Semringah Petani Indramayu Nikmati Harga Gabah Tinggi

Semringah Petani Indramayu Nikmati Harga Gabah Tinggi

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Rabu, 06 Mar 2024 04:30 WIB
Petani di Indramayu menimbang hasil panen
Petani di Indramayu menimbang hasil panen (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Indramayu -

Sebagian persawahan di Kabupaten Indramayu mulai dilakukan panen raya. Selain hasilnya yang cukup bagus, harga gabah yang tinggi membuat para petani semringah.

Seperti di persawahan Desa Babadan, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu. Petani terlihat mulai memanen padi yang sudah menguning.

Kadim (52) misalnya, ia mengaku petak sawah seluas 400 bata yang disewanya kini menuai hasil. Apalagi, panen di musim ini, Kadim mengaku hasil panen lebih baik dibandingkan musim panen tahun sebelumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hasil panen yang seratus bata bisa sampai 10 kuintal atau yang satu hektare itu bisa dapat 7 ton. Yang biasanya cuma 5 ton," kata Kadim saat mengawasi proses panen, Selasa (5/4/2024).

Panen raya di desa ini tergolong lebih awal. Karena, para petani mayoritas mulai menggarap lahan sejak November 2023 lalu.

ADVERTISEMENT

Selain hasilnya yang cukup, Kadim juga mengaku lebih bersyukur karena harga gabah saat ini masih tinggi. Setiap satu kilogram gabah kering panen (GKP), petani menjual dengan harga Rp8 ribu.

Namun, untuk harga gabah kering giling di tingkat petani masih cukup tinggi yakni sekitar Rp9.500 per kilogram. Sedangkan, sebelumnya harga gabah kering sempat tembus di angka Rp1 juta lebih untuk satu ton gabah.

"Ya kalau petani sih pengennya (harga gabah) naik lagi," ungkapnya.

Tingginya biaya operasional pengolahan lahan menjadi satu alasan bagi petani saat mengharapkan harga gabah tinggi. Belum termasuk biaya untuk mencegah adanya potensi banjir hingga serangan hama hingga bayar sewa lahan.

"Hama tikus mending tapi banyak hama burung pas berbuah," katanya.

Sementara, Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang menyebut puncak kenaikan harga gabah kering giling (GKG) terjadi pada bulan Januari dan Februari kemarin. Apalagi saat itu belum ramai panen raya di sejumlah daerah.

"Tertinggi itu bulan Februari hampir mencapai Rp1 juta lebih," kata Sutatang kepada detikJabar.

Petani IndramayuPetani Indramayu Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar

Kenaikan harga gabah yang melampaui seratus persen dari harga pembelian pemerintah kali ini termasuk sejarah baru. Fenomena yang sangat dinantikan para petani itu disebabkan sejumlah faktor. Mulai pengaruh cuaca (El-Nino) hingga adanya sejumlah perbaikan saluran irigasi.

"Satu faktor El-Nino berkepanjangan sehingga jadwal tanam juga mundur sekarang sehingga beberapa wilayah kaya terisi belum bisa panen. Kalau di Indramayu memang untuk waduk Jatigede tuh itu juga ada tahap pembangunan irigasinya itu juga imbasnya ke petani juga jadi cukup menghambat juga," jelasnya.

Kondisi itu dinilai sedikit meringankan para petani terutama di Kabupaten Indramayu. Sebab, 60 persen petani Indramayu mengandalkan lahan atau sawah sewa. Apalagi, biaya operasional pengolahan sawah tergolong cukup tinggi.

"Tapi saya setuju dengan harga tinggi karena biasa produksi kan tinggi juga," katanya.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads