Cirebon dan Jakarta merupakan dua daerah yang berada di provinsi berbeda. Namun demikian, jika dilihat jauh ke belakang, kedua daerah itu memiliki hubungan sejarah cukup erat.
Hal tersebut dikatakan oleh Ketua Yayasan Badan Wakaf Kasepuhan, Ahmad Jazuli saat ditemui di sela soft launching Edu Heritage Cirebon-Jakarta di Keraton Kasepuhan, Minggu (21/4/2024).
Salah satu peristiwa penting yang tercatat dalam sejarah adalah ketika Jakarta masih dikenal dengan nama Sunda Kelapa dan masih dalam pengaruh Portugis. Saat itu, Kesultanan Cirebon di bawah kepemimpinan Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati melalui panglima perangnya bernama Fatahillah melakukan penyerangan ke wilayah Sunda Kelapa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyerangan tersebut dilakukan sebagai upaya untuk membebaskan Sunda Kelapa dari cengkeraman Portugis. Menurut Jazuli, selain sebagai panglima perang, Fatahillah adalah menantu dari Sunan Gunung Jati.
"Sesuai sejarahnya, pembebasan Jakarta atau sebelumnya Sunda Kelapa dari cengkeraman Portugis, itu dilakukan oleh seorang panglima bernama Fatahillah. Fatahillah itu adalah panglima perangnya Sunan Gunung Jati sekaligus menantunya Sunan Gunung Jati," kata Jazuli.
Sementara itu, dalam jurnal berjudul Sejarah Singkat Kerajaan Cirebon karya Heru Erwantoro, disebutkan pada masa pemerintahan Sunan Gunung Jati (1479-1568), Kesultanan Cirebon mengalami perkembangan yang sangat pesat. Mulai dari bidang keagamaan, politik, hingga perdagangan.
Pada masa pemerintahan Sunan Gunung Jati, upaya Islamisasi terus diintensifkan. Penyebaran Islam ke berbagai wilayah terus menerus dilakukan. Memang upaya penyebaran Islam itu tidak semata-mata untuk menyebarkan agama. Melainkan juga untuk memperluas wilayah.
Masih disarikan dari sumber yang sama, Kesultanan Cirebon pernah terlibat dalam serangkaian peperangan menghadapi serangan-serangan dari para adipati bawahan Kerajaan Sunda Pajajaran yang ada di sekitar Cirebon.
![]() |
Selain itu, Kesultanan Cirebon pernah tiga kali menghadapi pertempuran besar. Di antaranya yaitu pertempuran memperebutkan Sunda Kelapa, pertempuran dengan Rajagaluh dan pertempuran melawan Talaga.
Penyerangan ke Pelabuhan Sunda Kelapa itu terjadi pada tahun 1527. Penyerangan dilakukan oleh tentara gabungan dari Kesultanan Cirebon, Demak dan Banten. Penguasaan atas Pelabuhan Sunda Kelapa itu merupakan upaya untuk membendung pengaruh dari Portugis di wilayah tersebut.
Dikutip dari berbagai sumber lainnya, setelah berhasil dikuasai wilayah Sunda Kelapa kemudian berganti nama menjadi Jayakarta yang berarti Kemenangan. Pergantian nama itu dilakukan oleh Fatahillah yang menjadi panglima perang dalam memperebutkan Sunda Kelapa.
Ketua Yayasan Badan Wakaf Kasepuhan, Ahmad Jazuli mengatakan, sejarah tentang pembebasan Pelabuhan Sunda Kelapa dari tangan Portugis itu merupakan salah satu bukti adanya keterkaitan antara Cirebon dan Jakarta.
Melalui program Edu Heritage Cirebon-Jakarta ini, kata Jazuli, pihaknya ingin mengembangkan wisata sejarah melalui edukasi atau pendidikan hingga peninggalan-peninggalan sejarah yang hingga kini masih terjaga.
"Ini akan kita kemas menjadi pake wisata Edu Heritage. Ada dua sisi yang akan kita sasar. Yang pertama yaitu dari sisi edukasi atau pendidikan sejarah, pendidikan moral dan pendidikan agama dari filosofi-filosofi heritage atau warisan yang ada. Kemudian akan kita kemas menjadi paket wisata yang menarik dan bermanfaat bagi pengembangan ekonomi masyarakat Cirebon dan Jakarta," kata dia.
Acara soft launching Edu Heritage Cirebon - Jakarta yang diadakan di Keraton Kasepuhan turut dihadiri oleh sejumlah perwakilan dari berbagai instansi. Seperti perwakilan dari Kemenparekraf, Disbudpar Pemprov Jabar, DKI Jakarta, Disbudpar Kota dan Kabupaten Cirebon, serta beberapa pihak lainnya.
Kepala Disbudpar Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya mengatakan, Edu Heritage Cirebon-Jakarta merupakan program yang diinisiasi oleh Yayasan Badan Wakaf Kasepuhan. Ia menjelaskan, Edu Heritage Cirebon-Jakarta ini merupakan program yang bersifat kolaboratif antar beberapa daerah. Dalam hal ini yakni Cirebon dan Jakarta.
"Programnya menurut saya ini sangat strategis. Kita bisa mengoneksikan antara dua daerah, yaitu antara DKI Jakarta dengan Cirebon," ucap Agus.
"Tinggal PR berikutnya, sebelum nanti kita grand launching mungkin ada banyak yang harus kita siapkan terkait dengan paket-paket yang ada. Bukan cuma di kota, tapi kita bicara Cirebon secara keseluruhan," kata dia menambahkan.
(orb/orb)