Pemkab Cirebon berupaya melestarikan pohon endemik melalui pengadaan bibit. Pohon endemik di Cirebon sejatinnya telah digunakan sebagai nama-nama desa hingga kecamatan.
Pemerintah kini berupaya pengembalikan keberadaan pohon-pohon endemik tersebut agar bisa diketahui oleh generasi penerus. Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Cirebon, Fitroh Suharyono mengatakan pengadaan bibit pohon endemik sudah dilakukan dengan tujuan melestarikan keberadaannya.
Pihaknya menggandeng sejumlah perusahaan agar berperan melalui pengadaan bibit tersebut. Menurut Fitroh, di setiap pengadaan bibit pohon endemik yang menjadi ciri khas Cirebon. Mengingat penamaan sejumlah wilayah di Kabupaten Cirebon berasal dari nama-nama tumbuhan mulai dari tumbuhan Kedawung, Mundu, Jamblang, Cempaka, Gempol, Kenanga dan tanaman khas Cirebon lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setiap pengadaan tanaman oleh bidang di DLH, penekanannya ya ke tanaman khas Cirebon. Seperti Jamblang, Kedawung, Mundu, Kenanga dan tanaman khas Cirebon lainnya," ujar Fitroh Suharyono, Selasa (22/4/2024).
Ia mengatakan ribuan bibit pohon hasil pengadaan tersebut sebagian di sebar ke sejumlah sekolah untuk ditanam dan dipelihara. Hal itu agar generasi muda Kabupaten Cirebon mengenali nama-nama pohon yang saat ini sudah banyak dijadikan sebagai nama desa hingga nama kecamatan di Kabupaten Cirebon.
"Kita juga lestarikan tanaman-tanaman tersebut di Hutan Kota Sumber," katanya.
Ia menerangkan saat ini pihaknya juga tengah berupaya melestarikan keanekaragaman hayati di salah satu lokasi khusus di Kecamatan Sumber, yakni di Taman Keanekaragaman Hayati. Pihaknya sudah menginventarisir nama-nama pohon yang bakal di tanam di Taman Keanekaragaman Hayati, Sumber. Di antaranya adalah pohon pelindung dan pohon lokal atau endemik Kabupaten Cirebon.
"Inisiatif melestarikan ini dari kita, karena sesuai fungsinya adalah melestarikan keanekaragaman hayati. Kita sudah rencanakan pelestarian keanekaragaman hayati ini di Taman Keanekaragaman Hayati berlokasi di Kecamatan Sumber," kata Fitroh.
Selain di lokasi tersebut, pelestarian sejumlah pohon endemik tersebut juga bakal dilakukan di sekitar komplek perkantoran Pemkab Cirebon. Namun untuk di komplek tersebut, pihaknya harus benar-benar selektif memilih jenis pohon yang tidak merusak sarana dan utilitas komplek Pemkab Cirebon.
Sejumlah nama bibit pohon lokal atau endemik yang sudah diinventarisir dan menjadi nama bagi sejumlah wilayah di Cirebon untuk ditanam di Taman Keanekaragaman Hayati diantaranya pohon Beringin, Pinang, Gintung, Kenanga, Gebang, Ambit, Kroya, Mundu, Melinjo, Waru, Cempaka, Gempol, Cangkuang, Picung, Kedawung, Kemlaka, Turi, Kedondong, Kepuh, Asam Jawa, Winong, Lerak, Durian, Keruing Gunung, Limus, Gandaria, Kayu Manis, Wuni, Bambu Betun, Bambu Wuluh, Bambu Mayan, Bambu Hitam, Bambu Emprit, Bambu Putih, Bambu Petung dan Bambu Jalu.
Penamaan Wilayah di Cirebon dari Nama Tumbuhan
Seperti diketahui, Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak keunikan. Salah satunya ialah penamaan desa-desa di Kabupaten Cirebon yang mengambil hal-hal yang menonjol di daerah tersebut pada zaman dahulu. Tak banyak yang mengetahui, ternyata nama-nama sejumlah desa yang berada wilayah terujung bagian utara Jawa Barat ini banyak terinspirasi dari nama-nama tumbuhan.
Pegiat Budaya Cirebon, R Chaidir Susilaningrat mengatakan nama-nama desa di Kabupaten Cirebon yang penamaannya terinspirasi dari nama beberapa tumbuhan yang jumlahnya cukup banyak. "Lumayan banyak nama wilayah di Kabupaten Cirebon yang terinspirasi dari nama-nama tanaman," kata Chaidir.
Di antaranya seperti Ciwaringin yang kini bahkan sudah menjadi nama kecamatan. Penamaan daerah tersebut dengan nama Ciwaringin, kata Chaidir, berasal dari kata pohon beringin. Selain Ciwaringin, terdapat pula sejumlah daerah yang berasal dari nama-nama tumbuhan seperti Kedawung, Pilang, Mundu dan masih banyak lainnya.
Penamaan sejumlah daerah yang menggunakan nama tumbuh-tumbuhan tersebut, lanjut Chaidir, diambil dari karakter yang menonjol di kawasan yang dihuni manusia pada zaman dulu.
"Satu kawasan atau daerah yang dihuni manusia itu biasanya diberi nama dengan mengambil karakter yang menonjol dari daerah itu," kata Chaidir.
Ketika yang menonjol di daerah tersebut adalah tumbuhan beringin atau kedawung, maka daerah itu diberi nama sesuai tumbuhan tersebut. Begitu pula ketika yang menonjol adalah sungai atau sumber mata air, masyarakat zaman dulu biasanya menamainya dengan kata sungai atau sumber mata air. Di mana menurut bahasa Cirebon, sumber mata air itu disebut tuk.
"Seperti Desa Kaliwedi, itu karena saat itu yang menonjol di daerah tersebut adalah kali atau sungai. Kemudian ada juga Desa Tuk, Kelurahan Tukmudal, ya itu tadi karena di situ ada sumber mata air atau dalam bahasa Cirebon disebut tuk," paparnya.
Ia berharap, Pemkab Cirebon dapat melestarikan jenis-jenis tumbuhan atau pohon yang namanya sudah populer menjadi nama daerah di Kabupaten Cirebon. Hal itu dimaksudkan agar masyarakat bisa lebih mencintai lingkungan. Karena keberadaan pohon-pohon tersebut menjadi salah satu hal yang penting dalam pelestarian lingkungan hidup.
Chaidir mengaku sebagian pohon-pohon tersebut sudah ada di kompleks perkantoran Pemkab Cirebon di Sumber. Di antaranya, ada pohon kedawung dan pohon mundu.
Namun, sejunlah tumbuhan yang ada di kompleks perkantoran tersebut masih belum lengkap. "Memang mestinya Pemda memprogramkan pelestarian pohon-pohon langka khas Cirebon itu, supaya anak cucu kita tahu. Mudah-mudahan ke depan bisa dilakukan pelestarian pohon-pohon khas Cirebon," pungkasnya.
(sud/sud)