Kisah Goa Sunyaragi, Tempat Itikaf-Perjodohan Keluarga Keraton Cirebon

Lorong Waktu

Kisah Goa Sunyaragi, Tempat Itikaf-Perjodohan Keluarga Keraton Cirebon

Ony Syahroni - detikJabar
Sabtu, 15 Jun 2024 11:00 WIB
Goa Sunyaragi di Cirebon.
Goa Sunyaragi di Cirebon. Foto: Ony Syahroni/detikJabar
Cirebon -

Kesultanan Cirebon merupakan salah satu kerajaan bercorak Islam yang pernah berdiri di Cirebon, Jawa Barat. Hingga kini, jejak sejarah dari Kesultanan Cirebon masih berdiri dan dapat dilihat keberadaannya. Salah satu di antaranya adalah Taman Air Goa Sunyaragi atau Gua Sunyaragi.

Pada masa lalu, Taman Air Goa Sunyaragi merupakan tempat bermain bagi putra-putri dari keluarga keraton. Di samping itu, Taman Air Goa Sunyaragi juga sering digunakan sebagai tempat perjodohan.

Saat ini, salah satu peninggalan dari Kesultanan Cirebon itu telah dijadikan sebagai objek wisata sejarah dan budaya. Lokasinya berada di bilangan Jalan Brigjen Dharsono, Kota Cirebon.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menariknya, bahan material yang digunakan untuk membangun Taman Air Goa Sunyaragi ini beberapa di antaranya adalah batu karang. detikJabar sempat berbincang-bincang dengan Kepala Bagian Pemandu Taman Goa Sunyaragi, Jaja Sudrajat untuk menyusuri lebih jauh tentang sejarah dari tempat tersebut di masa lampau.

Menurutnya, Taman Air Goa Sunyaragi merupakan tempat bersejarah yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Ada dua orang arsitek yang terlibat dalam pembangunan Taman Air Goa Sunyaragi.

ADVERTISEMENT

"Ada dua arsitek besar yang menangani pembangunan Goa Sunyaragi. Pertama adalah Panembahan Losari dan yang kedua adalah Raden Sepat," kata Jajat.

"Dan di dalam pitutur, batu karang yang digunakan sebagai material komponen utama Goa Sunyaragi itu diambil dari wilayah Gunung Kidul," sambung dia.

Jajat mengatakan, pada masa lalu Taman Air Goa Sunyaragi ini dikenal dengan nama Taman Kaputren Panyepi Ing Raga. Di masa itu, tempat ini difungsikan sebagai tempat bermain bagi putra-putri keluarga dan juga tempat itikaf.

"Yang sekarang kita kenal Goa Sunyaragi, itu nama aslinya adalah Taman Kaputren Panyepi Ing Raga. Taman Kaputren artinya tempat bermain putra-putri dari Keraton Cirebon. Sementara Panyepi Ing Raga, karena ini Islam, jadi bisa diartikan sebagai itikaf," tutur dia.

Tidak hanya itu, pada masa lalu Taman Air Goa Sunyaragi juga biasa dijadikan sebagai tempat untuk perjodohan. Jajat menuturkan, pada masa lalu keluarga keraton sering mempertemukan putra-putri mereka di Taman Goa Sunyaragi untuk dijodohkan.

Namun dalam proses perjodohan tersebut ada berbagai persyaratan yang harus dilalui oleh putra-putri mereka. Dalam hal ini, setiap putra-putri keluarga keraton yang dijodohkan maka akan lebih dulu dites atau diuji kedalaman ilmu agamanya.

"Putra-putri yang akan dijodohkan, keduanya akan lebih dulu dites atau diuji keilmuan agamanya. Itu salah satu proses yang harus dijalani. Karena pada zaman dulu masih menggunakan prinsip bibit, bebet, bobot," kata Jajat.

Di Taman Goa Sunyaragi sendiri terdapat beberapa bangunan yang memilik nama dan fungsinya masing-masing. Di antaranya yaitu Goa Pengawal, Goa Simanyang, Mande Beling, Goa Pawon, dan lain-lain.

Jajat menjelaskan, di masa lalu Goa Pengawal sendiri digunakan sebagai tempat istirahat bagi para pengawal dari Keraton Cirebon. Kemudian Goa Simanyang berfungsi sebagai tempat pemantau atau pos jaga.

Selanjutnya adalah Mande Beling. Dahulunya, tempat itu digunakan oleh para petinggi keraton untuk memberikan petuah.

Sedangkan Goa Pawon, dahulunya lokasi ini digunakan sebagai tempat penyimpanan perbekalan bagi keluarga Keraton yang ingin bermalam di Taman Goa Sunyaragi. Selain tempat-tempat yang tadi disebutkan, di Taman Goa Sunyaragi juga terdapat beberapa tempat lain yang memiliki nama dan fungsinya masing-masing.

Sementara itu, menurut pegiat sejarah dan pengkaji naskah kuno dari komunitas Latar Wingking, Farihin, di sekitar Gua Sunyaragi dulunya merupakan daerah perairan. Sehingga pada masa itu, bagi keluarga keraton yang ingin ke Gua Sunyaragi maka harus menggunakan perahu.

Hal ini dibuktikan dengan adanya nama daerah di dekat Gua Sunyaragi yang sekarang dikenal dengan nama Kandang Perahu atau tempat menambatkan perahu.

"Jadi kalau ada keluarga keraton mau ke Gua Sunyaragi harus naik perahu. Dahulu di situ ada sistem kanal dan irigasi yang luar biasa. Sampai sekarang masih ada sungai-sungai kecil," kata Farihin.

Seperti dijelaskan sebelumnya, salah satu orang yang terlibat dalam pembangunan Gua Sunyaragi ini adalah Pangeran Losari. Disarikan dari berbagai sumber, Pangeran Losari sendiri merupakan cucu dari Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah.

Farihin lalu menjelaskan alasan Pangeran Losari membangun atau membuat Gua Sunyaragi. Menurutnya, tempat ini dibangun sebagai pengganti Astana Gunung Sembung yang sebelumnya adalah pesantren dan tempat tinggal namun berubah menjadi kawasan permakaman.

"Bahkan sebelum Sunan Gunung Jati meninggal sudah menjadi kompleks permakaman. Maka dibuatlah Gua Sunyaragi," tutur Farihin.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads