Menara air yang berada di kantor Perumda Air Minum Tirta Giri Nata salah satu bangunan paling ikonik di Kota Cirebon, Jabar. Menara air PDAM itu bertuliskan ucapan selamat datang, dan selamat jalan. Menara tersebut rupanya memiliki sejarah panjang di Cirebon.
Lokasi menara air Perumda Air Minum Tirta Giri Nata itu berada di Jalan Tuparev. Tepat berada di perbatasan antara Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon. Tingginya sekitar 28 meter yang ditopang dengan delapan pilar di bawahnya membuat menara air ini mudah terlihat dari kejauhan. Konon, pada masa kejayaanya menara air ini menjadi menara tertinggi yang ada di Asia Tenggara.
Menara yang terkenal sebagai ikon penampungan air milik Perumda Air Minum Tirta Giri Nata ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Menara tersebut digunakan sebagai penampungan air untuk mendistribusikan kebutuhan air yang ada di Kota Cirebon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Dosen Sejarah IAIN Syekh Nurjati Cirebon Tendi mengatakan menara air yang ada di jalan Tuparev didirikan sejak zaman kolonial.
"Jika ditelisik lebih jauh menara air PDAM yang ada di Tuparev sudah ada sejak era kolonial sekitar tahun 1800-an, awalnya hanya sebuah menara kecil namun karena kebutuhan air di Cirebon yang meningkat akhirnya menara tersebut diperluas," tutur Tendi Rabu (20/12/2023).
Seiring berjalannya waktu tepatnya di akhir abad ke-19, kebutuhan air meningkat di Kota Cirebon. Tetapi, pembangunan menara yang lebih besar tidak kunjung direalisasikan. Pembangunan menara yang lebih besar baru terwujud sekitar tahun 19-an itu pun membutuhkan waktu penelitian yang sangat lama untuk mencari sumber mata air.
Menara air Kota Cirebon. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar |
"Awalnya mau mengambil air dari Linggarjati, tetapi air di Linggarjati (Kabupaten Kuningan) mudah terkontaminasi ketika dialirkan dengan jarak yang cukup jauh. Akhirnya para ahli Belanda memutuskan untuk mengambil air yang ada di Cipaniis (Kabupaten Kuningan)," tutur Tendi.
Menurut Tendi ada beberapa alasan kenapa pemerintah kolonial mengambil air dari Cipaniis, salah satunya adalah alasan kesehatan dan jalur yang cukup sulit. "Mungkin pembangunan pipanya nanti sulit apalagi di daerah Beber airnya cukup susah, sehingga dipilihlah dari Cipaniis," tutur Tendi.
Selain peran dari orang-orang Belanda. Menara PDAM Tuparev juga dibangun oleh orang-orang pribumi. Tepatnya pascakemerdekaan ketika Kota Cirebon dipimpin oleh wali kota yang berasal dari kalangan Partai Komunis Indonesia atau PKI.
"Dulu kan partai PKI sebelum tahun 1965, PKI itu partai mayoritas dan kebetulan pada saat itu PKI berhasil menjadikan kadernya menjadi wali kota," kata Tendi.
Tendi menceritakan pada waktu itu Wali Kota Cirebon RSA Prabowo dari kalangan PKI mengambangkan menara air itu agar lebih besar. Sebab, kebutuhan air di Kota Cirebon meningkat. Hingga akhirnya menara PDAM tersebut menjadi pernah menjadi menara air tertinggi di Asia Tenggara.
"Karena jasa dari Wali Kota Prabowo menara air tersebut konon menjadi menara yang tertinggi yang ada di Asia Tenggara," kata Tendi.
"Pada masa itu untuk tingkat Asia Tenggara memang belum ada menara air yang tinggi melebihi yang ada di Cirebon," tambah Tendi.
Sampai hari ini Menara air PDAM yang ada di jalan Tuparev masih dijadikan sebagai tempat penampungan air. Dengan kemampuan mengairi debit air hingga 900 liter per detik. Tepat di bawah menara yang berwarna kuning tersebut terdapat kantor pusat PDAM Tirta Giri Nata kota Cirebon.
(sud/sud)












































