Kisah Penjual Es Lilin yang Semangat Mencari Rezeki di Usia Senja

Serba-serbi Warga

Kisah Penjual Es Lilin yang Semangat Mencari Rezeki di Usia Senja

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Jumat, 26 Apr 2024 19:00 WIB
Amin, penjual es lilin di Cirebon.
Amin, penjual es lilin di Cirebon. (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)
Cirebon -

Namanya Amin, berusia 56 tahun. Meski sudah memasuki usia senja, setiap hari Amin tetap semangat mencari rezeki. Dengan modal motor bebek dan kardus berisi es lilin, Amin berkeliling menjajakan es lilin dengan berbagai macam varian rasa.

"Jualan es lilin dari 3 tahun lalu, jualan es nya mah dimana aja. Hari Minggu kadang-kadang masih berangkat," tutur Amin, penjual es lilin Manohara, saat ditemui detikJabar di depan SDN Kedung Krisik, Kota Cirebon, Jumat (26/4/2024).

Amin menceritakan sebelum menjadi penjual es lilin, ia bekerja sebagai buruh di salah satu pabrik gula di Tasikmalaya. "Dulu aku bekerja sebagai buruh. Sudah 20 tahun aku bekerja di pabrik gula," ujar Amin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, sejak 3 tahun lalu, Amin pensiun dari pekerjaannya sebagai buruh pabrik gula. Meski sudah pensiun, Amin tidak berhenti bekerja. Dari kota asalnya, Tasikmalaya, Amin merantau ke Cirebon untuk bekerja. "Setelah pensiun dikasih pesangon, lalu merantaunya ke Cirebon, kebetulan di Cirebon ada kakak," kata Amin.

Amin menjelaskan motivasinya untuk tetap bekerja meski sudah pensiun, yaitu agar tetap memiliki kegiatan. "Yah biar ada kegiatan, mumpung masih kuat dan sehat, apa saja pekerjaan diambil yang penting halal. Kecuali udah nggak bisa kerja yah diam," tutur Amin.

ADVERTISEMENT

Bagi Amin, jika hanya diam di rumah, ia akan merasa bosan dan cepat lelah, meskipun masih memiliki uang untuk biaya hidup sehari-hari. "Kalau udah biasa kerja, diam di rumah tuh nggak enak, bosen, malah sakit kalau nggak kerja. Pas kerjakan enak, ada banyak teman sama banyak gerak jadikan sehat," tutur Amin.

Es lilin yang diberi nama es lilin Manohara tersebut, dijual oleh Amin dengan harga Rp 1.000 per es lilin. Amin mengatakan bahwa dalam sehari ia mampu menjual ratusan es lilin dengan omzet mencapai ratusan ribu rupiah. "Tergantung, kalau sehari mah paling banyak 200 es yang kejual, untuk omzetnya Rp 200.000 lah," tutur Amin.

Amin mulai berjualan dari jam 7 pagi sampai jam 11 siang. Es lilin yang dijual Amin didapatkan dari kakaknya. "Ngga buat sendiri, kakak yang bikin, saya mah cuma numpang jualan aja," tutur Amin.

Namun, terkadang es lilin miliknya terjual sedikit karena sepi pembeli, terutama saat musim hujan. "Sering pas lagi jualan malah hujan, jadi pulang ke rumah. Es nya masih sisa banyak, jadi masukin lagi ke kulkas," tutur Amin.

Di Tasikmalaya, Amin memiliki satu istri dan tiga anak. "Anak 3 udah pada gede semua, udah pada nikah, cewe satu, laki-laki dua. Istri di Tasik ngurus cucu, " tutur Amin.

Selain menjadi penjual Es Lilin, Amin juga terkadang berbisnis jual beli handphone rusak. Bagi Amin, handphone yang sudah rusak menjadi berkah tersendiri baginya. "Jadi kalau ada orang hpnya rusak, dibeli sama saya, lalu saya bawa ke tukang service terus jual lagi kan ada lebihnya, itu lumayan," tutur Amin.

"Kalau HP mah suka nggak suka, pokoknya kalau ada yang mau beli yah dijual. Cuma sekarang lagi jarang, lagi susah, nggak kaya dulu. Jenis hpnya sendiri banyak, yang penting udah rusak, biar dijual lagi ada lebihnya," Amin menambahkan.

Amin pulang ke Tasikmalaya saat liburan sekolah tiba. Untuk menghabiskan waktu luang, di kampung halaman, Amin juga masih tetap bekerja sebagai petani.

Ditanya mengenai harapan ke depannya, Amin mengatakan bahwa ia tidak memiliki harapan yang terlalu besar, ia hanya berharap agar selalu sehat dan dagangannya laris terus. "Aku tidak memiliki harapan yang besar, yang penting banyak pembeli, panjang umur, sehat selalu, dan rezeki lancar," pungkas Amin.

(iqk/iqk)


Hide Ads