10 Situs Keramat di Cirebon, Jejak Intelijen Pajajaran dan Sunan Drajat

10 Situs Keramat di Cirebon, Jejak Intelijen Pajajaran dan Sunan Drajat

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Rabu, 20 Mar 2024 10:30 WIB
Makam dan petilasan keramat di Cirebon.
Makam dan petilasan keramat di Cirebon. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar
Cirebon -

Selain memiliki banyak masjid yang unik dan bersejarah. Cirebon juga memiliki banyak situs makam dan petilasan tokoh penting zaman dulu. Situs makam tersebut hingga hari ini masih sering diziarahi oleh para pengunjung yang berasal dari berbagai macam daerah.

Lebih jelasnya berikut 10 situs keramat, dari makam hingga petilasan yang menjadi tempat wisata religi di Cirebon.

Makam dan petilasan keramat di Cirebon.Makam dan petilasan keramat di Cirebon. Syekh Abdurrahman Al Usmani. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

1. Makam Syekh Abdurrahman Al Usmani

Syekh Abdurrahman Al Usmani merupakan sosok pendakwah yang berasal dari kerajaan Banten. Beliau datang ke Cirebon ketika kerajaan Cirebon dipimpin oleh Pangeran Muhammad Zainal Arifin atau Panembahan Ratu I. Keduanya sama-sama merupakan cicit dari Sunan Gunung Jati.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut pegiat sejarah dan naskah kuno dari komunitas Latar Wingking, Farihin, nama belakang Al Usmani tidak menunjukkan bahwa beliau berasal dari Timur Tengah atau dari kerajaan Utsmani. Tapi hanya sebagai nama samaran, karena beliau merupakan petugas telik sandi (intelijen) dari Banten yang kala itu sedang dilanda konflik.

Untuk masuk area makam, harus melewati lorong yang menjadi penghubung antara Masjid Merah Pasalakan dan makam Syekh Abdurrahman Al Usmani. Terlihat pintu makam berukuran kecil dengan ukuran emas. Di sekelilingnya terdapat banyak makam kecil, konon makam tersebut merupakan pengikut Syekh Abdurrahman Al Usmani.

ADVERTISEMENT

Letak makam Syekh Abdurrahman Al Usmani ada di Kelurahan Pasalakan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon.

2. Situs Petilasan Pangeran Pasarean

Di Kabupaten Cirebon, Ada situs makam Pangeran Pasarean yang merupakan anak Sunan Gunung Jati dari hasil pernikahanya dengan Nyi Mas Tepasari. Letaknya di tengah pemukiman warga, di bagian depan ada taman kanak-kanak dan di bagian belakangnya langsung menghadap ke aliran Sungai Cipager.

Pangeran Pasarean lahir pada tahun 1485. Selama hidup beliau diberikan tugas oleh Sunan Gunung Jati untuk menjaga perbatasan antara Kerajaan Cirebon dan Kerajaan Galuh. Menurut Dosen Sejarah IAIN Cirebon, Tendi, ditempatkanya Pangeran Pasarean tidak lain karena pada masa itu, sering terjadi perebutan wilayah antara kerajaan Galuh yang berafiliasi dengan kerajaan Pajajaran dan kerajaan Cirebon.

Diceritakan, Pangeran Pasarean datang ke Gunung Ciremai bersama dengan para pengawal dan sesepuh kerajaan, setelah melewati daerah Plangon dan Sumber, beliau melihat sebuah gundukan menyerupai gunung. Lalu, Pangeran Pasarean menggoreskan senjatanya dan gundukan gunung tersebut terbelah. Menjadi sebuah daerah yang sekarang bernama Kelurahan Gegunung.

Goresan senjatanya pun. Konon, menjadi aliran Sungai Cipager. Sekaligus tanda batas antara wilayah kerajaan Pajajaran dan kerajaan Cirebon. Berasal dari kata 'ci' yang berarti air dan 'pager' yang berarti batas. Tempat yang sekarang menjadi situs, dahulu pernah menjadi tempat bertemunya intelijen kerajaan Pajajaran dan kerajaan Cirebon.

Situs Pangeran Pasarean sendiri terbagi menjadi beberapa bagian. Di bagian depan, ada sebuah museum yang menjadi tempat penyimpanan benda pusaka peninggalan Pangeran Pasarean. Di sampingnya ada musala dan Pendopo Agung yang menjadi tempat pertemuan. Dan, di sebelah selatan terdapat pemakaman umum dan petilasan Pangeran Pasarean.

Situs Keramat Pangeran Pasarean letaknya di Jalan Pangeran Pasarean, Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.

Makam dan petilasan keramat di Cirebon.Makam dan petilasan keramat di Cirebon. Makam Syekh Birawa. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

3. Makam Syekh Birawa

Terletak di Kalitanjung Timur, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. Untuk masuk ke area makam harus menyebrangi sungai Suba terlebih dahulu. Tidak seperti makam tokoh pada umumnya, makam Syekh Birawa cukup sederhana. Hanya dikelilingi tembok bata kecil dan bebatuan tanpa adanya atap sebagai pelindung. Di sekelilingnya tampak, makam-makam kecil pengikut Syekh Birawa.

Menurut juru kunci makam, Ki Rebo. Makam Syekh Birawa, memang sengaja dibuat sederhana. Atas permintaan dari Syekh Birawa itu sendiri. Konon, pernah dibuatkan bangunan di atas makam Syekh Birawa, tapi tak lama kemudian bangunan tersebut roboh.

Berbeda dengan makam Syekh Birawa. Makam Pangeran Martakusuma yang merupakan menantu dari Syekh Birawa berada dalam sebuah bangunan bata merah dengan atap genteng.

Menurut Ki Rebo, Syekh Birawa merupakan adipati sekaligus keponakan dari Prabu Siliwangi. Kedatangan Syekh Birawa, tak lain adalah untuk mencari saudaranya Pangeran Walangsungsang. Dalam proses pencarian tersebut, Syekh Birawa berguru kepada Syekh Nurjati, lalu mendirikan padepokan di dekat Sungai Suba.

Asal usul nama Kalitanjung sendiri, berasal dari nama cucu Syekh Birawa. Yakni Nyi Mas Kalitanjung, yang merupakan anak dari Pangeran Martakusuma dan Nyi Mas Kemuning.

4. Makam Ki Buyut Megu

Letak makam Ki Buyut Megu berada di Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon. Untuk memasuki wilayah makam perlu melewati pintu kecil terlebih dahulu. Menurut pegiat sejarah dan naskah kuno dari komunitas Latar Wingking, Farihin, pintu kecil memiliki makna agar dijauhkan dari segala sifat sombong saat memasuki area makam.

Ki Buyut Megu atau dikenal juga Ki Buyut Atas Angin merupakan tokoh yang berasal dari kerajaan Pajajaran. Kedatangan Ki Buyut Megu ke Cirebon tak lain untuk menjemput anak dari Prabu Siliwangi yakni Pangeran Walangsungsang. Namun, setelah bertemu Ki Buyut Megu malah ikut jejak Pangeran Walangsungsang masuk Islam. Dan membangun padukuhan yang sekarang bernama Megu.

Selain Ki Buyut Megu, ada juga makam Istrinya, Nyi Buyut Megu dan bangsawan dari keraton Kasepuhan yang hidup di abad ke 18 bernama Pangeran Arya Natas Angin. Tak jauh dari makam terdapat sumur keramat yang konon pembuangan airnya ada di Kecomberan.

5. Situs Petilasan Pangeran Sukmajaya

Terletak di seberang jalan sebelum masuk ke dalam kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan Cirebon. Di bagian depan situs terlihat sebuah bangunan dari bata merah dengan dengan tiang penyanggah kayu di setiap sisinya. Juru Kunci Petilasan, Raden Utara menuturkan Pangeran Sukmajaya merupakan sosok yang berpengaruh dari keraton Kasepuhan.

Ia menceritakan, Pangeran Sukmajaya hidup sekitar abad ke 17 kala bangsa Belanda mulai masuk ke wilayah Kesultanan Cirebon. Melihat Belanda melakukan banyak kesewenang-wenangan, baik kepada penduduk pribumi maupun kepada keraton. Membuat Pangeran Sukmajaya gigih untuk terus melawan Belanda.

Kegigihan Pangeran Sukmajaya membuat Belanda kerepotan. Akhirnya mencari tahu tentang siapa sosok Pangeran Sukmanjaya yang konon, memiliki kesaktian tinggi dan bisa menghilang. Setelah mencari tahu, akhirnya terbongkar, ternyata Pangeran Sukmajaya merupakan kakak Sultan Sepuh Martawijaya dari Keraton Kasepuhan.

Belanda pun memerintahkan Sultan Sepuh untuk mencari tahu tentang keberadaan adiknya. Kala itu, Belanda mengancam, jika Sultan Sepuh tidak bisa menghentikan adiknya, maka Belanda akan menghancurkan Kesultanan Cirebon. Mendengar ancaman tersebut, Sultan Sepuh memanggil adiknya dan memintanya untuk segera berhenti melakukan perlawanan kepada Belanda.

Awalnya, Pangeran Sukmajaya menolak, namun mendengar ancaman Belanda yang akan menghancurkan Kesultanan Cirebon. Ia pun luluh untuk berhenti melakukan perlawanan. Meski sudah berhenti, Kakaknya, Sultan Sepuh meminta agar Belanda tidak menangkap Pangeran Sukmajaya dan membiarkan agar ia sendiri yang langsung mengurus adiknya.Permintaan inipun disepakati oleh Belanda.

Situs Petilasan Pangeran Angkawijaya berlokasi di Jalan Kalijaga, Kelurahan Pegambiran, Kota Cirebon. Letaknya di antara barisan gudang dan pertokoan Jalan Kalijaga. Meski letaknya tidak jauh dari pusat kota, Petilasan Angkawijaya kondisinya cukup memprihatinkan, banyak bagian bangunan yang sudah rusak dan keropos.

6. Makam Tiga Pangeran

Di Jalan Cucimanah, Kelurahan Jagasatru, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon. Terdapat 3 makam yang di keramatkan. Yakni, makam Pangeran Cucimanah, makam Pangeran Jagasatru, dan makam Pangeran Sapu Jagat.

Menurut Muhammad Yasin, Pengurus makam sekaligus adik dari juru kunci makam. Ketiga pangeran tersebut merupakan orang yang berpengaruh di masa lalu. Seperti Pangeran Jagasatru yang menjadi leluhur orang Jagasatru, Pangeran Sapu Jagat yang terkenal karena kesaktianya dalam memberantas kejahatan serta Pangeran Cucimanah sebagai pangeran yang menyucikan diri.

Masih di lokasi makam terdapat dua sumur keramat, yaitu sumur cucimanah dan sumur sapu jagat. Dipercaya oleh sebagian masyarakat kedua sumur memiliki khasiat.

Meski letaknya di tidak jauh dari kota, namun, kondisi makam, nampak cukup memprihatinkan. Beberapa sudut bagian bangunan tampak sudah retak dan terkelupas. Di bagian atap bahkan banyak yang jebol dan lapuk akibat dimakan usia.

Makam dan petilasan keramat di Cirebon.Makam dan petilasan keramat di Cirebon. Petilasan Ki Lobama. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

7. Makam Ki Lobama

Ki Lobama merupakan nama dari seorang pendakwah sebelum masa Sunan Gunung Jati. Diperkirakan beliau sudah menyebarkan Islam sejak abad ke 11. Kedatangan Ki Lobama ke Jawa atas perintah dari Sultanul Auliya Syekh Abdul Qodir Al Jailani.

Sebelum masuk makam, terdapat struktur bangunan mirip candi dengan 3 tingkatan. Dahulu bangunan tersebut merupakan masjid yang dibangun oleh Ki Lobama. Menurut pegiat sejarah dan naskah kuno Farihin, tinggi masjid yang sampai 3 tingkatan, menandakan dahulu, area bangunan dekat dengan area pantai. Untuk menghindari banjir, struktur bangunan dibuat dengan cukup tinggi.

Makam Ki Lobama terletak di bagian belakang bangunan mirip candi tersebut. Dilindungi oleh susunan bata tua dan pintu kayu berwarna coklat. Letaknya di Mundu Mesigit, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon.

Makam dan petilasan keramat di Cirebon.Makam dan petilasan keramat di Cirebon. Petilasan Sunan Drajat. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

8. Petilasan Sunan Drajat

Di Cirebon ada situs yang dipercaya sebagai tempat singgah kala Sunan Drajat datang ke Cirebon. Situs tersebut letaknya di tengah pemakaman umum dengan bangunan berwarna merah. Sebelum pintu masuk terdapat sumur yang berusia ratusan tahun. Konon, sumur tersebut muncul saat Sunan Drajat menancapkan tongkatnya ke tanah.

Juru kunci makam Sunan Drajat, Zaid Riyadi menuturkan, air yang terdapat dalam sumur tidak pernah kering, meski ketika musim kemarau. Dulu, banyak peziarah yang datang untuk mandi dan mengambil air sumur tersebut. Menurutnya, di petilasan ada 3 makam yang dikeramatkan. Yakni, makam Pangeran Drajat, Nyi Mas Agung Pancuran dan Pangeran Sifat Luhung.


Sebelum COVID-19 ada banyak tradisi yang dilakukan di petilasan Sunan Drajat seperti, rebo wekasan, kirab dan mandi di sungai. Letaknya di Jalan Pangeran Drajat, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon.

9. Makam Pangeran Sedang Ing Lautan

Pangeran Sedang Ing Lautan merupakan nama lain dari Pangeran Brata Kelana, anak dari Sunan Gunung Jati hasil pernikahanya dengan Syarifah Baghdad. Dikisahkan, Pangeran Brata Kelana menikah dengan Nyi Mas Ratu Nyawa anak Sultan Fatah dari kerajaan Demak. Dengan mas kawin mati sabil atau mati di jalan Allah.

Selang dua tahun, Pangeran Brata Kelana ingin pulang ke Cirebon. Meski istri dan mertuanya mengalami firasat buruk. Pangeran Brata Kelana tetap pergi ke Cirebon. Sesampainya di lautan Gebang, Pangeran Brata Kelana bertemu para perompak, karena kalah jumlah dan ingat akan janji mati di jalan Allah. Pangeran Brata Kelana pun gugur di dalam pertempuran.

Oleh para perompak, jasadnya dihanyutkan ke lautan. Lalu, jenazah tersebut terdampar di Pesisir Mundu dan ditemukan oleh Ki Gede Mundu, atas restu dari ayahnya, Sunan Gunung Jati. Pangeran Brata Kelana, dimakamkan di tempat yang sekarang dikenal dengan situs Pangeran Sedang Ing Lautan.

Sebelum masuk, harus melewati susunan bata berbentuk segitiga dan pintu yang terbuat dari kayu, di sekitar makam banyak terdapat tumbuhan dan makam kuno lain. Letaknya di Mundu Mesigit, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Dimakamkan pula, Ki Gede Mundu yang merupakan santri dari Syekh Nurjati.

Makam dan petilasan keramat di Cirebon.Makam dan petilasan keramat di Cirebon. Astana Gunung Sembung. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

10. Astana Gunung Sembung

Merupakan kompleks makam yang banyak diziarahi oleh para pengunjung. Setiap hari ada ratusan orang dari berbagai daerah datang ke Gunung Sembung. Disana dimakamkan salah satu wali sanga, yakni Sunan Gunung Jati. Sebelum masuk makam terdapat alun-alun. Tak jauh dari alun-alun terdapat Mande Mangun dan Mande Tepasan.

Di setiap dinding bangunan makam dihiasi oleh banyak keramik khas Tiongkok. Keramik tersebut merupakan peninggalan dari Putri Ong Tien, istri Sunan Gunung Jati yang berasal dari Tiongkok. Ada 9 pintu di Astana Gunung Sembung. Dan makam Sunan Gunung Jati ada di pintu ke 9. Namun pengunjung hanya boleh masuk sampai pintu ke tiga atau pintu Pasujudan.

Selain Sunan Gunung Jati, terdapat pula makam tokoh lain seperti Pangeran Cakrabuana, Pangeran Pasarean, Putri Ong Tien, Fatahillah, Syarifah Mudaim, Nyi Gedeng Sembung, Nyi Mas Tepasari, Pangeran Jayakelana, Dipati Cirebon dan masih banyak lagi.

Lokasinya di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Untuk masuk ke setiap situs diharapkan pengunjung untuk menjaga adab dan sopan santun.

Itulah 10 rekomendasi situs makam dan petilasan tempat wisata religi yang ada di Cirebon. Semoga bermanfaat.

(sud/sud)


Hide Ads