Kondisi Pasar Batik Trusmi itu bisa dibilang seperti mati suri. Sepi dan tak terawat.
Hal ini terlihat dari bagian depan sebelum masuk, terdapat gapura kembar dengan kondisi satu gapura yang sudah hancur. Tampak reruntuhan bata gapura yang hancur lebur, ditambah dengan rumput liar yang tumbuh hampir menutupi area depan.
Masuk lagi ke dalam, tampak beberapa ruko yang masih membuka toko. Namun, di bagian belakang, beberapa ruko sudah tidak digunakan, bahkan di sekeliling ruko juga banyak ditumbuhi rumput liar dengan kondisi yang tidak terawat.
Beberapa bagian gedung juga tampak rusak, khususnya di bagian atap yang berlubang dan bocor. Iis (38) salah satu pedagang batik yang berjualan di Pasar Batik Trusmi mengatakan, memang banyak bagian bangunan yang rusak, namun tak kunjung dibenahi.
"Banyak yang rusak, kaya bocor di atap, di bagian belakang sama gapura yang di depan juga rusak banyak rumput liar," tutur Iis, Sabtu (25/5/2024).
Tak jarang untuk mengatasi fasilitas yang rusak, menurut Iis, para pedagang menggunakan dana pribadi untuk membenahi fasilitas yang rusak. "Nggak ada pemeliharaan. Paling kalau ada yang bocor pakainya dana pribadi buat benerin," tutur Iis.
Lilis juga mengeluhkan, tentang sepinya pengunjung di Pasar Batik Trusmi. Menurutnya, pascapandemi COVID-19 kunjungan ke Pasar Batik Trusmi menurun. "Sepi sekarang mah, nggak tanggal merah atau weekend juga sepi, mulai sepinya sejak COVID-19 tuh," tutur Iis.
Menurut Iis, selain karena faktor fasilitas yang rusak, juga karena kurangnya promosi dari pemerintah daerah. "Sepinya mungkin karena kurang promosi dari pemdanya, nggak kaya dulu banyak acara," ungkap Iis.
Iis berharap ke depan, pemerintah daerah dapat lebih memperhatikan lagi Pasar Batik Trusmi. "Penginnya sih dapat perhatian dari dinas biar dapat promosi kaya dulu," tutur Iis.
Senada dengan Iis, pedagang batik lain, Yati (40), juga mengeluhkan tentang fasilitas yang rusak dan sepinya pengunjung. "Sepi banget, kaya kurang pemasaran, padahal disediakan pemerintah, tapi setelah COVID sepi, turunnya hampir 70 persen. Sama tempatnya banyak yang bocor juga padahal pas awal-awal buka ramai", tutur Yati.
Yati sendiri sudah 10 tahun berjualan batik. Ia berharap ke depan pemerintah dapat lebih memperhatikan lagi pasar batik Trusmi. "Harapannya sih lebih diperhatikan lagi, biar bisa ramai lagi," pungkas Yati. (sud/sud)