Kisah Baridin dan Ratminah, Legenda Percintaan yang Berujung Tragis

d'Comic

Kisah Baridin dan Ratminah, Legenda Percintaan yang Berujung Tragis

Ony Syahroni - detikJabar
Jumat, 08 Des 2023 08:00 WIB
Kisah Baridin dan Ratminah, ilustrasi gambar ini memanfaatkan bantuan alat sumber terbuka AI bernama AI Comic Factory
Kisah Baridin dan Ratminah, ilustrasi gambar ini memanfaatkan bantuan alat sumber terbuka AI bernama AI Comic Factory. (Foto: Ony Syahroni/detikJabar)
Cirebon -

Setiap daerah memiliki sebuah legenda yang mengisahkan tentang berbagai macam hal. Tidak terkecuali di Cirebon. Di daerah berjuluk 'Kota Udang' ini, ada sebuah cerita rakyat tentang kisah percintaan yang berujung tragis.

Dua tokoh dalam cerita ini adalah seorang pria bernama Baridin dan seorang wanita bernama Suratminah atau Ratminah. Hingga kini, cerita Baridin-Ratminah masih melegenda di tengah masyarakat Cirebon.

Dikutip dari laman resmi Pemkot Cirebon, dalam cerita ini, dikisahkan Baridin merupakan pria yang lahir dari keluarga miskin. Ia hanya tinggal bersama ibunya bernama Mbok Wangsih. Baridin tinggal berdua dengan ibunya setelah sang ayah meninggal dunia. Baridin pun menjadi tulang punggung untuk menghidupi ibunya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Singkat cerita, Baridin yang saat itu belum menikah kemudian jatuh hati kepada seorang gadis. Gadis itu bernama Ratminah. Wanita itu merupakan anak dari seorang kaya raya bernama Bapak Dam.

Baridin yang sedang dimabuk asrama kemudian meminta ibunya untuk melamar gadis pujaannya. Namun saat itu ibu Baridin, yakni Mbok Wangsih menolak karena ia berfikir mana mungkin orang kaya raya mau menerima lamarannya.

ADVERTISEMENT

Baridin yang sudah jatuh hati kepada Ratminah terus menerus memaksa ibunya untuk melamarkan Ratminah. Baridin bahkan mengancam akan bunuh diri jika keinginannya tidak dituruti.

Mbok Wangsih yang tidak ingin kehilangan anak satu-satunya akhirnya menuruti permintaan Baridin. Dengan berat hati, Mbok Wangsih kemudian pergi ke rumah Ratminah dan menemui keluarganya.

Setibanya di kediaman Ratminah, Mbok Wangsih kemudian menyampaikan maksud dan tujuannya. Namun saat itu, hal tidak mengenakan justru yang didapat oleh Mbok Wangsih. Ia dihina dan dicaci oleh Ratminah bersama dengan ayahnya, Bapak Dam.

Tidak sampai di situ, Mbok Wangsih juga diusir oleh Ratminah dan keluarganya. Mbok Wangsih pun kemudian pulang ke rumah dengan membawa perasaan rasa sakit hati yang mendalam.

Kisah Baridin dan Ratminah, ilustrasi gambar ini memanfaatkan bantuan alat sumber terbuka AI bernama AI Comic FactoryKisah Baridin dan Ratminah, ilustrasi gambar ini memanfaatkan bantuan alat sumber terbuka AI bernama AI Comic Factory Foto: Ony Syahroni/detikJabar

Baridin yang mendengar kabar jika ibunya telah dihina oleh Ratminah dan Bapak Dam langsung marah besar. Atas hal itu, Baridin pun seolah langsung kehilangan akal sehatnya.

Di satu sisi, ia merasa tidak terima setelah ibunya dihina. Tapi di sisi lain, Baridin masih menaruh hati kepada gadis pujaan hatinya, yakni Ratminah.

Situasi ini pun membuat Baridin terdorong untuk mengambil jalur pintas. Ia melakukan ritual untuk mendapatkan hati Ratminah. Baridin menggunakan ajian bernama Kemat Jaran Goyang untuk memikat hati Suratminah.

Dalam menjalankan kemat ini, Baridin berpuasa selama 40 hari 40 malam. Puasa itu ia niatkan untuk membuat Suratminah bisa tergila-gila ke padanya.

Akibat terkena kemat tersebut, Ratminah yang awalnya menolak bahkan menghina Baridin dan keluarganya pun langsung berubah sikap. Ratminah jatuh hati bahkan sampai tergila-gila kepada Baridin.

Ratminah pun menangis dan memohon kepada ayahnya agar dinikahkan dengan Baridin. Ayah Ratminah, yakni Bapak Dam yang tidak ingin anak kesayangannya mengalami hal-hal yang tidak diinginkan, kemudian menuruti keinginan Ratminah.

Bapak Dam kemudian mengajak putrinya menemui Baridin dengan niat untuk menikahkan mereka. Namun sayang, kesempatan itu sudah terlambat. Baridin meninggal setelah sebelumnya menjalani ritual dengan berpuasa selama 40 hari 40 malam.

Baridin meninggal dengan membawa rasa sakit hati yang mendalam. Sementara Ratminah, setelah Baridin meninggal, ia pun menjadi gila. Yang terucap dari mulut Ratminah hanyalah Baridin. Tidak lama setelahnya Ratminah pun meninggal dunia.

Kisah Baridin-Ratminah hanya Cerita Fiksi

Budayawan Cirebon, Raden Chaidir Susilaningrat mengatakan kisah percintaan Baridin-Suratminah hanyalah cerita fiksi. Cerita itu dibuat oleh seorang seniman bernama Askadi Sastra Suganda dan dipopulerkan oleh Abdul Adjib.

