Pilu Abu Bakar di Cirebon, Tidur di Atas Genangan Air dari Atap Bocor

Pilu Abu Bakar di Cirebon, Tidur di Atas Genangan Air dari Atap Bocor

Dev - detikJabar
Jumat, 02 Feb 2024 07:00 WIB
Kondisi rumah milik Abu Bakar di Cirebon
Kondisi rumah milik Abu Bakar di Cirebon (Foto: Devteo Mahardika/detikJabar)
Cirebon -

Tingkat kemiskinan ekstrem masih dapat ditemukan di wilayah Kabupaten Cirebon, seperti yang dialami oleh Abu Bakar (58) yang sudah puluhan tahun harus hidup di rumah beralaskan tanah dengan atap yang nyaris ambruk.

Warga Desa Panembahan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon ini hanya bergantung pada barang rongsok yang ia kumpulkan setiap hari.

Ayah dari 3 orang anak ini menyampaikan, untuk pendapatan setiap hari tidak menentu. Tergantung dari hasil barang rongsok yang ia cari menggunakan sepeda tua miliknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setiap hari saya cuma cari plastik bekas (rongsok). Tahu sendiri kalau cari barang rongsok kan gak nentu," ucap dia saat ditemui detikJabar, Kamis (1/2/2024).

Ia menceritakan, dalam waktu dua hari hanya bisa mengumpulkan rongsok plastik bekas yang dicarinya sebanyak 9-10 kilogram. Sedangkan untuk harga rongsok, ia menjelaskan, satu kilogram rongsok plastik bekas hanya dihargai Rp 1.300.

ADVERTISEMENT

"Ya segitu pendapatan saya, boro-boro bisa buat beresin rumah buat makan aja susah," kata dia.

Dengan kondisi seperti itu, ia mengaku ketiga anaknya tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Dimana ketiga anaknya hanya mampu lulus di tingkat sekolah dasar.

Karena dua anak lainnya sudah berumah tangga, sehingga saat ini dia bersama satu anak lainnya tinggal di rumah yang nyaris ambruk tersebut. Sebelumnya pada tahun 2018 yang lalu sang istri pun sudah mendahuluinya meninggalkan dunia.

"Anak saya kan tiga, yang dua udah nikah mereka juga susah, terus yang satunya lagi masih ikut sama saya. Istri saya juga udah meninggal 6 tahun yang lalu," bebernya.

Rumah berukuran 6x5 meter persegi yang saat ini ditinggalinya tidak memiliki kamar mandi dan toilet. Sehingga setiap hari ia bersama anaknya harus ke sungai untuk mandi atau sekedar buang air yang jaraknya sekitar 100 meter dari rumahnya.

"Ya dari tahun 1992 saya kalau mandi di sungai, buang air juga ke sungai. Soalnya saya gak punya kamar mandi," ujarnya.

Pada tahun 2006 yang lalu, ia sempat mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat untuk perbaikan rumah seadanya.

"Dulu tahun 2006 saya dapet bantuan, cuma buat tembok aja. Sebelumnya sih rumah saya cuma pake bambu aja," ungkapnya.

Dengan kondisi cuaca hujan seperti ini, ia tidak memungkiri jika rumah yang ditinggalinya mengalami kebocoran yang cukup parah. Sehingga air hujan pun membanjiri hampir sebagian rumahnya.

"Kalau hujan nih, yaudah saya kalau mau tidur juga bareng sama genangan airnya. Kadang-kadang saya juga harus tidur sambil duduk soalnya kan banjir di dalem rumahnya," ungkapnya.

Lebih mengenaskan lagi, ia juga mengaku selama bertahun-tahun tidak pernah mendapatkan bantuan sosial (bansos) dari pemerintah.

"Kalau boleh jujur udah bertahun-tahun saya juga gak pernah dapet bansos," paparnya.

Dengan kondisi ini, ia bersama satu orang anaknya tidak memungkiri harus seringkali puasa karena tidak memiliki uang hanya sekedar untuk membeli makanan.

"Anak saya juga kan bantuin saya ngerongsok, jadi kalau gak dapet uang ya sering puasa," ucapnya.

Sementara itu, Bupati Cirebon Imron Rosyadi saat dikonfirmasi menyampaikan, pihaknya bersama sejumlah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) akan segera melakukan upaya untuk menanggulangi kemiskinan ekstrem yang masih dapat dijumpai di wilayah Kabupaten Cirebon.

"Saya udah mendengar kabar itu, saya juga sudah perintahkan langsung ke SKPD terkait buat segera bantu untuk perbaikan rumah dan pemberian bansos," ucapnya.

Ia menjelaskan, tingkat kemiskinan di Kabupaten Cirebon dari tahun ke tahun sudah mulai tertangani. Tingkat kemiskinan terjadi penurunan dari 2,27 di tahun 2022 menjadi 1,98 pada tahun 2023.

"Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Cirebon terjadi penurunan dari 0,59 di tahun 2022 menjadi 0,53 pada tahun 2023," pungkasnya.

Melansir data yang dirilis oleh Badan Pusat Statisik (BPS) Kabupaten Cirebon, jumlah penduduk miskin mulai dari tahun 2021-2023 mengalami penurunan.

Pada tahun 2021 jumlah penduduk miskin berjumlah 271,02 ribu jiwa, tahun 2022 berjumlah 266,10 ribu jiwa dan pada tahun 2023 berjumlah 249,18 ribu jiwa.

(yum/yum)


Hide Ads