Di sepanjang Jalan Ariodinoto, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, terdapat pasar loak yang menjual berbagai macam barang bekas layak pakai. Salah satunya Sukendra.
Lapak Sukendra persis di bawah pohon rindang. Lelaki berusia 53 itu sudah berjualan barang bekas sejak tahun 2001.
"Sebelumnya kerja jadi karyawan di pabrik jaring, terus berhenti karena mau bikin usaha sendiri, dari usia 30-an udah jualan barang bekas di sini (pasar Loak)," tutur Sukendra saat ditemui detikJabar di pasar loak Lemahwungkuk, Senin (20/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sambil membetulkan kipas yang rusak, Sukendra bercerita tentang proses hidupnya yang tekun belajar agar bisa memperbaiki barang rusak. Sukendra akhirnya bisa memperbaiki barang rusak setelah enam bulan belajar.
"Tiga sampai enam bulan itu saya pelajari semuanya, dari mulai radio, dispenser, blender, rice cooker sampai mejikom dan barang-barang yang bisa di service intinya mah, itu dipelajari diambil ilmunya dan alhamdulillah bisa," tutur Sukendra.
Setelah 6 bulan mempelajari seluk beluk dunia service dan barang bekas. Sukendra, akhirnya memberanikan diri membuka lapak barang bekas sendiri pada tahun 2001. Biasanya barang bekas yang Sukendra jual berasal dari para pengepul barang bekas dan orang yang ingin menjual barang pribadinya yang sudah tidak terpakai.
"Pakainya sistem borongan, cuman tidak semua diambil, lihat-lihat dulu. Kalau diambil semua mah bisa tekor. Dapatnya dari tukang rongsok atau orang yang pengin jual barang," tutur Sukendra.
"Lihat dulu juga barangnya kalau sekiranya tidak bisa diperbaiki yang nggak dibeli, tapi kadang ada juga barang yang pas dibeli kondisinya masih baik nggak perlu di-service dulu," tambah Sukendra.
Tidak semua barang bekas yang masih dalam kondisi baik diterima Sukendra, ia menuturkan dalam membeli barang bekas diperlukan kehati-hatian. Hal ini untuk mencegah barang bekas yang didapatkan Sukendra merupakan barang hasil curian.
"Lihat-lihat dulu orangnya kayak gimana tingkahnya, kalau mencurigakan gelagatnya kelihatan buru-buru itu saya nggak berani beli, takut barang curian," tutur Sukendra.
Menurut Sukendra, yang paling penting saat membeli barang bekas adalah kemampuan untuk menggunakan feeling dan memperkirakan kondisi barang dengan baik. "Pakainya feeling, kalau beli-beli semua yah bisa tekor, sama selalu waspada juga takut barang yang dijual asalnya nggak bener," tutur Sukendra.
Banyak suka duka yang Sukendra selama 23 tahun berprofesi sebagai penjual barang bekas, dari mulai mendapatkan komplain pelanggan hingga barang bekas yang sudah beli, tiba-tiba diakui oleh orang lain.
"Tiba-tiba datang terus bilang, ini barang saya yang dicuri, akhirnya yaudah mau gimana lagi kasih saja, apalagi kalau orangnya bawa polisi. Padahal saya kan nggak tahu apa-apa," tutur Sukendra.
Karena merupakan barang bekas, terkadang ada beberapa pelanggan yang komplain gegera barang yang dibeli tiba-tiba rusak atau tidak berfungsi. Jika seperti ini, Sukendra akan menggantinya dengan barang lain yang sejenis.
"Kadang orang komplain, baru beli dua hari terus mati lalu komplain, padahal pas saya beli itu normal masih jalan belum diapa-apain, biasanya kadang minta barang lagi atau uangnya dibalikin. Tapi kalau udah satu bulan mah nggak bisa dituker," tutur Sukendra.
Sukendra sendiri memiliki 5 orang anak. Ia menggondol omzet per hari sekitar Rp 150.000 - 500.000 sebagai penjual barang bekas. Menurut Sukendra, usahanya cukup untuk memenuhi kehidupan ia sehari-hari. Tak jarang, jika mendapatkan penghasilan lebih, Sukendra akan mengajak keluarganya pergi jalan-jalan.
"Sukanya yah ketika barangnya banyak yang beli laku terus, ada uang lebih buat istri sama anak, bisa makan enak, kadang buat jalan-jalan sama keluarga, kebetulan ada cucu juga," tutur Sukendra.
Sukendra jualan barang bekas dari mulai jam 09 : 00 - 17:00 WIB. Untuk harganya sendiri cukup bervariasi dari mulai puluhan ribu sampai ratusan ribu. "Untuk harganya tergantung, ada yang Rp 80.000 sampai Rp 250.000 juga ada," tutur Sukendra.
Sukendra mengatakan, ke depan ia akan tetap berprofesi sebagai penjual barang bekas di pasar loak. Menurutnya, menjual barang bekas lebih menjanjikan dibandingkan jadi karyawan.
"Mending jualan gini, dari pada jadi karyawan cape sama nungguin uangnya lama, jadi harus hutang dulu buat kebutuhan sehari-hari, kalo gini kan enak tiap hari bisalah dapat uang," pungkas Sukendra.
(sud/sud)