"Kebetulan saya mengenal secara pribadi dengan penulis (cerita Baridin-Ratminah), yaitu almarhum Bapak Askadi Sastra Suganda. Beliau itu kakak kandung dari Abdul Adjib," kata Chaidir saat berbincang dengan detikJabar di Cirebon, belum lama ini.

Chaidir mengatakan, cerita tentang kisah percintaan Baridin-Ratminah mulai populer di era tahun 1970-an - 1980-an. Saat itu, kisah tersebut sering ditampilkan dalam sebuah kesenian drama tarling.

"Jadi saat itu kesenian tarling ditampilkan dalam bentuk drama musikal. Seperti opera atau ketoprak. Sehingga grup-grup tarling saat itu membuat cerita-cerita untuk dipentaskan," kata Chaidir.

Menurutnya, kisah Baridin-Ratminah yang dibuat oleh Askadi Sastra Suganda ini merupakan cerita yang menggambarkan realita kehidupan di tengah masyarakat. Di mana dalam cerita itu, terdapat sekat antara orang miskin dan orang kaya.

Tokoh yang menjadi orang miskin dalam cerita ini adalah Baridin bersama ibunya, yakni Mbok Wangsih. Sementara yang menjadi orang kaya adalah Ratminah dan ayahnya, yaitu Bapak Dam.

"Jadi Pak Askadi menulis cerita itu dengan menggali kisah keseharian di tengah masyarakat. Bagaimana ada pertentangan antar kelas. Ada kelas buruh tani yang diwakili oleh Baridin. Karena dalam cerita, Baridin itu dari keluarga buruh tani," kata dia.

Akibat adanya sekat tersebut, Baridin yang jatuh hati kepada Ratminah pun seolah tidak berhak untuk mendapatkan gadis pujaan hatinya. Hingga akhirnya, Baridin kemudian nekat mengambil jalan pintas dengan melakukan ritual Kemat Jaran Guyang demi membuat Ratminah tergila-gila kepadanya.

Namun nahas, meski tujuannya berhasil, Baridin kemudian meninggal dunia usai menjalani ritual Kemat Jaran Goyang dengan berpuasa 40 hari 40 malam. Hal tragis juga dialami oleh Ratminah.

Sepeninggal Baridin, Ratminah yang sudah jatuh cinta kepada anak dari Mbok Wangsih itu kemudian gila. Tidak lama setelahnya, Ratminah juga meninggal dunia.

"Jadi cerita Baridin-Ratminah ini seperti cerita pada umumnya kisah percintaan di berbagai bangsa. Di berbagai belahan dunia juga selalu ada kisah-kisah percintaan yang dibumbui dengan pertentangan antar kelas atau yang diwarnai oleh kontroversi karena perbedaan kasta dan lain sebagainya," ucap Chaidir.

Pesan Moral di Balik Cerita Baridin-Ratminah

Kisah Baridin dan Ratminah, ilustrasi gambar ini memanfaatkan bantuan alat sumber terbuka AI bernama AI Comic FactoryKisah Baridin dan Ratminah, ilustrasi gambar ini memanfaatkan bantuan alat sumber terbuka AI bernama AI Comic Factory Foto: Ony Syahroni/detikJabar

Hingga kini, cerita tentang Baridin-Ratminah masih cukup dikenal oleh masyarakat Cirebon. Chaidir tidak menampik jika tidak sedikit masyarakat yang kemudian menganggap jika cerita Baridin-Ratminah merupakan kisah nyata yang benar-benar terjadi.

Meski begitu, ia memastikan jika kisah itu hanyalah cerita fiksi yang dibuat oleh Askadi Sastra Suganda dan dipopulerkan oleh Abdul Adjib.

"Saya sendiri mengalami. Waktu jaman saya sekolah itu cerita Baridin-Ratminah sedang ngetop-ngetopnya. Dan sampai sekarang cerita itu masih populer. Bahkan ada orang yang kemudian bertanya-tanya sebenarnya ini kisah nyata atau bukan," kata Chaidir.

"Kalau menurut saya ini adalah bagian dari kisah percintaan yang sedemikian populer. Sehingga orang menganggap itu sebagai cerita yang nyata. Padahal ini fiksi. Saya sendiri kan kenal dengan penciptanya," kata dia menambahkan.

Chaidir kemudian menjelaskan tentang pesan moral yang tersimpan di balik cerita Baridin-Ratminah. Menurutnya, cerita-cerita yang biasa ditampilkan dalam pertunjukan drama tarling memang selalu sarat akan pesan moral. Termasuk cerita Baridin-Ratminah.

"Kisah-kisah yang ditampilkan dalam pertunjukan drama tarling itu selalu sarat dengan pesan moral. Jadi memang pesan-pesan moral ini tidak pernah terlepas dari pertunjukan-pertunjukan drama tarling," kata dia.

Khusus dalam kisah percintaan Baridin-Ratminah, cerita itu memberikan pesan kepada setiap orang agar tidak sombong dan angkuh ketika sedang bergelimang harta.

Kemudian, cerita itu juga memberikan pesan kepada setiap orang agar tidak mudah menyerah dan putus asa meskipun sedang berada di tengah keterbatasan dari sisi ekonomi.

"Dalam kisah Baridin-Ratminah, di situ juga diceritakan bahwa ada orang yang ingin menempuh jalan pintas supaya tujuannya tercapai. Ada juga orang yang mau bersusah payah meniti jalan untuk mencapai cita-citanya," kata Chaidir.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads