Bangkit dari COVID-19, Mang Eko Sukses Jadi Supplier Kopi Bandung

Bangkit dari COVID-19, Mang Eko Sukses Jadi Supplier Kopi Bandung

Wisma Putra - detikJabar
Minggu, 17 Mar 2024 02:30 WIB
Muhtar Koswara alias Mang Eko.
Muhtar Koswara alias Mang Eko bisa bangkit dari pandemi COVID-19 dan jadi supplier biji kopi sukses di Bandung. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)Foto: Wisma Putra/detikJabar
Bandung -

Tahun 2021, menjadi tahun yang sangat berat bagi Mang Eko atau memiliki nama asli Muhtar Koswara. Pada tahun itu, pria yang berprofesi sebagai supplier biji kopi dinyatakan positif terpapar COVID-19 hingga harus dirawat secara intensif di ICU. Bukan sehari dua hari, Mang Eko dirawat hingga satu bulan lamanya.

Di saat itulah, bisnis kopi yang dia bangun sejak tahun 2016 terancam gulung tikar. Pasalnya aset yang dimilikinya terpaksa harus dijual untuk menanggung biaya pengobatan rumah sakit yang membutuhkan uang yang sangat banyak.

Sembuh dari COVID-19, Mang Eko pun kembali menjalani bisnisnya sebagian supplier biji kopi ke kafe-kafe hingga kopi shop yang ada di wilayah Bandung Raya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini, bisnis kopi milik Mang Eko semakin berkembang, apalagi sejak dirinya mendapatakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank BRI bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

detikJabar berkesempatan berbincang langsung dengan Mang Eko dikediamannya yang ada di Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung. Disingung mengapa bisnis kopi yang dipilih, Mang Eko mengatakan, bakat kopi pada dirinya sudah ada sejak lama, dia pernah bekerja sebagai karyawan di Kapal Api Group dari tahun 2003 sampai 2013 dan juga menjadi konsultan di dunia kopi sejak tahu 2014.

ADVERTISEMENT

"Akhirnya balik lagi ke kopi," kata Mang Eko saat membuka perbincangan dengan detikJabar, Sabtu (16/3/2024).

Selain itu, saat kembali disingung mengapa lebih memilih menjadi supplier dibandingkan membuat kafe atau kedai kopi sendiri, Mang Eko mengungkapkan jika bisnis yang dijalaninya saat ini lebih menguntungkan.

Bisnisnya saat ini dinamai Cikopi Mang Eko tak hanya menjual biji kopi siap giling saja, Mang Eko juga menjual peralatan kopi.

"Saya dari awal supplier, karena basicnya konsultan, suka settingin kafe orang, tapi kalau setting kafe orang itu hanya setahun sekali, pemasukan besar tapi tidak tentu. Ya udah cari yang pemasukan setiap bulan ada akhirnya bikin Cikopi Mang Eko," ungkapnya.

Mang Eko juga menyebut, persaingan untuk kafe atau kedai kopi lebih tinggi dibandingkan menjadi supplier biji kopi.

"Karena kafe persaingan susah dan butuh modal gede, biaya operasional besar dan modal awal juga besar. Kalau ini enggak terlalu besar modalnya," tuturnya.

Menurut Mang Eko, meski menjadi supplier biji kopi lebih menguntungkan. Ilmu dalam meroasting kopi juga tidak asal-asalan, karena semakin tinggi pengalaman dan ilmu dalam merosting kopi, maka akan semakin nikmat di lidah, cita rasa dari kopi yang dihasilkan.

Mang Eko juga mengisahkan, sebelum asetnya habis karena COVID-19. Usaha kopi yang dia bangun dari nol atau sejak delapan tahun lalu itu hanya bermodalakan uang Rp 9 juta. Atas kegigihannya itu, Mang Eko pun bisa kembali membesarkan usahanya dengan kapasitas produksi yang cukup banyak.

