Cerita Keluarga Yanto yang Turun Temurun Membuat Keris

Serba-serbi Warga

Cerita Keluarga Yanto yang Turun Temurun Membuat Keris

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Minggu, 03 Mar 2024 20:30 WIB
Keris yang dijajakan Yanto
Keris yang dijajakan Yanto (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)
Cirebon -

Sudah 23 tahun Yanto Putra Sumekar berjualan keris. Pria asal Sumenep Madura ini sudah mulai berjualan keris sejak tahun 2000. Menurutnya, berjualan keris sudah menjadi tradisi turun temurun di keluarganya. Tak hanya menjual keris ia juga pandai dalam membuat keris. Ilmu dalam membuat keris sudah ia pelajari sejak duduk di bangku SMP.

"Dari SMP, Ilmunya dapat dari dari kakek yang jadi empu, emang udah warisan turun temurun," tutur Yanto, Sabtu (2/3/2024).

Menurut Yanto, waktu yang dibutuhkan dalam membuat keris berbeda-beda tergantung tingkat kesulitan. "Ada yang satu hari dua hari, ada yang dua bulan baru selesai. Tergantung empu pembuat keris dan kesulitan dalam membuat penadah apalagi jika penadahnya terbuat dari emas," kata Yanto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menuturkan, dahulu para empu pembuat keris, tidak sembarangan dalam membuat keris. Harus menyesuaikan terlebih dengan karakter orang yang akan menggunakan keris.

Keris yang dijajakan YantoKeris yang dijajakan Yanto Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Ia mencontohkan jika dipakai untuk orang yang profesinya petani dibuatnya keris khusus petani namanya sobruh, kalau untuk pegawai atau pejabat biasanya dibuat keris jungjung drajat. Seperti namanya keris jungjung drajat diharapkan dapat mengangkat derajat pemiliknya.

ADVERTISEMENT

"Sudah dari dulu zaman raja-raja orang menggunakan keris untuk meningkatkan derajat. Sekarang pun masih buat orang yang mau jadi lurah, bupati atau caleg," tutur Yanto.

Apalagi jika keris tersebut memiliki cerita yang melekat. Menurutnya keris yang memiliki cerita atau bertuah tidak dipasarkan secara luas. Hanya disimpan untuk kebutuhan pribadi.

"Keris-keris pusaka atau bertuah biasanya disimpan di rumah. Gunanya misal, ketika ada yang mau mencuri, jadi tidak jadi mencuri," tutur Yanto.

Meski keris dipercaya dapat mempermudah urusan. Tapi Yanto menegaskan bahwa apapun tujuanya tetap mintanya kepada Allah SWT. Agar dijauhkan dari hal yang bersifat musyrik.

"Jangan dibilang menduakan Allah, ibaratnya orang mau ke pulau kan harus pakai perahu. Dalam artian keris hanya sarana, mintanya tetap ke Allah SWT," tegas Yanto.

Menurut Yanto, walaupun dalam berjualan keris kadang merugi, tapi berjualan keris masih merupakan bisnis yang menjanjikan. Karena tidak hanya sebagai aksesoris pelengkap, berjualan keris juga dapat dijadikan sebagai sarana investasi. "Keris itu semakin lama bukan semakin murah tapi semakin mahal. Di luar sama banyak kok pasar jual beli keris," kata Yanto.

Harga keris yang dijual Yanto sendiri cukup bervariasi dari mulai harga Rp 250.000 sampai Rp 25.000.000. Namun ia juga pernah menjual keris seharga 250 juta rupiah yang berasal dari salah satu keraton yang ada di Jawa. Menurut Yanto, keris yang paling mahal biasanya dilapisi oleh emas. Selain keris, ia juga menjual beberapa benda lain seperti hedel atau pegangan keris, cacing kenil dan landian tempat menaruh tombak.

Lewat acara pameran keris dan tosan di Keraton Kacirebonan, Yanto berharap banyak penjual keris pulang dengan membawa rezeki. "Mudah-mudahan lewat acara ini kerisnya pada laku dan pulang membawa rezeki," pungkas Yanto

(yum/yum)


Hide Ads