Sekolah Tamansiswa merupakan salah satu lembaga pendidikan bersejarah yang ada di Kota Cirebon, Jawa Barat. Di tahun ini, lembaga pendidikan tersebut telah memasuki usia lebih dari satu abad.
Untuk diketahui, Tamansiswa adalah organisasi yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara, seorang pahlawan nasional yang memiliki peran besar bagi dunia pendidikan di Indonesia. Organisasi Tamansiswa didirikan pada 3 Juli 1922 di Jogja.
Dalam perjalanannya, Tamansiswa kemudian mendirikan sekolah-sekolah di sejumlah daerah. Salah satunya di Kota Cirebon, Jawa Barat. Bahkan, lembaga pendidikan di daerah berjuluk Kota Udang ini merupakan cabang tertua yang didirikan oleh Tamansiswa. Adapun pusatnya berada di Jogja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekolah Tamansiswa cabang Cirebon beralamat di Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon, Jawa Barat. Lokasinya sendiri tidak jauh dari Keraton Kanoman Cirebon.
detikJabar berkesempatan berbincang-bincang langsung dengan Ketua Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa Cabang Cirebon, Nurcholis Majid. Nurcholis lalu menerangkan tentang sejarah dari sekolah atau perguruan Tamansiswa cabang Cirebon.
Ia mengatakan, sekolah tersebut merupakan lembaga pendidikan yang didirikan pada tahun 1923. Artinya, sekolah atau Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon telah berusia lebih dari satu abad.
"Tamansiswa cabang Cirebon ini berdiri pada tahun 1923. Kalau yang di pusatnya (Jogja) itu berdiri 1922. Jadi bisa dibilang Tamansiswa di Cirebon ini cabang tertua. Jadi setelah di Jogja itu di Cirebon," kata Nurcholis Majid di Kota Cirebon, baru-baru ini.
Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon sendiri memiliki sekolah untuk beberapa tingkatan. Yaitu mulai dari tingkat Taman Muda (SD), Taman Dewasa (SMP), Taman Madya (SMA), Taman Karya Madya Teknik (SMK/TKMT) dan Taman Karya Madya Ekonomi (SMK/TKME).
"Di kami ada lima bagian. Kami menyebutnya lima bagian. Ada Taman Muda, Taman Dewasa dan Taman Madya. Kalau SMKnya ada dua. SMK Teknik (Taman Karya Madya Teknik) dan SMK Ekonomi (Taman Karya Madya Ekonomi), kalau dulu namanya SMEA," kata Nurcholis.
Nurcholis menerangkan, lembaga pendidikan mulai dari tingkat SD, SMP dan SMK berada di satu lingkungan, yakni di Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon yang ada di Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon. Sementara untuk SMA dan SMK (Taman Karya Madya Ekonomi) berlokasi di Jalan Perjuangan, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon.
"Kalau dulu yang lima bagian itu memang ada di satu lingkungan. Kemudian karena dulu jumlah siswanya banyak, lalu kami pisah. Yang SMA dan SMEA itu ada di Jalan Perjuangan," kata dia.
Menariknya, di balik usainya yang sudah mencapai lebih dari satu abad, hingga kini Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon masih menyimpan beberapa perlengkapan sekolah yang usianya tidak kalah tua.
Bahkan, beberapa perlengkapan itu masih digunakan hingga saat ini. Salah satunya seperti meja dan kursi yang digunakan oleh para siswa untuk kegiatan belajar di ruang kelas.
![]() |
Menurut Nurcholis, meja dan kursi yang ada di beberapa ruang kelas Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon itu merupakan peralatan yang sudah berumur tua. Ia menyebut perlengkapan itu sudah ada bersamaan dengan berdirinya Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon.
"Ini peralatan sekolah yang sudah ada sejak sekolah ini berdiri. Desainnya juga ngga berubah dan sampai sekarang masih bisa dipakai. Bahannya dari kayu jati. Jadi usianya sama dengan usia sekolah ini," kata Nurcholis.
Tidak hanya itu, kata dia, bangunan yang ada lingkungan Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon, beberapa di antaranya merupakan bangunan lama. Seperti bangunan yang posisinya berada di tengah-tengah di lingkungan sekolah tersebut.
Bangunan itu merupakan bangunan yang difungsikan sebagai ruang kelas untuk kegiatan belajar mengajar bagi para siswa. Termasuk juga untuk ruang guru.
Dilihat dari tampilannya, desain bangunan tersebut memang terlihat berbeda dengan gaya bangunan sekolah yang ada saat ini. Jendela yang ada setiap ruangannya terlihat memiliki ukuran yang cukup besar. Jendela tersebut terbuat dari material kayu.
Dan uniknya lagi, pada bangunan tersebut juga terdapat pintu-pintu yang bisa menghubungkan ruang kelas satu ke ruang kelas lainnya. Nurcholis mengatakan, dibuatnya pintu-pintu yang menghubungkan ruang kelas satu ke ruang kelas lainnya itu salah satunya bertujuan untuk mengawasi para siswa ketika belajar.
"Di setiap kelas itu ada pintu yang nyambung ke kelas lainnya. Dari dulunya begitu. Barangkali dulunya untuk mengawasi anak-anak belajar," kata Nurcholis.
Kemudian, foto-foto sang pendirian organisasi Tamansiswa, yakni Ki Hajar Dewantara pun masih terpajang di sejumlah ruangan di Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon. Kemudian, foto lawas yang menampilkan kondisi atau suasana Perguruan Tamansiswa cabang Cirebon pada zaman dulu juga masih tersimpan dengan baik.
Berdasarkan cerita yang didapat Nurcholis, Ki Hajar Dewantara selaku pendiri organisasi Tamansiswa pernah mengajar di Perguruan Tamansiswa Cabang Cirebon. Nurcholis pernah mendapat cerita tersebut dari para pendahulunya.
"Konon katanya Ki Hajar Dewantara dulu pernah memberi pelajaran atau mengajar di sini (Perguruan Tamansiswa Cabang Cirebon). Itu menurut cerita dari para sesepuh," kata Nurcholis.
(iqk/iqk)