"Kapasitas bisa 5 ton, tapi maksimal sekarang di 1,2 ton per bulan. Sekarang kita ada pesanan 70 kilogram buat Critoe Coffee, rutin itu sebulan 2 kuintal," tuturnya.

Selain itu, ada juga kedai-kedai kopi kecil, yang hanya membeli 3-5 kilogram biji kopi di tempatnya. Selain itu, Mang Eko juga memiliki langanan lebih dari 50 kafe di Bandung dan luar Bandung.

Muhtar Koswara alias Mang Eko.Muhtar Koswara alias Mang Eko. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)

Menjual Kopi Nusantara

Sementara itu, biji kopi yang dijual Mang Eko didatangkan dari seluruh Indonesia. Untuk kopi dari Jawa Barat membeli langsung ke petani, sedangkan kopi di luar Jawa Barat didatangkan melalui sesama supplier.

"Kopinya dari Aceh sampai Papua, lebih dari 20 origin dan yang dijual lebih dari 27 item," ujarnya.

Menurut Mang Eko, kopi Temanggung banyak dijual di tempatnya, karena kopi jenis tersebut digunakan untuk basic ekpreso atau es kopi susu. Tak hanya itu, kopi asal Jawa Barat juga jadi andalannya di tempatnya.

"Ada juga Kopi Palasari dan Manglayang itu juga untuk campuran basic espresso, saya bikin house blend juga. Ada Puntang wine, Malabar dan Gunung Tilu dan Palintang," tuturnya.

Mang Eko menuturkan, bisnis kopi adalah bisnis candu, meski diterpa apapun bisnis kopi itu enggak akan habis-habis. Selain itu, Mang Eko lebih memilih sebagai supplier atau pilih di posisi tengah, karena jika dia main di hilir atau end user, Mang Eko mengaku enggak sanggup karena pemodal besar main disitu.

"Menjadi supplier lebih enak, kerja gak begitu capek tapi veluenya gede. Kalau buka kafe harus nunggu dari buka sampai tutup, mending kalau rame? Gimana kalau sepi?" tutur Mang Eko.

"Udah gitu gencatan sosial media yang luar biasa, bersaing dengan pemain yang modalnya miliaran rupiah, kita repot, kalau seperti imi enak, tinggal nunggu yang beli saja," tambah Mang Eko.

Muhtar Koswara alias Mang Eko.Cikopi Mang Eko menjadi salah satu UMKM berprestasi yang mendapatkan penghargaan BRI Inkubator. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)

Suntikan KUR Buat Bisnis Mang Eko Bangkit

Cikopi Mang Eko menjadi salah satu UMKM berprestasi yang mendapatkan penghargaan BRI Inkubator. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)

Bisnis kopi yang dirintis Mang Eko ada diujung tanduk saat dirinya dirawat selama satu bulan lamanya di ICU. Mang Eko menyebut, selama itu dia harus menjual asetnya demi biaya pengobatan.

Sembuh dari COVID-19, Mang Eko kembali berbisnis kopi demi menafkahi anak dan istrinya. Perlahan dan pasti, usahanya kembali berjalan dan bisnisnya semakin besar setelah Mang Eko menjadi UMKM Binaan BRai dan mendapatkan suntikan modal dari KUR sebesar 100 juta.

"KUR dapat Rp 100 juta, ini pertama, karena yang pertama maksimal Rp 100 juta. KUR digunakan untuk beli bahan baku, bahan baku mahal banget, kaya wine itu satu karung bisa sampai Rp 10 juta," ujar Eko.

Menurut Eko, bantuan modal Rp 100 juta dari BRI sangat membantu benget usahanya hingga saat ini.

"Alhamdulillah terbantu kemarin COVID-19 saya manset atau makan aset, saya jatuh dan dirawat 1 bulan di ICU, habis modal, habis semua uang, alhamdullilah ada suntikan dana dari BRI," katanya.

