadir dalam suasana sakral ini.
Lantas, pakaian apa yang dipakai keduanya saat menikah? Masih dalam buku Jejak Soekarno di Bandung (1921-1934), dituliskan Soekarno menggunakan pakaian putih-putih dengan jas tutup.
"Kepalanya ditutup kopiah beludru warna hitam. Ia tampak gagah dan tampan," demikian disebutkan dalam buku tersebut.
Di sisi lain, Inggit Garnasih tampak anggun. Ia menggunakan kain rereng warna putih dengan baju kebaya berbunga-bunga.
Inggit terlihat cantik dan menawan. Alhasil, terlihatlah seorang pria tampan serta gagah menikah dengan perempuan Sunda yang cantik mempesona.
Her Suganda menyebut Soekarno dan Inggit terpaut usia 13 tahun. Soekarno sendiri lahir pada 6 Juni 1902, sedangkan Inggit Garnasih lahir 17 Februari 1888.
Namun, perbedaan usia tak membuat cinta keduanya luntur. Sebaliknya, cinta keduanya bertaut hingga jenjang pernikahan.
Pasangan Soekarno-Inggit pun dikukuhkan dengan Soerat Katerangan Kawin nomor 1138 tanggal 24 Maret 1923. Surat kawinnya masih menggunakan bahasa Sunda dengan ditempeli meterai 15 sen.
R.M. Alwi Halipah bertindak sebagai petugas Kantor Urusan Agama dalam pernikahan itu. Sedangkan karena ayah Inggit, Arjipan, sudah meninggal, kakak Inggit yang bernama Nata menjadi wali nikah.
Adapun saksi nikah adalah Rh. Hasan dan D. Moechtar. Pernikahan itu hanya dihadiri kerabat dekat Nyonya Amsi dan Soekarno didampingi Soemosoewojo sebagai perwakilan dari keluarga orang tuanya.
Sementara itu, setelah melalui berbagai lika-liku, rumah tangga Soekarno dan Inggit berakhir pada 29 Januari 1943. Itu karena Inggit meminta cerai mengingat ia tak mau dimadu.
Soekarno sendiri berniat menikah lagi dengan Fatmawati dalam masa pengasingan di Bengkulu. Namun Inggit berpendirian tak mau dimadu, memilih bercerai, dan akhirnya itu dikabulkan. Inggit lalu pulang ke Bandung.