Rohmat seorang pria di Kabupaten Indramayu sukses mengelola perkebunan secara modern. Bermodal handphone Android, warga Desa Kaplongan, Kecamatan Kedokanbunder, Kabupaten Indramayu itu mampu menerapkan konsep IOT (Internet Of Things) pada budi daya tanamannya.
Pria berusia 41 tahun itu berhasil memudahkan proses pembudidayaan buah melon pada media hidroponiknya dengan bantuan jaringan internet. Yaa, Rohmat mengendalikan alat hingga sarana perkebunannya hanya menggunakan handphone.
detikJabar berkesempatan mengunjungi kebun melonnya, Selasa (19/3/2024). Kebun tersebut merupakan green house berukuran 15x6 meter persegi. Di kebun ini, terdapat ratusan tanaman melon varietas sweet net dan melon madu yang rapi di atas pipa hidroponik. Di situ juga terdapat tanaman anggur yang mulai berbuah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rohmat mulai menggeluti sektor pertanian sejak awal tahun 2023 lalu. Mulanya, di tengah kesibukan kerjanya, Rohmat iseng menanam aneka tanaman buah sembari mengurusi tanaman bunga milik kakaknya.
Siapa sangka, Rohmat yang notabene tidak memiliki latar belakang pendidikan pertanian atau bahkan tidak pernah terjun ke persawahan, justru bisa mengelola tanaman tersebut. Bahkan, tanaman buah sudah bisa dia nikmati hasil dari tanamannya.
"Tapi memang dulu tidak pernah di pertanian atau kebun. Awalnya ada kakak yang suka ngurusin bunga akhirnya iseng-iseng tanam jeruk, kedondong, buah tin, delima dan anggur. Dan Alhamdulillah bisa berbuah. Sehingga semakin semangat dan dikembangkan," kata Rohmat kepada detikJabar.
Dari minimnya pengalaman berkebun, tidak menjadikan Rohmat patah arang. Ia justru semakin mencari solusi alternatif agar tetap berkebun dengan segala keterbatasan waktu dan tenaganya.
Riset dan belajar pertanian modern ditekuninya. Ia mengambil banyak informasi dari berbagai perangkat mulai media sosial hingga pengalaman para komunitas budi daya untuk mengembangkan konsep manajemen smart farming.
"Awalnya nyoba sistem teknologi penyiraman yang otomatis di media tanam polibag. Karena berhasil makannya dicoba pakai sistem android dan upgrade di media hidroponik," ungkapnya sambil menunjukkan teknologinya.
Tidak selesai di situ, Rohmat justru semakin haus dengan dunia digital. Ia mulai merogoh modal lebih besar untuk membuat green house dan media tanam hidroponiknya. Meskipun ia akui, banyak perlengkapan budi dayanya yang mengandalkan barang bekas.
Rohmat mengaku, proses yang dilakoninya tidak berjalan mulus. Kondisi cuaca sesekali merugikannya. Mati listrik berjam-jam yang terjadi saat musim hujan dirasakan mengganggu proses pertumbuhan tanaman melon pada hidroponik nya.
Dari situ, ia mulai mengembangkan support system. Di antaranya memakai backup daya atau listrik ketika mati listrik (mati lampu).
"Yang paling penting saya sudah memakai sistem back up daya otomatis atau listrik. Jadi kalau misalkan mati lampu, di green house bisa tetap nyala sampai 12 jam. Mulai dari lampu, pompa dan sebagainya," ucapnya.
Bukan hanya itu, Rohmat ternyata menyadari peralatan yang jadi kebutuhan di dalam green housenya bisa disambungkan dengan sistem internet. Mulai dari pengatur sirkulasi air pipa hidroponik, pengatur suhu hingga pengendalian hama hanya dilakukannya dengan menggunakan handphone.
"Yang tersambung dengan sistem internet dari irigasi pengairan pipa hidroponik, blower pengatur suhu, pengkabutan atau misting, lampu karena kerja di green house itu malam biasanya, pengendali hama pakai ultrasonic," ujarnya.
Dalam setahun, Rohmat mengaku konsep IOT (Internet Of Things) cukup efektif. Bahkan, ia bertekad konsepnya ini bisa diikuti oleh para petani lainnya.
Modal nekat Rohmat pun kini berbuah manis. Bahkan, modal uang puluhan juta rupiah dipastikan lebih cepat kembali.
"Alhamdulillah bisa lebih cepat untuk balik modal," ucapnya.
(dir/dir)