Kesetiaan Dahlan Bantu Pemudik Angkut Barang di Stasiun Jatibarang

Kesetiaan Dahlan Bantu Pemudik Angkut Barang di Stasiun Jatibarang

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Selasa, 09 Apr 2024 10:30 WIB
Dahlan sang porter di Stasiun Jatibarang sebagai kerjaan di masa tua nya
Dahlan sang porter di Stasiun Jatibarang sebagai kerjaan di masa tua nya (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Indramayu - Hiruk pikuk masyarakat yang mudik memberikan harapan bagi sebagian orang. Salah satunya bagi porter pengangkut barang bawaan penumpang kereta api di Indramayu.

Namun berbeda bagi Dahlan. Porter berusia 60 tahun yang biasa mangkal di Stasiun Jatibarang ini menganggap momen mudik Lebaran sama seperti hari biasanya.

Menurutnya, 5 tahun sebagai porter hanya dilakukan untuk memenuhi aktivitas rutin di usia senja saat ini. Meski sedang ramai penumpang, namun ia hanya bekerja sejak pukul 07.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB sore.

"Kita nggak ngoyo sih soalnya tadi cuma buat aktivitas rutin aja. Sekarang tinggal sama istri aja. Soalnya anak sudah pada berkeluarga," kata Dahlan ditemui detikJabar, Senin (8/4/2024).

Saat bekerja, Dahlan tidak terlalu berebut dengan sejumlah porter lainnya. Biasanya, dalam sehari ia hanya mendapat Rp100 ribu. Menurutnya, penghasilan itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama istrinya di rumah.

Sebab kini, kelima anaknya sudah berkeluarga dan mayoritas tinggal di perantauan.

"Tergantung barangnya kalau banyak ya naik harganya. Kalau cuma satu tas ya paling Rp20 ribu," ujar Dahlan.

Meski dilarang oleh anak-anaknya, namun, bekerja sudah menjadi kebiasaan Dahlan sejak masih remaja. Kemandirian yang tertanam membuatnya tidak betah duduk diam di rumah.

"Sekarang sih ya tinggal sama istri aja di rumah. Anak sih melarang tapi kan gimana lagi kalau nggak aktivitas jenuh apalagi saya tidak punya sawah atau kebon," ungkapnya.

Saat duduk di bangku calon penumpang kereta api, Dahlan menceritakan kisahnya selama menghidupi kelima anaknya. Warga asli Desa Pilangsari, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu itu sering merantau di wilayah Jakarta.

Kala itu, Dahlan yang sempat menjadi satpam di pabrik wilayah Jakarta, tetap mencari kesibukan lainnya selepas bertugas. Sebagai sampingannya ia menjadi tukang ojek untuk memenuhi kebutuhan istri dan kelima anaknya.

"Dulu saya kerjanya jadi satpam aja di Jakarta. Pokoknya dulu nggak pernah lelah ketika anak-anak masih kecil-kecil. Setelah kerja terus ngojek," tuturnya.

Dunia kerja bagi Dahlan tidak selalu berjalan mulus. Di awal tahun 2000an, ia berhenti bekerja sebagai satpam. Bahkan ia sempat menganggur meski kala itu harus membiayai kebutuhan sekolah anak-anaknya.

Hingga pada tahun 2010an, ia merasakan susahnya sebagai asongan di stasiun. Namun, pada tahun 2012, kereta api melarang adanya aktivitas asongan di kereta maupun di stasiun.

"Nah dari tahun 2010 sempat jadi asongan di kereta api. Tapi pas dilarang tahun 2012an itu nganggur dulu. Baru kemudian minta keringanan jadi porter," cerita Dahlan.

Sambil menunggu penumpang menggunakan jasanya untuk mengangkut barang. Dahlan kini tengah menanti kedatangan putra-putri dan cucunya untuk menikmati libur Lebaran bersama.

"Cucu ada 4, iya merantau semua nanti paling pada pulang. Ramai kalau sudah kumpul mah," pungkasnya.


(dir/dir)


Hide Ads