Muhtar Koswara alias Mang Eko.Muhtar Koswara alias Mang Eko. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)

UMKM Binaan BRI Berprestasi

Belum lama menjadi UMKM binaan, Mang Eko sudah mengukir prestasi, salah satu menjadi peserta BRI Inkubator. "Gabung baru setahun di 2023, pertama kali saya ikutan Event BRI Inkubator alhamdulillah bisa juara 3," ujar Eko.

Eko dapat mengikuti kegiatan BRI Inkubator berkat Rumah BUMN Bandung yang senantiasa melakukan pendampingan para UMKM termasuk dirinya.

"Awalnya itu saya ikut pelatihan dari Disadagin, terus saya ikut Rumah BUMN dan daftar, terus dipilih ada 25, saya terpilih dan saya ikutan selama satu bulan," ucapnya.

Banyak manfaat dari pelatihan Rumah BUMN, Mang Eko menyebut, tanpa pelatihan di Rumah BUMN usaha miliknya tidak akan maju. "Oh bisnis tuh gini ya, selama ini kita tahunya kalau dagang ya dagang saja," sebutnya.

"Pelatihan banyak, tentang bisnis dari nol sampai final kita diajarkan membuat proposal bisnis dan cara mempersentasikan," tambahnya.

Muhtar Koswara alias Mang Eko.Produk kopi Cikopi Mang Eko. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)

Pemkot Bandung Minta UMKM Bisa Terus Beradaptasi

Pj Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono memastikan pihaknya terus mendukung UMKM di Kota Bandung bisa bersaing. Dia juga mengapresiasi UMKM Cikopi Mang Eko yang dapat memenuhi kebutuhan biji kopi puluhan kafe di Bandung.

Dalam hal ini, Bambang mengatakan para UMKM harus terus beradaptasi dengan setiap perubahan yang terjadi. "Apalagi dengan semakin pesatnya peningkatan globalisasi serta digitalisasi," kata Bambang kepada detikJabar.

"Goalsnya sebagai Indonesian Next Top Seller dan memberikan kontribusi positif terhadap ekonomi lokal," ucapnya.

Bambang menyebut, Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Bandung mendata terdapat 10.181 UMKM. Jumlah tersebut terdiri dari kuliner sebanyak 40,9 persen, jasa 10,1 persen, kerajinan tangan 6,7 persen, fesyen 16 persen dan lainnya 26,2 persen.

"Dari total tersebut, mampu menyerap 26.226 tenaga kerja, dengan omzet sekitar Rp 1,3 trilyun. Kita akan mendukung untuk kesuksesan setiap pelaku usaha, utamanya dengan keyakinan," ujarnya.

Upaya BRI Dukung UMKM

Infografis.Infografis. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)

Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan, selama enam tahun terakhir BRI Regional Office Bandung telah menyalurkan pinjaman KUR kepada 3,9 juta nasabah dengan total nominal penyaluran sebesar Rp102 triliun.

Pihaknya terus berupaya, untuk menjadikan UMKM naik kelas, seperti klaster usaha yaitu community approach dengan memberikan pembinaan literasi bisnis dan digital kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah.

"Saat ini BRI Regional Office Bandung sudah memiliki 867 klaster usaha binaan dan 200.591 UMKM naik kelas," ujar Sadmiadi.

Selain itu, melalui Sinergi Ultra Holding Mikro antara BRI, pegadaian dan PNM dibentuk Unit Kerja atau Uker, Senyum atau Sentra Layanan Ultra Mikro, saat ini terdapat 127 Uker Senyum di wilayah BRI Regional Office Bandung berperan aktif membina UMKM melalui Rumah BUMN untuk pengembangan UMKM Go Modern, Go Digital, Go Online dan Go Global.

"Juga pemberdayaan kepada UMKM dan masyarakat melalui CSR yang telah disalurkan sebesar Rp 33,4 miliar dari 2020 sampai dengan 2023," pungkasnya

(wip/orb)


Hide Ads