Perjuangan Diki 'Taklukan' Pasar Internasional Lewat Furnitur Rotan

Perjuangan Diki 'Taklukan' Pasar Internasional Lewat Furnitur Rotan

Devteo Mahardika - detikJabar
Minggu, 16 Jun 2024 07:30 WIB
Vladimir Diki Santoso (24) saat menunjukan hasil produksi furnitur rotan kualitas ekspor
Vladimir Diki Santoso (24) saat menunjukan hasil produksi furnitur rotan kualitas ekspor. Foto: Devteo Mahardika/detikJabar
Cirebon -

Vladimir Diki Santoso, seorang pengusaha muda berusia 24 tahun asal Cirebon. Ia telah mengukir prestasi gemilang dalam industri furnitur rotan. Kisah sukses ini berawal dari keputusannya untuk beralih fokus ke furnitur rotan sejak tahun 2022.

Diki kini berhasil menjadi eksportir furnitur rotan yang diperhitungkan di pasar internasional. "Dulu saya berbisnis kayu, tapi saya merasa sulit untuk bersaing. Akhirnya, saya memutuskan untuk beralih ke rotan agar bisa menembus pasar ekspor," ungkap Diki kepada detikJabar, Sabtu (15/6/2024).

Langkah awalnya tidaklah mudah. Diki harus menghadapi tantangan finansial dan kurangnya pengetahuan dalam bisnis rotan. Namun, dengan tekad yang kuat, Diki berhasil mengembangkan usahanya sehingga kini mampu mengekspor empat kontainer furnitur rotan asli Cirebon setiap bulannya, dengan nilai mencapai USD10.000 hingga USD35.000.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Furnitur rotan yang diproduksinya bervariasi, mulai dari rotan alami, sintetis, kombinasi kayu, hingga besi, mengakomodasi permintaan dari pasar yang beragam seperti Amerika Serikat, Dubai, Australia, dan Spanyol.

Salah satu kunci keberhasilan Diki adalah kolaborasinya dengan produsen rumahan dalam produksi secara in-house. Hal ini tidak hanya membantu meningkatkan kualitas produknya tetapi juga memberikan dampak positif ekonomi lokal.

ADVERTISEMENT

Namun, seperti yang diakui Diki, tantangan terbesarnya saat ini adalah persaingan harga dengan produsen dari Vietnam yang menawarkan biaya produksi yang jauh lebih rendah. Mengingat biaya produksi di Vietnam sendiri terbilang murah hanya 1/3 dari biaya produksi yang ada di Indonesia.

"Kendala lainnya bersaing dengan perusahaan di Vietnam yang harganya murah sekali di mana ongkos kerjanya hanya 1/3 dari indonesia," tegasnya.

Meskipun demikian, dari segi kualitas bahan baku dan hasil akhir produk, furnitur rotan Cirebon tetap unggul. "Kami masih terus menjajaki pasar baru, termasuk pasar potensial di Afrika," tambahnya.

Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya, Diki mengandalkan pasokan dari beberapa depot di Cirebon dan distributor besar di Surabaya. Meskipun demikian, ia berharap pemerintah dapat memberikan dukungan lebih lanjut dalam penyediaan bahan baku untuk memperkuat keberlanjutan usahanya.

"Harapan kami pemerintah menyediakan semacam gudang bahan baku yang dikelola oleh pemerintah. Karena jujur saja kami merasa kesulitan mengurus bahan baku karena harus ke luar pulau yang risikonya tinggi, yapi kalau itu bisa di backup oleh pemerintah akan lebih baik. Maka kami bisa mengatur keuangan kapan buat beli bahan baku di waktu yang pas, jangan sampai kami beli bahan baku banyak mengalami kerusakan," jelasnya.

Keberhasilan Diki Santoso menjadi bukti nyata bahwa dengan inovasi, ketekunan, dan kerja keras, seorang pemuda mampu mengubah peluang menjadi keberhasilan gemilang dalam dunia bisnis internasional.

(sud/sud)


Hide Ads