Ketekunan Topik Kang Stempel, Pernah Digusur-Menolak Ditinggal Zaman

Kota Cirebon

Ketekunan Topik Kang Stempel, Pernah Digusur-Menolak Ditinggal Zaman

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Sabtu, 11 Mei 2024 16:30 WIB
Topik di lapak stempel miliknya
Topik di lapak stempel miliknya. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar
Cirebon -

Tidak jauh dari Stasiun Prujakan, Kota Cirebon, tepatnya di Jalan Ratu Mas Gandasari, Pekalangan, Pekalipan, Kota Cirebon, berjejer lapak penyedia jasa pembuatan stempel, reklame dan papan nama. Salah satu penjual tersebut adalah Topik yang sudah 44 tahun berprofesi sebagai penyedia jasa pembuatan stempel.

Sambil mengerjakan pesanan, Topik yang berusia 63 tahun bercerita, dirinya mulai berprofesi sebagai pembuat stempel dari tahun 1980. Topik menuturkan kala itu ia masih melapak di Jalan Tentara Pelajar, sebelum akhirnya pindah ke Jalan Ratu Mas Gandasari.

"Pertama di Jalan Tentara Pelajar, itu di tahun 1980-an, baru di tahun 1983 pindah ke sini, karena di sana dibikin ruko, tadinya kan pabrik gelas," tutur Topik, Jumat (10/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Topik, ketika masih melapak di Jalan Tentara Pelajar, Kota Cirebon. Ada sekitar puluhan kios pembuatan stempel dan papan nama. Tapi setelah pindah hanya beberapa yang masih bertahan, sisanya pindah tempat.

"Pada mencar, ada yang ke tempat lain, ada yang di Gunung Sari dan Kesambi. Di sini kalau yang senior kurang lebih ada 4 orang dan saya yang paling tua," tutur Topik.

ADVERTISEMENT

Topik sendiri mendapatkan keahlian dalam membuat stempel secara otodidak. Ketika itu, ia sering ikut belajar dalam membuat stempel dari teman-temannya. "Awal mulanya ikut sama teman, karena daerah sini banyak yang bekerja di bidang stempel, reklame dan pelat, akhirnya sampai saya ikutan jadi anak buah teman saya," tutur Topik.

Menurut Topik, orderan jasa pembuatan stempel mulai banyak diminati di tahun setelah reformasi. "Banyak orderan setelah reformasi, sebelum reformasi masih sepi, karena kendaraan masih sedikit terus yang pesan pakai cap masih sedikit, makanya di daerah sini masuknya udah usaha yang sudah tua lah," tutur Topik.

"Pokoknya sewilayah 3 tuh tahunya di sini, Kuningan, Indramayu, Majalengka tahunya di daerah sini, karena udah lama di sini," tambah Topik.

Tidak hanya stempel, Topik sendiri menerima berbagai macam orderan lain seperti reklame, billboard, papan nama, huruf timbul, spanduk dan plat nomor. "Segalanya bisa, bagian huruf mah orang-orang begini mah jago, meski udah ada cetakan digital masih tetap laku," tutur Topik.

Topik memaparkan, karena masih menggunakan cara manual, seorang tukang stempel seperti dirinya harus menguasai betul berbagai macam jenis huruf. " Pas zaman saya itu belum ada komputer, pakainya manual. Jadi kalau mau bikin tulisan begini harus tiru buku abjad, dahulukan zamannya buku Letter, gaya-gaya hurufnya ada di buku abjad. Itukan harus punya keahlian dan skill ibaratnya," tutur Topik.

Meski sering menggunakan cara manual, secara otodidak, Topik tetap mempelajari aplikasi grafis digital di komputer agar tidak ketinggalan zaman.

"Belajar Corel sama Photoshop juga otodidak, saya belajar juga dari teman dari nol. Sekolah tamat SMP, tapi bisa Corel. Jiwa saya emang suka belajar, kurang paham malah belajarnya ke anak juga, akhirnya saya bisa, biar jangan kalah sama anak-anak sekarang. Meski bisa manual jangan sampai ketinggalan zaman," ungkap Topik.

Untuk proses pembuatanya sendiri, menurut Topik tergantung jumlah orderan yang masuk. "Sebetulnya mah sebentar, kalau banyak kerjaan kita nggak bisa, harus fokus sama atur waktu sebisa-bisanya kita, karena orderan nggak ini saja," tutur Topik.

Menurut Topik ada tantangan tersendiri dalam menekuni profesi sebagai pembuat stempel. "Orang pesen kan macam-macam, kadangkala aneh-aneh yang nggak biasa saya tangani, kalau saya sanggup yah sanggup, tapi kalau nggak bisa yah nggak bisa. Kadang sampe malem kalau banyak kerjaan sampai dibawa di rumah, kalau nggak cepet dikerjain takutnya besok banyak orderan lagi," tutur Topik.

Lapak stempel Topik buka dari jam 09.00 - 17.00 WIB. Dalam sehari, paling banyak bisa sampai 10 orderan yang masuk dengan omzet ratusan ribu Rupiah. Untuk satu stempelnya dibanderol dengan harga Rp 80 ribu.

"Kalau lagi ramai ke full sampai kewalahan. Jika nggak bisa kehendle saya kasihkan ke teman yang lain orderanya. Sehari Rp 300.000 kalau lagi ramai Rp 500.000. Libur di hari Minggu, kata Topik.

Selama 44 tahun berprofesi sebagai penyedia jasa pembuatan stempel, banyak suka duka yang dialami Topik. "Dukanya kadangkala lagi sepi, kalau di kaki lima kan takutnya ada penggusuran saja, tapi alhamdulillah saya di sini disarankan saya wali kota dan Disperindag," tutur Topik.

Topik menceritakan pengalaman pahitnya kala digusur. Pengalaman pahit tersebut terjadi di tahun 1987, yang menyebabkan Topik dan teman-temanya pindah. "Setelah pindah ke sini. Tahun 1987 ada penggusuran di pindah ke Grage. Dulu nggak ada Grage masih lapangan bola dan kolam renang, lalu pas di bangun grage pindah lagi ke sini," tutur Topik.

Agar bisa bertahan, selama 44 tahun Topik selalu menjaga kepercayaan pelanggan dengan tidak mengerjakan pesanan secara asal-asalan. "Saya kerja sampai 44 tahun karena kerja nggak asal-asalan. Saya nggak mau mengecewakan orang, meski kadang orang yang bilang sejadinya aja. Itu saya nggak bisa, karakter saya nggak begitu, saya biasanya bikinya rapi, pengenya bagus," tutur Topik.

Menurut Topik, karena membutuhkan jiwa seni, ketekunan dan kesabaran. Di zaman sekarang, orang mulai jarang yang menekuni profesi pembuatan stempel seperti dirinya. "Ada sih yang nggak mau gelutin, saya tawarkan ke teman atau saudara juga nggak mau, alasanya rumit, nggak bisa. Kalau kita nggak belajar dari awal emang nggak bisa, nggak semua orang punya jiwa seni, sabar dan detail," pungkas Topik.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads