Kisah Pangeran Brata Kelana dan Pertempuran Melawan Perompak

Kisah Pangeran Brata Kelana dan Pertempuran Melawan Perompak

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Senin, 11 Mar 2024 07:30 WIB
Situs Pangeran Brata Kelana
Situs Pangeran Brata Kelana (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)
Cirebon -

Pengeran Brata Kelana merupakan putra mahkota Kerajaan Cirebon. Dia gugur dalam pertempuran melawan perompak di laut.

Anak dari Sunan Gunung Jati dan istrinya Nyi Mas Rara Kafi atau Syarifah Baghdad ini punya kisah perjuangan di masa lampau. Terlebih saat dia berjuang melawan perompak di laut. Hingga akhirnya, dia dijuluki Pangeran Sedang Laut.

Kisah pertempuran itu bermula pada tahun 1511. Dari informasi sejarah, saat itu, Pangeran Brata Kelana yang dinikahkan dengan Nyi Mas Ratu Nyawa putri dari Sultan Fatah Kerajaan Demak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Brata Kelana pun tinggal di Kerajaan Demak dan diberi kekuasaan sebagai raja muda di Kabupaten Tuban. Dua tahun tinggal di Kerajaan Demak, Brata Kelana pun berencana pulang ke Cirebon.

Namun rencananya itu dicegah oleh mertua dan istrinya. Sebab saat itu kondisi jalur sedang tidak aman. Nyi Mas Ratu Nyawa juga memiliki firasat buruk lantaran mas kawin yang pernah diucapkan oleh Pangeran Brata Kelana.

ADVERTISEMENT

Ya, saat menikahi Nyi Mas Ratu Nyawa, Brata Kelana menggunakan mas kawin,yaitu mati sabil atau mati berperang di jalan Allah.

Namun, tekad Brata Kelana untuk pulang ke Cirebon begitu kuat. Dia tetap pergi ke Cirebon menggunakan kapal didampingi oleh dua pengawal.

Saat kapal tiba di perairan Cirebon tepatnya di lautan Gebang, kapal Brata Kelana dicegat rombongan perompak. Pertempuran pun terjadi antara Brata Kelana dan kawanan perompak.

Situs Pangeran Brata KelanaSitus Pangeran Brata Kelana Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Karena jumlah yang tidak sebanding, Pangeran Brata Kelana kalah dalam pertempuran. Konon, Pangeran Brata Kelana sebenarnya tidak kalah, namun ia ingat janji mas kawin dia yang pernah diucapkan yakni, mati syahid di jalan Allah. Ingat akan mas kawinnya, Pangeran Brata Kelana pasrah kepada Allah dan gugur sebagai mati syahid.

Setelah meninggal, jenazah Pangeran Brata Kelana dihanyutkan ke lautan. Lalu, jenazah tersebut terdampar di Pesisir Mundu dan ditemukan oleh Ki Gede Mundu, atas restu dari ayahnya Sunan Gunung Jati.

Menurut pegiat sejarah dan naskah kuno dari komunitas Latar Wingking, Farihin, pasca mengetahui tewasnya Pangeran Brata Kelana oleh perampok. Sunan Gunung Jati marah dan langsung memerintahkan kepada Ki Ageng Bungko Adipati Sarwajala untuk mengerahkan pasukan.

"Kira-kira ada sekitar 700 orang pasukan yang dikerahkan untuk meluluhlantakan para perompak bajak laut. Di kejar lalu dibakar kapalnya dan hangus," tutur Farihin belum lama ini.

Pangeran Brata Kelana dimakamkan oleh Ki Gede Mundu di tempat yang sekarang menjadi situs Pangeran Sedang Lautan. Lokasinya berada di Desa Mundu Masigit, Kabupaten Cirebon.

Tidak hanya Pangeran Brata Kelana yang dimakamkan di situs Pangeran Sendang Laut, tapi juga ibunya Nyi Mas Rara Kafi atau Syarifah Baghdad yang merupakan adik dari Pangeran Panjunan.

Sebelum masuk makam terdapat tiga reruntuhan tembok kuno berbentuk segitiga serta teras tempat orang berziarah serta beberapa tumbuhan. Di pintu masuknya berwarna coklat dengan bahan dasar kayu yang dikelilingi oleh tembok dengan gapura kembar. Masuk kedalam tampak barisan tembok merah dan dua pintu kecil yang selalu terkunci.

Terdapat pula, makam dari Ki Gede Mundu yang mengurus jenazah dari Pangeran Brata Kelana yang wafat sekitar tahun 1513. Menurut Farihin Ki Gede Mundu atau Syekh Mudorim merupakan sosok penyebar agama Islam yang datang bersama Syekh Nurjati pada tahun 1420.

Situs Pangeran Brata KelanaSitus Pangeran Brata Kelana Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

"Syekh Nurjati datang kesini bersama dengan 12 orang santri-santrinya, seperti Syekh Mudorim yang kelak disebut dengan Ki Gede Mundu, ada Syekh Abdullah yang di Buntet, ada Pangeran Karang Kendal sebelum Buntet, kemudian Syeikh Arifin atau Ki Serfin di Mertapada Wetan, kemudian ada Nyimas Quraisyin dan beberapa tokoh lain yang jumlahnya 12 orang, disebar di beberapa wilayah," kata Farihin.

Lokasi Situs Pasarean Pangeran Brata Kelana dan Ki Gede Mundu terletak berdekatan dengan makam Ki Lobama di Desa Mundu Mesigit, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Untuk rutenya dari Terminal Harjamukti langsung menuju Jalan Ahmad Yani melewati Jalan Raya Kalijaga atau Pantura lalu belok kanan ke Gang K.R Tanjung, setelah itu belok kanan, letaknya tepat di samping area persawahan.




(dir/dir)


Hide Ads