Sinar matahari menyapa sebagian wilayah Kabupaten Majalengka. Cerahnya cuaca pada Minggu (10/3/2024) siang ini, seperti suasana hati gembira para petani saat melihat padi-padinya telah menguning.
Senyum merekah petani itu seperti yang terpancar dari seorang warga Sindngakasih, Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten Majalengka, Keno (56). Dia bahagia karena sebentar lagi padinya siap dipanen.
"Iya alhamdulilah sebentar lagi siap dipanen. Itu tuh awal ditanamnya sekitar bulan November, perkiraan tanggal 20 (Maret 2024) bisa dipanen," kata Keno saat berbincang dengan detikJabar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keno sendiri memiliki lahan kurang lebih sekitar 840 meter persegi. Sekali panen, dia bisa menghasilkan gabah sekitar 10 sampai 12 karung. "Nggak nentu gimana kualitas panennya, kadang dapat 10 karung, kadang dapat 12 karung. Itu teh kapasitas per karungnya yang 50 kilogram," ujar dia.
Majalengka memang sejatinya telah memasuki panen raya padi. Dengan kondisi tersebut ia berharap tidak memengaruhi harga gabah.
"Harapannya harga gabah stabil, jangan turun. Kemarin mah saya jual tuh 1 kuintal Rp 500 ribu. Sekarang mah penginnya Rp 800 (ribu) per kuintal. Paling mentok penjualan jangan kurang dari Rp 600 (ribu) per kuintal," ucap dia.
Permasalahan petani tak hanya tentang stabilitas harga gabah, namun pupuk juga menjadi kendala bagi petani. "Pupuk susah. Selain susah mahal lagi. Ya harapan mah pemerintah ngasih bantuan dan solusi," ujar Keno.
Sementara itu, Pj Bupati Majalengka Dedi Supandi berharap panen raya ini dapat berkontribusi menekan angka inflasi di Majalengka. Seperti yang diketahui, Majalengka sendiri resmi didaulat menjadi kota Indeks Harga Konsumen (IHK) mulai tahun ini.
"Mudah-mudahan sampai dengan akhir tahun, target gabah kering di Majalengka terpenuhi sehingga tingkat inflasi ini akan turun," ujar Dedi.
Majalengka sejatinya terkendala dampak dari cuaca ekstrem dan El Nino yang terjadi hampir seluruh wilayah. Akibatnya, petani mengubah pola tanam yang menjadi terlambat dan juga bisa menimbulkan hama sehingga mempengaruhi perolehan padi.
"Untuk total hari ini di Majalengka, kita evaluasi ada 567.081 ton produksi padi gabah kering dengan nanti menghasilkan beras kurang lebih di sekitar 451.000 ton. Dan hari ini di bulan Maret terevaluasi sudah kurang lebih di 20.100 ton," ujarnya.
Dedi menyampaikan, beberapa petani di Majalengka pun sebenarnya terancam gagal panen. Mengingat terdapat 647,88 hektare sawah, terendam banjir akibat jebolnya tanggul sungai Cipelang pada 11 Februari lalu. Adapun umur tanaman padi sendiri rata-rata 45 hari.
Pascakejadian itu, pihaknya mengupayakan pemberian bibit tanaman gratis untuk petani. Sebagai solusi mengejar ketertinggalan pola tanam juga, Dedi sudah menginstruksikan penyuluh pertanian di Majalengka agar memberikan bibit unggul.
"Termasuk juga pola-pola yang dilakukan ada bantuan untuk daerah kekeringan, seperti mesin penyedot dan ada beberapa alat pertanian lagi yang akan kita drop," ucap dia.
Menurut Dedi, hal tersebut penting dilakukan mengingat banyak daerah lain yang tergantung dari gabah giling maupun beras asal Majalengka. Untuk hasil gabah kering dari Majalengka ini di antaranya dijual ke kabupaten Sumedang dan Cirebon.
"Termasuk berasnya ada yang dibawa ke Pasar Induk Cipinang Jakarta dan Bandung," kata Dedi.
Selain memuluskan hasil panen padi di tingkat petani, Pemda Majalengka pun telah melakukan beberapa upaya dalam menyikapi inflasi seperti menggelar Gerakan Pasar Murah (GPM) di beberapa titik kecamatan. Bahkan Dedi Supandi melakukan pemantauan secara langsung ke sejumlah Pasar di Majalengka.
"Kemarin saya cek harga beras saja ada penurunan di harga 500 rupiah Termasuk juga harga padi siap giling. Saya ingin menyampaikan salam buat petani, mudah mudahan panen hari ini menjadi bagian baik untuk kesejahteraan para petani juga," pungkasnya.
Sementara itu, sebagian wilayah di Majalengka saat sudah memulai memanen padi. Wilayah yang sudah panen itu, diantaranya Kecamatan Leuwimunding dan Rajagaluh.
(sud/sud)